Bab 230. KENAPA BISA ADA DIA?

31 4 1
                                    

Kenapa lagi-lagi Waluyo dan Waluyo! Ish, Dia yang saingan dengan Kakekku dan sekarang Aku yang punya masalah! Jangan-jangan, Kakekku menikahkanku dengan wanita yang lagi ngambek padaku itu karena gak mau anak Waluyo menikah lebih dulu ketimbang cucunya kan?

Jelas saja ada pikiran ke sini dari Reiko, karena Dia juga tidak tahu apa alasan terbesar dari Kakeknya.

"Hahaha! Jadi Romo pengin punya Cucu cepat-cepet supaya nggak keduluan sama Masku?"

Nah lihat! Kakek mengangguk cepat sekali. Benar dugaanku, jangan-jangan Dia sengaja menikahkanku lebih dulu, supaya Dia tidak kalah sayang dengan Waluyo itu, kan?

Tentu saja, apa yang ada di dalam benak Reiko ini tidak diketahui oleh siapapun di sana. Maklum saja Reiko menganggap semua ini serius sedangkan Adiwijaya itu kan memang orangnya suka bercanda kalau depan umum.

"Nah, Kamu tahu sendiri kan bagaimana Masmu itu, Ratna. Dia itu setiap hari selalu membanggakan dirinya soal Mesir. Ke Mesir, di Mesir, Mesir, Mesir, Mesir, sampai kepalaku pusing setiap kali Dia pulang, Aku kayak dihantui Mesir otakku. Sampai Aku lupa kasih minum Bejo, lupa makan, lupa tidur, lupa kuabeh urusanku. Untung saja Lesmana ingatkan!"

"Apa hubungannya sih, Kakek? Kok jadi hiperbola?"

Malah Reiko kebingungan sendiri mendengar penjelasan dari Kakeknya.

"Lah itu anaknya Waluyo sama menantunya yang di Mesir itu tiap hari Aku dengar ceritanya, Le. Geur kui ae saban dino. Mulo Aku yo kepingin cerita putuku, buyutku, menantuku, ben pening Waluyo!"

Cih, bener-bener Kakek nih! Jadi Aku dinikahkan hanya untuk Dia bangga-bangga di hadapan Waluyo?

"Sudah Romo, ayo cepat kalau mau ke tempat Masku. Sudah mau jam satu. Nanti keburu cucu Romo harus mengerjakan yang lain lagi di Jakarta"

Ratna tahu, tidak akan ada habisnya kalau terus meladeni Adiwijaya yang mengomel karena Kakaknya itu.

"Ya Kakek, Aku juga mau pulang." Reiko pun teringat dengan sesuatu yang penting! Dia tidak mau ke rumah Waluyo.

"Oh iya iya, bener-bener! Tapi tetap Kamu harus ikut Aku dulu ke tempatnya Waluyo!"

Ada untungnya Ibu menghentikan obrolan ini, tapi ada ruginya juga sekarang untukku karena Aku tetap aja harus datang ke sana.

Ada lega di dalam hati Reiko karena memang Dia tidak mau membahas ini terlalu jauh lagi. Meskipun sekarang Reiko jadi harus ke rumah Waluyo, Dia mencoba menyabar-nyabarkan dirinya.

"Assalamualaikum." Ratna lebih dulu masuk ke dalam.

Suara Ratna terdengar padahal Reiko belum masuk ke dalam pagar rumah Waluyo karena dia berjalan mengiringi Kakeknya yang tidak bisa berjalan terlalu cepat, sedangkan Ratna, Dia memilih duluan karena masih banyak yang harus dikerjakannya di ruma Waluyo untuk membantu Kakaknya.

Maklum saja, Waluyo kan sudah tidak lagi memiliki Istri dan hanya dibantu oleh dua putrinya, Inggrid dan Mutia. Makanya, Ratna merasa punya kewajiban untuk membantu Kakaknya itu.

Tapi jarak ini juga yang membuat Reiko bisa mengawasi keadaan sekitar di rumah Waluyo.

"Mau nikahan kok nggak ada macam-macamnya di sini, Kek?"

Reiko berbisik pada Pria di sampingnya.

"Nikahnya juga cuma di masjid besok. Dan nanti ada acara sedikit di masjid juga. Ndak banyak yang diundang kok, Le."

"Kakek apa perempuannya sudah isi perutnya, sampai tidak dirayakan?"

"Heish, kowe ni! Yo ndak to. Mutia tuh bukan perempuan seperti itu." Adiwijaya protes.

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang