"Mas Dimas itu makanan kita, bukan? Udah disajikan di meja!"
Tapi bukan menjawab pertanyaan Dimas yang barusan, Aida malah menunjuk ke arah pelayan yang sudah menghidangkan makanan.
"Kamu ini malah ngalihin pembicaraanku lagi."
"Ya soalnya sayang kan, kalau makanannya dibiarin kebuka gitu, Mas? Kita kan makannya di luar dan mending kita makan yuk!"
Dimas terpaksa mengikuti Aida yang menuju ke arah meja. Apalagi melihat Aida begitu bersemangat. Dimas tak mengelak.
Dia belum bisa membuat Aida melakukan apa yang diinginkannya.
"Tapi tawaranku tadi itu bener loh!" Saat mau duduk, Dimas bicara lagi.
"Jadi kamu jangan sungkan! Apa yang aku katakan ini benar dan kamu juga udah simpan nomor teleponku dan seharusnya kamu bisa hubungin aku kalau kamu butuh sesuatu.
"Makasih, Mas Dimas. Itu cepetan di makan, Mas. Baca doa dulu supaya nggak keselek!"
Tapi sayangnya memang Aida tidak berminat. Ini pun membuat Aida sebetulnya mengoceh sendiri dan memarahi hatinya.
Bukankah itu sebuah tawaran yang menggiurkan? Dia bisa terbebas dari semua hubungan toxic itu.
Tapi Masih berat untuk Aida, karena bukan hanya dirinya sendiri saja yang harus dia keluarkan dari masalah itu dan di jaga hatinya.
Kalau aku sama Mas Reiko berpisah dengan cara yang ditawarkan Mas Dimas, bagaimana nasib Romo? Bagaimana kalau nanti sakit jantungnya kambuh? Padahal Romo sudah baik sekali padaku. Dan kalau tidak dengan bantuan Romo, mana mungkin aku juga bisa sembuh dari penyakitku? Kami tak punya uang untuk berobat!
Pikiran Aida itu panjang, bukan cuman sekedar mendapatkan kebahagiaannya saja.
Dari tadi dia meng-cover Reiko juga bukan karena dia ingin melakukan itu atas dasar feeling dalam perasaannya semata.
Ini semua untuk Romo. Ini adalah aib rumah tanggaku sendiri, masa ya aku harus cerita ke orang lain? Dan Mas Dimas ini bisa tahu semuanya karena dia datang dan bertemu dengan Mas Farhan dan Mbak Mutia. Kalau tidak, ya dia tidak akan melihat ketidaksingkronan antara yang dikatakan olehku ke Pak Raditya dengan yang dikatakan Mbak Mutia sama Mas Farhan padanya.
Aida punya pemikiran yang begini.
Jadi walaupun Dimas mencoba untuk memintanya melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya, Aida tetap tidak mau.
Dia menolak halus dan selalu saja mengalihkan ke yang lain.
Seperti saat ini,
"Wah, Mas Dimas enak sekali makanan di sini, lihat aku makan sampai aku ndak muat lagi mau makan apa! Kenyang banget semua makanannya sudah habis loh!"
Lagi-lagi Aida menuju ke meja makan yang memang hampir bersih dan dia betul-betul tak sanggup untuk makan lagi. Ini mengingatkannya pada doanya yang kemarin.
Jadi bener ya do'a orang teraniaya itu dikabulkan? karena memang Aida kemarin meminta makan sampai dia tidak muat lagi perutnya untuk makan.
Dan saat ini, semua itu terwujud.
Sampai membuat Dimas juga tersenyum menahan geli, mengingat lahapnya Aida makan.
"Apa kamu makan sebanyak ini, tiap hari? Badanmu kecil loh!"
"Ya makannya emang banyak, Mas. Tapi aku nggak bisa gemuk-gemuk, mungkin karena udah gen kali ya?"
Aida menjawab sekenanya.
Ya Iya jelaslah makanku banyak, orang aku nggak makan nasi seminggu. Hahaha! bisik hatinya yang tak diketahui Dimas.
"Yang penting sekarang kamu senang kan, udah kenyang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romans(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...