Hai kak, jumpa lagi dengan Reiko dan Aida di sini. Terimakasih sudah lanjut baca ya kak. Boleh tap 👍 biar aku makin semangat ya kak. Dan mohon bantuannya follow juga akunku ya kak 🥰🥰🥰🥰🥰
Selamat membaca
"Cuma sebentar, Aku numpang nyenderin kepalaku."
"Gak boleh, Pak!" Aida tetap ingin menggusur kepala Reiko. Dia ingin mendorong dengan kedua tangannya.
Tapi....
"Aku kangen sama Nenekku!"
Namun mendengar ini, Aida jadi mengurungkan niatnya.
"Haaah? Memangnya Aku mirip wajahnya sama Nenek Bapak?"
Meski bibirnya tetap berceloteh macam itu.
"Hei, sudahlah jangan samakan Nenekku denganmu, tetap Nenekku adalah wanita paling cantik di dunia!"
Reiko bicara seperti ini tanpa menatap pada Aida.
Matanya masih memandang ke arah TV dengan posisinya tidur menyamping dan kepalanya berada di pangkuan Aida.
"Hihi, apa Bapak lebih dekat dengan Nenekmu daripada Ibunya Bapak?"
"Sssh, Aku bilang Aku cuma merindukan Nenekku dan ini semua karena Kamu!"
Reiko tidak menjawab pertanyaan Aida yang berkaitan dengan ibunya dibandingkan dengan Neneknya, tapi Dia malah menyalahkan sesuatu yang tidak diterima oleh Aida, tentu saja.
"Apa? Aku? Salahku apa toh Pak?"
Apa yang dimaksud oleh Reiko inilah yang tak dipahami Aida.
Bukankah Dia dari tadi sudah menolong Reiko? Mengurusnya sehingga Reiko tidak berlarut kembung dan pengap perutnya? Lalu kenapa sekarang dia disalahkan?
Aida tak terima.
"Waktu Aku kecil dulu, kalau Aku sakit, pasti Nenek bikinin Aku mie godog." Reiko akhirnya bercerita.
"Mienya cuman sedikit tapi lebih banyak sayur dan telur yang ada di dalamnya. Kadang Nenek juga menambahkan udang dan yang lainnya seadanya di stok-nya. Karena dulu kalau sakit, Aku sukanya makan yang berkuah, hangat dan mie godog yang paling pas dan Aku selalu menghabisi makanku kalau Nenek membuatkan itu. Porsi sayurnya sama banyaknya seperti yang Kamu bikin tadi. Mienya hanya sedikit, jadi saat Aku ingin nambah mienya lagi, sudah habis dan Aku yang gak suka sayur saat kecil, terpaksa menghabiskan sayurannya itu dan belajar suka sayur."
Mata Reiko menerawang seakan terlarut dalam memorinya sendiri. Meski matanya menatap TV tapi pikiran dan bayangan yang ada di hadapannya itu adalah semua kenangan masa kecilnya dengan Neneknya.
Tentu saja senyum itu tidak dilihat oleh Aida, karena posisinya yang sedang duduk. Sehingga Dia hanya bisa menatap kepala Reiko sambil mendengarkan Pria itu bercerita.
"Dan biasanya Nenek menyuapiku di dalam kamarku, di tempat tidurku mirip seperti sofa bed ini. Dan Aku paling suka kalau disuapin sambil nonton tv. Jadi selalu saja Aku gak sadar kalau makananku sudah habis karena keasikan nonton. Aku minta nambah, Aku masih mau makan lagi tapi kata Nenek, Aku sudah makan banyak. Terus aku masih mau nonton TV, tapi kata Nenek sudah terlalu malam dan Aku harus istirahat. Nenek akan menyuruhku tidur setelah minum obat tanpa kompromi. Dan sebenarnya Aku masih ingin menolak. Tapi kalau sudah tidur di pangkuannya seperti ini, Aku sangat nyaman sekali dengan elusan tangannya juga pijatannya di kepalaku. Itu lama-lama membuatku terlelap. Pagi-pagi, badanku seger dan semua penyakitku hilang."
Reiko bicara, seperti Dia sedang menulis diarynya sendiri dan tak membiarkan Aida mengomentari sampai dirinya memberi jeda.
"Ya harusnya Bapak mintalah sama Ratu Lebah Bapak itu, dibuatkan seperti yang di buat Nenek Bapak dan diperlakukan sama seperti Nenekmu memperlakukanmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...