"Yeaaaaay. Makasiiiiih Mas Reiko."
Jelas saja, Lestari sangat senang sekali karena Reiko mengabulkan keinginannya.
Meski begitu, bukan hanya Lestari yang senang soal ini.
Kalau pergi ke Dufan, Arum dan Lingga sebetulnya juga senang hanya saja mereka me-manage perasaan mereka untuk melihat respon ibunya dulu.
Menantuku ini memang benar-benar pandai memanjakan anak-anakku. Hanya Ratna yang mengurut dada sendiri sambil geleng-geleng kepala melihat putrinya yang sudah membayangkan berada di dalam Dufan sepertinya.
"Ibu naik dulu ya. Tidak perlu pikirkan apa-apa dan maaf hari ini aku agak kurang menyenangkan Bu. Soalnya aku nggak suka Ibu dan adik-adik naik bus itu."
"Tapi nak Reiko...."
"Sudah, tak perlu dipikirkan dan tapi-tapi lagi Bu. Sekarang, Ibu masuk aja. Sudah pokoknya aku yang ngatur sekarang semuanya dan Ibu harus nurut sama aku."
Lah kenapa jadi otoriter begini menantuku?
Ratna jadi bingung harus bicara bagaimana.
"Aku enggak setuju kalau Ibu naik bus seperti itu lagi. Stres aku melihatnya Bu. Jadi Ibu sekarang naik dan nanti kita seneng-seneng aja dulu, Bu. Jangan banyak pikiran."
Tapi memang benar Reiko tak bercanda soal yang satu ini.
Reiko tidak main-main dan tidak berbohong soal kekhawatirannya ini pada keluarga Aida. Dia memang benar-benar memperhatikan keamanan mereka.
"Sekarang kita langsung aja ke Dufan ya, nanti berhenti di Burger King yang searah."
Semuanya setuju tidak ada masalah. Mereka sudah ada di kabin mobil Reiko dan pria itu pun juga sudah menginjak pedal gasnya.
"Mas Reiko, hmm...hihi, boleh enggak aku nambah burgernya? Soalnya enak."
"Lestari, kenapa jadi ngerepotin gini?" protes Ratna lagi ketika mereka sudah di Burger King dan menyantap makanannya.
"Ibu nih nganggep aku siapa sih? Orang lain bukan, Bu?"
"Eh ndak sama sekali begitu nak Reiko."
Lagi saat Ratna mau mengomeli putrinya Reiko memotong.
"Kalau Ibu nganggap aku anak Ibu, nggak ada yang merepotkan untuk seorang anak mengurus keluarganya,Bu. Jadi Ibu tolong jangan bilang begitu. Itu cuman burger. Biarin aja Lestari nambah Bu. Dia ini kan memang masih masa perkembangan dan bolehlah makan yang seperti ini. Kalau aku yang nambah, baru itu tidak boleh Bu, udah kepala tiga. Hehe." Reiko membubuhkan tawa di akhir kalimatnya dan dia juga membuka dompet mau menyerahkan cash pada Lestari untuk memesan makanan lagi.
"Pesan sana ke kasir ya. Lingga kamu mau nambah juga nggak?"
"Mau dong Mas."
"Yaudah, sekalian sana. Arum?"
"Mau Mas."
Memang mereka sedang kelaparan karena makan terakhir sebelum berangkat dan di mobil hanya nyemil sedikit. Waktu bus istirahat juga mereka tak jajan.
Makanya, meski Burger King itu besar porsinya tapi ketiga anak itu memang ingin porsi yang lebih besar dan banyak. Membuat Ratna tak bisa berkata-kata.
"Ibu mau nambah juga?"
"Ndak, Ibu sudah cukup. Tadi kentangnya juga yang habiskan Lingga. Ini porsinya banyak, nak Reiko."
"Ya sudah, ini minumnya, Ibu jangan minum soda-nya. Air putih saja ya. Aku tadi lupa ganti air putih pas pesen paket makan Ibu jadi disamain sama adik-adik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...