"Lah, bukannya Bapak mendesain tempat ini bersama dengan Ratu Lebah?"
"Khusus ruang kerjaku, Aku tidak membagi ide. Ini autentik, karena Aku ingin berekspresi sendiri dengan ruang kerjaku, sama juga dengan Brigita yang ingin berekspresi sendiri dengan ruang kerjanya di kantor dan rumahnya."
"Jadi ruang kerja ini, semuanya Bapak yang membuatnya?"
"Hmmm!"
Semua ruangan di apartemen itu dibuat bersama Brigita tapi tempat ini satu-satunya yang memang eksklusif untuk Reiko.
Pantas, tempat ini sepertinya lebih maskulin. Ternyata Dia sendiri yang membuatnya? Termasuk kamar mandinya memang beda. Detailnya, semuanya simple tapi wah. Kaya film mafia aja, banyak ruang tersembunyinya. Aida berbisik sendiri dan entah kenapa hatinya merasa sesuatu yang sejuk.
Kenapa perasaanku jadi begini? Padahal ini cuma wardrobe.
Aida tak tahu, tapi Dia memang menyukai ruangan itu. Di dalamnya berkonsep sama minimalisnya dengan kamar mandi tadi yang di dominasi warna putih. Dan Aida yang memang merasa nyaman juga tenang menyuguhkan senyum di bibirnya yang tak sengaja dilirik Reiko.
"Kenapa Kamu?"
"Hihi, enggak!"
Tak sangka Aida, kalau dia kepergok makanya Dia berusaha untuk mengelak.
"Nggak apa? Kamu dari tadi nahanin senyum?"
"Iya, habisnya Saya pikir di dalam ini ruang rahasia seperti apa gitu. Taunya cuman wardrobe. Buang-buang duit Pak, Hehehe!" geli sendiri Aida.
"Heish!" jelas membuat Reiko hanya geleng-geleng kepala dan Dia langsung menuju ke satu lemari yang memang ingin dibukanya tadi.
"Kamu pakai kemejaku ini dulu!"
"Heeeh, handuk...."
Reiko dengan cepat menyambar handuk Aida dan melemparnya ke sofa yang memang ada dalam ruangan tersebut.
"Pakai kemejanya," tak peduli dengan Aida yang merasa tak nyaman dan sudah cemberut.
"Apa?" Dengan berani mata itu menatap Aida lagi.
"Nggak ada yang perlu Kamu tutupin, jadi buat apa pake handuk? Aku kan cuma nyuruh keringin badanmu bukan pakai handuk."
"Tapi Saya gak...."
"Pakai saja kemeja ini. Aku suka, liat wanita dengan kemeja Pria yang kebesaran. Ini lucu, apalagi tubuhmu kecil."
"Heeeh?"
"Sebentar, Aku ambilkan pembalutmu dan yang lainnya, Kamu tunggu di dalam sini dulu aja," lalu Reiko menunjuk ke arah sofa yang tadi dilemparkannya handuk ke atasnya.
"Duduk di atas handuk itu. Kalau nanti keluar darahnya biar ke handuk dulu, Aku gak lama! Tapi, Aku ingin buang air dulu. Sssh, tiba-tiba kepengen. Baru setelahnya Aku ambil pembalut dan celanamu."
"Tap...."
"Tunggu kataku jangan banyak tanya!"
"Heish!" Reiko tak mengizinkan ada pertanyaan dan dia keluar begitu saja meninggalkan Aida yang bersungut.
Apa-apaan Dia, seperti mengurungku di dalam sini!
Aida yang kesal menatap ke arah pintu yang sudah tertutup.
Namun kemudian pandangannya tertuju pada sesuatu yang membuat dirinya tertegun.
Ehm ... Di ruangan ini tidak ada CCTV, setelah mengkonfirmasi ini, Aida pun tersenyum lega dan memandang lagi satu spot yang tadi memang masih ingin dipandangnya, hanya saja karena Aida khawatir ada CCTV dia memeriksa dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...