Bab 254. HATIKU MASIH AMANKAH?

34 3 1
                                    

"Ah, merepotkan saja! Sssh, ini karena tadi Saya kecapean jadi Saya langsung tidur dan lupa, Pak!"

Aida kembali bersungut lemas. Sudah terbayang bagaimana lelahnya harus mencuci sprei yang berat itu.

Aida lupa kalau tadi hanya memakai pembalut day use sedangkan Aida sudah lebih dari enam jam belum ganti. Posisinya juga tiduran. Tentu saja mengalir ke belakang cairannya. Apalagi Dia tidur cukup lama dari sejak Reiko menyuruhnya masuk ke dalam kamar sampai Pria itu datang membawakan makanan untuknya ini sudah hampir lima jam, belum tadi Dia di dapur. Jelas saja cairan merah itu sudah tak tertampung lagi dan mengotori sprei. Apalagi ini adalah hari pertamanya dan ini pas lagi banyak-banyaknya Aida dapat haid.

"Sudah-sudah, nanti saja dibersihkannya makanmu ini dihabiskan dulu. Heish, Kamu nih nambah kerjaanku aja."

"Nggak nyuruh Bapak! Saya yang bersihin sendiri!"

"Diam, duduk! Kalau nggak nurut, nggak ada izin pergi minggu depan! Kamu masih istriku, kalau Aku nggak ngizinin Kamu bisa apa?"

Aida tentu saja ingin berdiri dan mengurus itu. Tapi ancaman tadi malah membuatnya seperti menempel dengan lem di tempatnya duduk.

"Tapi kalau ndak dibersihin seka...."

"Sudah makan saja!" Reiko sudah mendekatkan sendok yang penuh dengan makanan dan terpaksa Aida pun membuka mulutnya, kalau tak mau kena marah.

"Aku juga sudah bilang, Aku mau ganti tempat tidur ini. Tapi kemarin-kemarin belum sempat. Nanti kuganti sekalian, dan sprei yang lainnya yang Kamu pakai sekarang juga pastinya akan Aku buang kok!"

"Pak kan cuman kena darah haid doang sih, masa harus diganti sampe ke tempat tidurnya?"

Setelah menelan makanya Aida pun kembali protes.

"Buka mulutmu saja dan makan! Aku tidak suka tempat tidur ini, karena nggak enak badanku!" keluh Rieko yang mengingatkan Aida saat Reiko menginap di kamarnya.

"Tapi ke badan Saya nggak apa-apa kok Pak! Malah ini jauh lebih enak daripada tempat tidur Saya di rumah dan masih nyaman banget kok ditidurin."

"Kamu kan belum pernah tidur di tempat tidurku dan belum tahu gimana nyamannya di sana!"

"Ndak sudi, Pak!"

"Diamlah, jangan banyak bicara! Buka mulutmu dan makan!"

Aida tak diizinkan untuk mengeluarkan satu kata pun.

Setiap kali Dia bicara, Reiko pasti menyuruhnya untuk makan.

Ya, mulutnya memang tidak dibiarkan kosong hingga piring itu kosong.

"Fuuuh, habis juga itu makanan! Kalau nggak, Aku nggak bisa ngomong sama sekali!"

"Latihan!" Reiko menatap dalam pada mata Aida.

"Latihan untuk nggak ngomong macam-macam di depan orang-orang yang nggak menyukaimu. Ini demi keamananmu sendiri!" jawab Reiko Yang sepertinya memang serius dengan kata-katanya dan mengganggu hati Aida.

Makin Dia memberikan perhatian padaku, malah makin menyakitkan untukku! Heish, maumu apa sih? perih rasa dalam sanubari Aida dengan semua kemanisan sikap Reiko dan kala itu, hatinya juga membayangkan tentang Reiko yang bersama dengan Brigita. Ini menyesakkan untuknya.

"Tidak ada lagi Pak makanannya? Enak soalnya, hehe."

Itulah kenapa, untuk menghilangkan pikiran-pikiran Aida dari sesuatu yang mengganggunya, Dia mencoba fokus ke makanan yang sudah habis itu.

"Mau nambah?"

Sambil senyum-senyum Aida pun mengangguk.

Salahmu sendiri berbuat baik padaku! Jadi jangan salahkan Aku, jika Aku bersikap seperti ini! Yah minimal membuatmu illfeel padaku karena permintaanku banyak dan lama-lama Kau menjauh dariku. Itu akan lebih bagus untukku dan kewarasan kita bersama!

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang