"Hehehe, Kakek jangan hukum akulah. Aku berantem dengannya karena dia tidak mau ikut denganku ke Abu Dhabi. Makanya aku agak sedikit putar otak untuk membujuknya, cuma Kakek harapanku."
Adiwijaya masih mencebik dan tampaknya dia memang tidak percaya pada cucunya.
"Heish, Kakek ini pasti sudah mikir yang macam-macam, bukan? Semua yang ada di pikiran Kakek itu salah. Aku cuma ingin mengajaknya pergi dan honeymoon aja, Kek!"
"Kamu serius ndak bohongin Kakek?"
Reiko menggelengkan kepalanya pelan dan senyum-senyum lagi.
"Nanti setelah kerjaanku beres, aku mau ke Dubai dan aku ingin membawanya jalan-jalan juga. Tapi Kakek jangan ikut. Nanti Kakek sama Seno saja dulu. Paling hanya beberapa hari saja setelah pekerjaanku sudah selesai, Kek. Aku ingin menghabiskan waktu dengannya honeymoon sekitar tiga harian lah, Kek!"
"Heish!" Adiwijaya mengerucutkan bibirnya.
"Demi cicit Kakek, kan? Aku kan harus sedikit modus, Kek!"
"Halah halaaah, kamu ini memang rajanya modus, Le! Sampe kakekmu kamu modusin!" Adiwijaya hanya geleng-geleng kepala saja menatap Reiko, lalu kini dia sudah berdiri dan meninggalkan cucunya yang memang masih tertawa kecil.
"Kamu temani istrimu. Kakek mau ke tempat Seno mau makan dengannya!"
Reiko paham. Dia memang mendekat ke tempat Aida tidur.
Sangat pulas sampai tak bangun saat Reiko duduk di sampingnya.
Pria itu juga tidak mengganggunya, karena dirinya juga sudah kelelahan akhirnya memilih tidur dulu sampai pesawat mendarat.
"Ringan badanmu setelah tidur selama penerbangan?"
"Hehehe!"
Aida yang tidak enak hati pada Reiko hanya menjawab dengan tawa kecilnya macam itu.
"Ayo siap-siap turun!"
"Mas Reiko, ada Kakek, apa ndak canggung pegangan tangan?"
Pria itu ingin menggandeng tangannya lagi, tapi Aida sebetulnya merasa tak enak.
"Justru ini yang diinginkan oleh Kakek!" Tapi, karena Reiko sudah bicara begini, maka Aida tak lagi bisa protes.
Aida tentu saja tak bisa menolak keinginan Reiko dan terpaksa harus menurut.
Tapi, untungnya pekerjaannya sangat sibuk sekali. Selama di Abu Dhabi, dia tidak banyak menggangguku. Dan aku juga tidak tahu apa yang dia kerjakan, bahkan sehari bisa bertemu dengannya sepuluh menit sudah bagus. Dia hanya kembali ke kamar hampir pagi hari, mandi, salin ganti dan pergi lagi. Waktu aku mau sholat subuh dia dateng, aku sudah selesai sholat subuh, dia pamitan dan paling hanya minta kecupan saja. Begitu terus saja setiap hari-harinya. Dia jarang ada di Mansion dan untung ada Kakek. Aku hanya ditinggal bersama Kakek dan syukurnya lagi, Kakek ndak ribet. Banyak yang bisa aku lakukan bersama dengan Kakek. Dan dia juga ndak bisa modus-modus. Meski aku khawatir juga kesehatannya. Kerja apa yang dilakukannya sampai diforsir begitu?
Tapi, semua ketakutan Aida akan keisengan Reiko memang tidak terwujud selama dirinya di Abu Dhabi.
Sudah hampir empat minggu, tepatnya 27 hari Reiko terus saja sibuk dengan pekerjaannya.
Sama seperti saat pertama kali dia datang ke Abu Dhabi bersama dengan Deni, Reiko hampir tak punya waktu untuk sedikit beristirahat.
Kadang dia hanya tidur di kendaraan dan kadang dia hanya tidur beberapa jam di ruang kerjanya atau saat menunggu rapat. Masuk ke dalam kamar hanya untuk mandi dan mengganti pakaian itupun sudah buru-buru sekali. Tak setiap hari juga Reiko kembali. Kalau sedang jauh dari Abu Dhabi di kota lain di UAE, Reiko akan bermalam di hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...