Bab 213. ORANG KEDUA

50 3 1
                                    

"Lah, laaah, dari tadi Aku ngoceh nggak digubris, Dia malah bahas rekontruksi. Aku gak mau, Pak!"

"Ssssh, Kamu tuh propertiku. Jadi sesuai dengan pekerjaanku sebagai seorang desain interior, kalau Aku punya properti tidak menarik, maka Aku akan membuat properti itu menarik supaya ada harga jualnya."

Sebuah jawaban yang membuat Aida mencebik dan saat itu juga Dia bicara.

"Bapak mau jual Saya ke mana?"

"Terserah Akulah!"

"Oh, Bapak mau merekonstruksi supaya nanti kalau Saya sudah punya suami baru...."

Pletak!

"Aw!" Lagi-lagi kepala Aida kena pletak. Meski tak sakit, tetap membuat dirinya mengerucutkan bibirnya.

"Kalau tidak mau dapat hukuman lagi, jangan bicara macam-macam!" sinis Reiko.

"Ya Bapak yang mulai duluan. Malah ngomongin sesuatu yang gak ada gunanya kayak tadi."

Benar sekali! Dari tadi Aida ngomel-ngomel karena Reiko tetap memaksakan diri membuka bajunya. Pria itu tak acuh dengan celetukannya malah tiba-tiba bahas rekontruksi yang membuat Aida kesal.

"Apanya yang gak ada guna?" Kini matanya bertautan pada Aida yang tangannya juga ditarik oleh Reiko supaya berdiri.

"Itu bukan hanya untuk memperindah bentuk tubuhmu lagi, kembali menjadi seperti semula. Tapi itu juga bisa bikin Kamu jadi lebih seimbang, confidence mu bertambah...."

"Gak tertar...."

"Kalau Aku sudah tentukan harus, ya harus! Ingat peraturannya, selama Kamu tinggal bersama denganku, maka lakukan apa yang Aku inginkan."

"Lah, lah!" Belum juga selesai Aida bicara.

"Ssssh, dingin Pak!" Reiko menyalakan shower dan pol dinginnya jatuh di bawah tubuh Aida.

"Biar otakmu lebih segar sedikit dan bisa mikir!"

''Ssssh, Saya menggigill Paaaak!" Aida memejamkan matanya tanpa persiapan, air itu mendarat di kepalanya dan itu masih belum ada jam setengah empat pagi, jelas aja dinginnya nyelekit.

"Apa sudah hangat?"

"Kyaaaaak! Lep!"

"Katamu tadi dingin! Aku hanya membuat supaya Kamu nggak kedinginan terus."

"Bapaknya benar-benar mempermainkan Saya ya? Kan bisa sih diganti ke air panas?"

Yah, sudah tahu Aida kedinginan tapi Reiko malah membiarkan airnya tetap dingin dan justru Dia yang maju ke depan memeluk tubuh wanita itu, makanya Aida kesal sendiri.

Untung aja, Aku tidak main perasaan padanya! Aku tahu, nanti juga kalau Ratu Lebah kemari, Dia akan balik lagi padanya! Kalau Aku main perasaan, yang ada Aku sakit hati! Hahaha!

Aida tetaplah Aida, mau Reiko bersikap bagaimana juga, Dia sekarang berhati-hati sekali.

"Aku memelukmu juga tidak ada rasanya! Tidak ada sesuatu di depan sini yang membuat Aku merasakan sesuatu!''

Reiko bicara sambil melepaskan tubuh Aida dan satu tangannya sudah ada di dispenser untuk mengambil sabun mandi.

"Lagian Pak, kalau Saya pakai yang kayak gitu, buat apa? Bapak pengen pegang-pegang itu? Nggak cukup pegang punyanya Ratu Lebah, yang sempurna itu? Bapak mau pegang juga dari mainan palsu itu yang ditempelkan di tubuh Saya?"

"Cih! Kamu pikir Aku nafsu denganmu?"

"Lah terus, kenapa Bapak ngotot terus?" Tak peduli dengan sentakan Reiko tadi dan cibiran Pria itu. Aida memang kalau sudah bicara seperti ini dia ceplas-ceplos aja.

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang