"Hihihi, aku pikir ada agenda penting apaan tahunya cuman kayak gitu doang?"
Malah Aida terkekeh mendengarnya.
"Ya iyalah! Aku udah susah payah harus ngedengerin ceramah Ibra selama seminggu, terus bantuin buat berulang kali ngasih soal-soal ujian untukmu, masa di hari besarnya aku nggak nganterin?"
Ada sedikit rasa tersanjung di dalam hati Aida ketika mendengar ini.
"Makasih ya, Mas Reiko!"
"Kamu harus berhasil, Ai!" ucapan yang membuat Aida kembali menatap Reiko dan mengangguk.
"Aku sudah memberikanmu kesempatan untuk kuliah. Manfaatkan ini sebaik mungkin. Kamu pasti bisa berhasil dan aku yakin kamu bisa jadi wanita yang hebat!"
Aida kembali senyum-senyum mendengar ini. Hatinya berbunga.
"Aku jadi Ge eR! Padahal Mas Reiko sendiri yang bilang kalau aku ngerjain soalnya nggak pernah bener."
"Aku bilang, gak pernah bener?"
Saat pertanyaan itu dibalikkan, Aida sedikit bingung. Tapi kemudian dia mengangguk pelan.
"Kapan?"
"Ada salah ya?"
"Kapan?" tanya Reiko lagi.
"Hmmm... aku nggak tahu, tapi kayaknya aku banyak salah soalnya Mas Reiko marah banget."
Jawaban yang kembali membuat Reiko tersenyum pada wanita di sampingnya.
"Itu karena kamu enggak pernah pede! Kamu enggak pernah bisa memberikan penilaian untuk dirimu sendiri. Penilaian yang pantas!"
"Maksudnya?"
"Udah jangan dibahas lagi!"
Jari telunjuk Reiko kini sudah ada di bibir Aid, matanya juga serius menatap wanita itu.
"Siap-siap sana! Nanti kan ujiannya jam satu siang, kan?"
"Tapi, ini masih jam sembilan. Masih empat jam lagi sampai ke jam satu."
"Ya tapi kan, kalau udah siap-siap bisa tinggal berangkat nanti. Kita ada disini jam sepuluh."
"Kenapa cepet-cepet toh, Mas?"
Aida tak paham.
"Menghindari jalan macet kalau ada sesuatu di jalan terus jadi macetnya panjang, gimana? Terus kita nggak bisa lewatin macet itu on time, gimana?"
Benar juga yang dikatakan Reiko. Jalanan di Jakarta sulit diprediksi. Karena itulah Aida menurut.
"Udah, nanti ini semuanya aku yang beresin. Kamu fokus aja gih sana siapin apa aja yang mesti kamu bawa!"
Aida tak menolak, dia mengikuti perintah Reiko meskipun hatinya kini juga tak jelas.
Aku berasa punya suami beneran! Tapi kadang aku juga merasa seperti punya kakak! Dia bisa jadi segalanya untukku. Dan ini membuatku semakin ingin membuat dirinya menjadi milikku seutuhnya!
Aida makin tak jelas, tapi dia tidak mau membuat Reiko pusing juga, lagian dia juga sudah meminta pada Reiko untuk tidak mengukuhkan hubungan mereka dulu. Kenapa juga dia masih terus memikirkan hal ini?
Kadang memang begitulah wanita. Dia menginginkan sesuatu yang lain tapi karena rasa takutnya sama seperti Aida memilih untuk menyiksa dirinya sendiri.
"Di sini tempat ujiannya, Mas Reiko?"
"Iya, tapi masih satu jam lagi!"
Reiko membunyikan tulangnya karena rasa lelah juga.
"Aku nggak nyangka kalau jalannya tadi itu sampai lama gitu macetnya, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...