"Kouro, kemana saja kamu, aku hampir mati kelaparan menunggumu!"
Kouro yang baru saja kembali ke asrama, saat hendak menuju kamarnya, bertemu dengan Kiana di kamarnya sambil menggerutu kepadanya.
Mendengar protes Kiana, Kouro hanya bisa diam tak berdaya.
"Bukankah aku sudah memberimu uang jajan? Jangan bilang kalau kamu menghabiskan semua uang itu, kan?"
"Eh... Aku tidak menghabiskannya. " Ungkap Kiana dengan pelan sambil memalingkan wajah sedikit.
Kouro meliriknya dengan penuh kecurigaan dan bertanya, "Lalu kenapa kamu tidak membeli makanan jika kamu kelaparan seperti ini?"
Pertanyaan Kouro tampak sedikit tajam bagi Kiana yang membuat wajahnya menegang.
Saat dia sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Kouro, Kouro tiba-tiba mendekat dan menatap Kiana dengan seksama.
"Apa kau ingin aku makan malam bersama mu? Seorang gadis yang sendirian di asrama kosong, diam-diam menahan kesepian. Gadis itu sarapan dan makan siang sendirian. Hanya ketika makan malam tiba, dia bisa menikmatinya dengan kekasihnya. Apa menurutmu begitu?"
Awalnya, Kouro hanya bercanda saat mengatakan hal ini. Lagipula, menurut kesannya, Kiana bukanlah tipe orang yang sentimental.
Akibatnya---
"Tidak seperti itu!"
Walaupun teriakan penolakan Kiana sangat lugas, melihat wajahnya yang memerah membuat penolakannya terasa sama sekali tidak meyakinkan.
Kouro memikirkan dengan seksama perkataannya sebelumnya.
Dari apa yang dia ketahui, Kiana adalah gadis yang terlihat ceria di luar namun selalu menyimpan rasa sakit di dalam hatinya agar orang lain tidak mengkhawatirkannya.
Seperti saat ayahnya menghilang meninggalkannya seorang diri, meskipun ia merasa sedih karena hal itu, ia hanya bisa menyimpan kesedihan itu di dalam hatinya.
Kiana terus mencari keberadaan ayahnya sendiri sambil melawan monster honkai dan dia tidak memiliki teman yang bisa diajak bicara yang membuatnya merasa sedikit kesepian.
Memikirkan hal ini, Kouro yakin, Kiana seperti itu karena dia menginginkan seorang teman.
Pengalaman hidupnya sedikit mirip dengannya kecuali Kiana seperti itu karena keadaan, berbeda dengan dirinya yang memilih hidup seperti itu.
Tidak peduli apa pun itu, Kouro memiliki pemahaman lebih lanjut tentang Kiana dan juga dia tidak sembrono seperti yang dia bayangkan.
Memikirkan hal ini, Kouro tersenyum lembut dan berkata.
"Ya mungkin aku sedikit melebih-lebihkan, ngomong-ngomong aku sedikit lapar sekarang, ayo kita makan malam bersama..."
"Yatta! Aku ingin makan nasi belut seperti kemarin! " Kiana terlihat senang hingga mengangkat kedua tangannya.
"Kamu dapat makan nasi belut sebanyak yang kamu mau... " Gumam Kouro sambil menggelengkan kepalanya dan keluar dari kamar diikuti oleh Kiana dibelakangnya yang sedang bersenandung riang.
*Tok! Tok! Tok! *
Tepat ketika mereka akan keluar dari kamar ssebuah ketukan pintu terdengar dari luar kamar asrama Kiana.
Pintu asrama yang rusak telah diperbaiki beberapa waktu lalu setelah diminta oleh Kouro.
Saat ini mereka berdua saling memandang dengan bingung.
Kouro ingat dia tidak mengundang siapa pun kesini, dia juga tidak menerima pesan dari guru atau kepala sekolah.
"Kiana, apakah bibimu datang ke sini? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Honkai Impact : The Rise Herrscher of Shadow
FanfictionBencana misterius "Honkai" telah mengikis dunia, dan manusia yang terinfeksi oleh "Honkai" telah menjadi "mayat hidup" yang tidak memiliki pikiran dan hanya memahami kehancuran. Mereka bersama dengan binatang buas "Honkai Beast" yang lahir dari Ener...