Bab 229. KENAPA HARUS DIBICARAKAN?

31 3 1
                                    

Ah, jadi itu artinya, dari tadi Aku mendengar nama Anakku dipanggilnya hanya dengan sebutan Ai saja?

Makin berbungalah hati Ratna ketika mendengar penjelasan dari Reiko.

Dan bukan hanya dirinya.

Hihi, Aku jadi pengen punya suami cepet-cepet, kalau lihat Mbak Aida ini dimanjain sama Mas Reiko. Kayak di drama korea, seru hati Arum yang bener-bener terpukau dengan sikap Reiko.

Memang nggak salah Mbak Aida dinikahkan dengan Mas Reiko. Aku dulu sempat bertanya, kenapa Ibu tega menikahkan Mbak Aida, apa karena kuliahku? Tapi memang Dia Pria yang sangat baik dan penyayang.

Lingga juga merasa semakin tenang hatinya.

"Koe ndak bohong Le?"

"Mas Reiko nggak bohong kok, Kek."

Si kecil Lestari yang tidak tahu benar atau tidak ucapan Reiko memang mencari tahu langsung melalui handphonenya.

"Ini Aku lihat artinya di google translate dan bener artinya itu cinta, Kek," seru Lestari dan jelas ini membuat Adiwijaya pun tersenyum dan menatap Cucunya.

"Eh tapi jangan bilang-bilang sama Mbak-mu ya. Dia itu nggak tahu, makanya Aku kadang-kadang gemas dengannya dan Aku ingin Dia cari tahu sendiri," Reiko mengingatkan pada Lestari yang tentu saja mengangguk.

"Lah kenapa istrimu ndak kowe bawa ke sini toh?" tanya Adiwijaya lagi.

"Dia ndak mau Kek." Reiko gemas. "katanya Aku masih banyak kerjaan dan Dia ngambek sama Aku karena Dia pikir Aku jadi buang-buang waktu, ke sini gak penting Kek." Reiko merajuk supaya Adiwijaya mengerti.

"Makanya, kalau Aku ketauan pergi ke sini, nanti kalau Dia tahu dari upload foto keluarganya ada Aku di sana bisa-bisa ribut Aku dengannya, Kek."

"Lah, iya udah pasti ngambek toh! Dia kan mikirin pekerjaanmu. Lagian Kamu kenapa cerita-cerita pekerjaanmu padanya?" seru Adiwijaya, memang orangnya menggampangkan segalanya dan tidak mau terlalu banyak berpikir ngejelimet kecuali kalau dirinya sedang dengan Lesmana saja. Baru Dia berpikir benar-benar berbeda.

"Wah, berarti Mas Reiko ini bohong ya ke Ibu? Tadi kata Mas Reiko enggak sibuk padahal Mas Reiko sibuk banget ya?"

Bocah ini ceplas-ceplosnya mirip sekali sama Kakaknya yang lagi ngambek itu! seru hati Reiko yang hanya bisa tersenyum saja mendengar itu sambil berbisik pelan di hatinya.

"Lestari, Kamu nih ngomongnya ndak sopan sama Masmu!" protes Ratna yang coba mengingatkan putrinya.

Namun....

"Gak apa-apa Bu." Reiko di sini menggelengkan kepala tak masalah.

"Aku memang sibuk, tapi Aku bisa melakukan apapun di kantor, Bu. Aku bisa izin dulu sebentar dan Aku udah biasa izin seperti ini kalau memang harus pergi. kalau tidak begini, ya Aku tidak akan pernah bisa kemana-mana dan nggak akan pernah bisa ngapa-ngapain Bu, termasuk weekend. Kerjaan akan selalu saja banyak dan menumpuk."

Mata Reiko pun mengarah pada Adiwijaya.

"Benar kan, Kek?" Seakan meminta dukungannya.

"Yo kalau sering-sering Kamu cuti ya masalah toh, Le!" gerutu Kakeknya.

"Ya maksudnya seperti sekarang ini lho Kek. kayak Aku datang dulu tadi ke Kendal jemput Ibu ke sini, sekalian Aku juga mau nyekar hari ini kan hari meninggalnya Mbak aisyah." Reiko jadi gemas sendiri.

"Yo ra masalah toh!" Adiwijaya mengarahkan pandangannya pada Ratna.

"Kamu ndak usah kepikiran soal kerjaan Putuku. Dia ndak masalah, kalau izin-izin. Wong iku perusahaanku. Menantumu kalau mau pergi dulu sebentar ya boleh. Kan itu urusan keluarga!"

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang