"Eeeh, enggak, tadi aku belum tidur kok Mas Reiko."
Tak salah kan, kalau Aida bilang begini? Dia memang belum tidur.
"Tapi mau tidur mikirin cowok lain?"
"Hmmm, itu bukan cowok." Melihat Reiko yang sangat marah tentu saja Aida menjawab cepat begini.
"Dia cewek?"
"Cowok." Tapi dia juga tidak bisa berbohong karena memang Jungkook adalah cowok.
"Mau bohongin aku?"
"Gak gitu, maksudku itu kan ngefans. Banyak kok cewek-cewek yang tidur mikirin BTS juga."
Aida berusaha untuk membela dirinya.
"Kamu tuh. Sssh ...."
Reiko jadi gemas sendiri.
TING TONG.
Sebenarnya Reiko masih mau melanjutkan perdebatannya dengan Aida, tapi karena ada suara bel yang terdengar pria itu malah bersungut dan melangkah pergi meninggalkan Aida yang mencebik.
Lah, kenapa toh marah? Memang salahku apa? Perasaan aku bener kok tadi bicara begitu. Lah kan memang akunya belum tidur, toh? Aku kalo terus-terusan menangis gara-gara inget teleponnya, nanti dia juga yang perasaannya malah jadi ndak enak. Dan nanti ujung-ujungnya dia mau ninggalin wanita itu dan nantinya akan ada rasa bersalah juga pada diriku sendiri. Bukankah lebih baik aku memikirkan sesuatu yang bisa membuat hatiku lebih tenang? Lagian cowok-cowok itu pada ganteng-ganteng kok. Cuman ngefans aja, memang ndak boleh?
Dalam hati sambil mengubah posisinya jadi duduk, Aida baru saja menggerutu begitu.
"Makanannya sudah siap. Cepetan turun, makan dulu."
Reiko hanya berdiri bersandar di pintu sambil melipat kedua tangannya memerintahkan seperti tadi dengan sorot matanya yang tajam pada Aida.
"Iya, Mas Reiko." Membuat wanita itu tidak berani melawan.
"Ssssh."
Tapi saat ingin turun dan menggerakkan tubuhnya tadi ke pinggiran tempat tidur, Aida memang merasakan sakit lagi di bagian yang tadi malam keluar darah
Dia meringis.
"Apa melihat padaku? Cepat turun dan makan. Aku tunggu di meja makan."
Sebuah jawaban yang membuat Aida mencebik.
"Ndak bisa makanannya dibawa ke tempat tidur?"
"Aku bilang aku tunggu di meja makan."
Hahaha. Kenapa dia jadi galak begitu? Dan dia ndak ada niat buat ngebantuin aku ke meja makan, bukan? Aduh sakit banget.
Keluhan dalam hati Aida, tapi dia tak berani bicara apa pun dan memilih berjalan pelan-pelan saja menuju ke meja makan sambil bersungut.
"Kenapa lambat sekali? Aku sudah lapar dan ingin makan."
"Ya kan ndak bisa cepet-cepet, Mas. Aku kan jalannya ini juga pelan-pelan. Lagian Mas Reiko juga nggak bantuin aku kok."
"Ngapain aku bantuin kamu?"
Ekor mata pria itu malah melirik tajam pada Aida sambil dia duduk bersandar di kursi makannya. Membuat Aida tak berani menjawab.
"Minta tolong gih sama Jungkook. Dia mau nggak bantuin kamu?"
Lah, lah, kenapa jadi Jungkook dibawa-bawa?
Kalau tidak ingat di depannya ada makanan dan dia tidak mau menimbulkan keributan, pasti Aida sudah mengomel lagi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...