"KAU!"
"Nyonya, melakukan tindakan kekerasan seperti ini adalah melanggar hukum." Aida membela dirinya.
"Dan saya bisa saja melaporkan Anda ke kantor polisi. Kecuali, kalau Anda mau mencoba untuk membunuh saya sekarang, maka saya tidak mungkin bisa ke kantor polisi kalau mati. Saya ingatkan, Anda juga tidak mungkin bisa membuat saya tetap berada di apartemen ini, karena Anda tidak dua puluh empat jam memperhatikan saya. Bagaimana kalau saya kabur dengan luka memar di wajah saya dan saya melaporkan apa yang Anda lakukan ini pada pihak berwajib? Apa ini akan memberikan keuntungan bagi Anda?"
Aida memegang tangan Brigita sambil bertanya,
"REIKO!"
Brigita tahu kalau Aida mengancamnya. Dan inilah alasan kenapa nama itu dipanggil olehnya.
Brigita butuh backup.
"Kita masih membutuhkannya untuk membuat kakekku tidak membuat masalah, Bee. Biarkan saja kalau dia memang mau keluar dari apartemen ini dan itu pun juga tidak tiap hari."
"Reiko!"
Brigita sudah menarik tangannya yang tadi dipegang Aida dan dia menatap kesal pada pria yang kini sedang berjalan menuju ke arah kompor itu tanpa peduli dengan yang terjadi di antara keduanya.
"Dia menelepon kakekku setiap tiga hari sekali dan kalau wajahnya bengkak itu akan membuat masalah. Dia mungkin juga akan menelpon kakekku saat dia keluar dari apartemen ini dan jalan-jalan. Jadi biarkan saja kalau dia ingin melakukan itu. Aku tahu batasannya dan dia pun juga tahu apa yang akan terjadi jika dia menghianati perjanjian denganku."
"Wanita pencari muka! Kau pandai juga ya mengamankan posisimu di rumah ini dengan berlindung padanya?"
Brigita sekarang paham kenapa Reiko tidak bereaksi berlebihan.
"Yang dikatakan kekasih Anda itu benar, Nyonya. Saya juga tak akan mengadukan apapun pada Romo. Jadi, Anda tidak perlu khawatir kalau saya akan buat masalah dengan Anda. Selama saya juga masih diberikan kebebasan. Saya mengerti dan patuh untuk melakukan semua kewajiban saya di sini. Jadi, saya permisi dulu Nyonya. Saya mau tidur lagi."
"Itu bukan alasan yang kamu berikan padaku untuk membelanya bukan?"
Setelah Aida pergi dan tentu saja Brigita yakin dia tak akan mendengar lagi pembicaraan ini, pertanyaan itu ditujukannya untuk seorang pria yang sedang membelakanginya dan memasak.
"Untuk apa aku membelanya, Bee?"
"Ya, mungkin kamu merasa berempati padanya? Karena aku yakin sekali, kamu tidak mencintainya dan kamu tidak akan tertarik pada wanita macam dia."
Setelah berpikir sebentar jawaban itu yang terlontar dari Brigita. Kalau Reiko memiliki rasa pada Aida tentu saja dia pasti akan mendekat dan menolong Aida yang sedang ditampar olehnya, bukan?
Tapi pria itu tidak berekspresi, bahkan Brigita juga masih melihat tangan Reiko yang tidak berhenti memotong bahan makanan yang akan diolahnya.
Jelas dia memang tidak peduli.
Jadi tidak mungkin kan, dia jatuh cinta pada Aida?
"Aku hanya berhubungan dengannya berdasarkan kontrak perjanjian kami. Dan selama waktu kontrak itu berlangsung, aku mematuhi semua peraturan yang ada di sana dan begitupun dengannya."
Barulah selesai mengatakan ini Reiko membalikkan badannya dan menatap Brigita serius.
Dia hanya perlu menunggu masakannya itu mendidih dan menghidangkan untuk kekasihnya.
Reiko makanya berjalan mendekat pada Brigita dan memegang tangan wanitanya.
"Seberapa banyak lagi aku harus mengatakan padamu, kalau aku tidak tertarik pada wanita yang tidak sempurna tubuhnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romantizm(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...