Bab 273. LIHAT PEMBALASANKU

35 3 4
                                    

"Hmm. Kan aku punya kamu! Jelas ini jadi tempat favorit kita berdua kan?"

"Ih aku bicara serius ya! Maksudku Kenapa kamu pilih menjauh dari keluargamu kan pasti karena...."

"Iyalah. Aku mau tinggal sama Kakek juga nggak mungkin, karena Kakek belum bisa terima kamu waktu itu!"

Tapi aku tidak mau lah, tinggal bersama dengan kakeknya! Pertama kali kami bertemu saja, dia mau menyuruhku untuk membuang urine neneknya! Kan itu menjijikan!

Saat Reiko membawa Brigita pertama kali itu, saat neneknya sedang sakit. Mereka di rumah sakit dan kakeknya minta tolong untuk membuangkan isi tampungan kateter yang sudah penuh itu ke toilet tapi saat itu Brigita terlihat jijik.

Dia menyuruh Kakek Reiko untuk memanggil suster saja daripada menyuruhnya.

Sang Kakek pun menurut padanya dan itulah awal penilaian Adiwijaya yang tidak menyukainya.

Dia baru mau memanggil suster tapi tak lama Reiko sudah datang lagi dengan membawakan obat yang harus ditebus di apotek! Karena itulah kakeknya tak jadi memanggil perawat dan menyuruh Reiko untuk melakukan apa yang tadi diminta tolong kepada Brigita dan cucunya itu langsung melakukan tanpa menolak.

Dan bodohnya dia, harusnya dia melakukan sama seperti yang aku lakukan! Apa susahnya meminta tolong pada perawat, itu kan menjijikan!

Makanya mengingat hal ini, Brigita ngedumel sendiri di dalam hatinya sekarang.

"Tapi masa sih kamu tega kalau kita direstuin harus tinggal di tempat kakekmu waktu itu? Aku kan bilang padamu, kalau aku ingin tinggal berdua dan tidak mau bersama dengan keluarga! Aku ingin kita mandiri!"

Lagi-lagi Reiko pun mengangguk pelan dengan senyum di bibirnya.

"Ya kan aku enggak mungkin tinggal sama Kakek, karena Kakek mau tinggal di Kudus sesuai request Nenek. Tapi sebenarnya aku nggak tega, karena mereka sudah tua, kan kamu yang bilang sendiri kalau kita harus menjaga Nenek waktu itu."

"Apa sekarang kamu baru pikir juga kalau aku sama seperti ibu tirimu itu yang tidak menyayangi keluargamu?"

"Enggaklah! Kamu punya alasan kenapa kamu nggak mau dekat dengan keluargaku, karena kamu tidak diterima oleh mereka, bukan?"

Di sinilah Brigita kita mengangguk.

"Nenekmu memintaku untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga, baru aku bisa diterima di keluargamu tapi aku udah kayak zombie kalau melakukan itu! Tapi kamu nggak ngasih tahu ke nenekmu kan kalau aku cerita? Kamu juga nggak tanya ini ke dia juga, kan?"

Reiko menggelengkan kepalanya.

"Apa yang kamu ceritakan padaku tidak aku ceritakan pada Nenek dan kakekku! Kamu jangan khawatir."

Ya iyalah aku khawatir, orang itu semua aku yang bikin cerita! Mereka tidak bilang apa-apa! Tapi itu adalah alasanku kenapa aku nggak mau tinggal bersama dengan mereka karena aku tidak mau tiap hari disuruh buang urine! keluh hati Brigita.

Di saat yang bersamaan,

"Nah, sekarang aku ingin bicara soal Mama Rika serius denganmu, Bee."

"Apa?"

"Aku mau kasih tahu ke kamu, kalau untuk keluargaku maksudku pandangan mereka seandainya mereka tahu hubungan kita seperti Mama Rika, kamu itu bagian dariku, Bee."

Reiko mulai menegaskan.

"Coba sekarang kamu bayangkan apa yang ada di pikiranku ini! Kamu fokus dulu!"

Untung saja driver online nya agak lama karena memang lokasi tempat beli makanannya agak jauh.

Jadi mereka bisa mengobrol dulu.

"Andaikan kamu kemakan sama apa yang dikatakan oleh mamaku. Lalu kamu datang ke sini seperti kemarin dan dia yang dipercaya oleh kakekku dan disayangi oleh kakekku berniat buruk pada kita. Dia menelpon kakek, lalu menunjukkan apa yang terjadi dengan video call. Pasti Kakek marah padaku. Dia pasti membenciku. Dia akan membuangku dari penerima ahli warisnya dan membuat bisnis kita berantakan. Bagaimana dengan nasib kita, Bee?"

Brigita diam. Tapi dia sudah bisa membayangkan apa yang dikatakan Reiko.

"Siapa yang untung andaikan kakekku membuangku dan tidak lagi mau mengakui aku sebagai cucunya? Siapa yang diuntungkan, Bee?"

Ada senyum tipis di bibir Reiko saat dia memberikan penekanan pada kalimat yang terakhir tadi.

Ini membuat Brigita ngeri. Dia tentu tidak mau terjadi sesuatu dengan dana yang dimilikinya dan modal itu sangat penting untuknya sekarang.

"Ah, maafkan aku sayang. Aku benar-benar enggak kepikiran sampai kesana, soalnya aku benar-benar cemburu waktu mamamu bilang kamu menggendongnya. Bahkan kamu nggak mau nyuruh dia buat ngebersihin rumah ini, karena kamu nggak tega sama dia."

"Hah, bukan nggak tega! Tapi aku cuma males aja kalau kerjaannya nggak bersih! Buktinya kata Mama dia cuma disuruh untuk membersihkan lantai saja dia bisa membuat gelas pecah dan terkena ke kaki Rukma. Gimana kalau aku menyuruhnya untuk bersih-bersih semua? Kamu aja nggak tahu apa saja yang sudah pecah di sini!" Reiko membela diri.

"Eh, iya ya? Jadi dia sudah memecahkan banyak barang?"

Reiko mengangguk.

"Gini, Bee!" Reiko tak ingin membahas yang satu ini dan dia minta Brigita untuk fokus pada pernyataannya.

"Mama Rika, dia itu memang mamaku tapi dia Mama tiriku. Aku tak tahu apa niatan dia di belakangku. Dia selalu saja melakukan sesuatu seakan menginginkan aku tidak lagi mengurus harta keluarga Adiwijaya yang memang sebenarnya tidak mau aku urus. Aku juga mau kok melepaskan itu semua, asal aku bisa hidup tenang denganmu!"

Iya tapi kalau kamu tidak punya uang siapa juga yang mau denganmu?

Dan ada selentingan seperti ini, saat Brigita mendengar ucapan Reiko barusan.

"Tapi apa Mama Rika dan anaknya bisa mengurusnya? Semua ini adalah kerja keras dari papaku, warisan dari kakekku dan warisan dari buyutku. Kalau itu semua rusak di tangan adikku yang tidak tahu apa-apa cara mengurus bisnis, bagaimana? Aku juga berpikir panjang ke sana! Aku bukan gila harta. Dan aku juga tahu kamu bukan orang yang kemaruk harta dan kamu tidak menginginkan harta keluargaku sama sekali, tapi siapa yang menjaga dan melestarikan nama keluargaku kalau bukan aku sendiri? Aku keturunan Adiwijaya."

Iya ya, dia berpikir begitu tentang aku! Tapi siapa sih orang yang menolak hidup glamor? Gak ada! gumam di hati Brigita yang bibirnya kini tersenyum.

"Baiklah, sayang. Dan aku rasa dari semua yang kamu ceritakan ini padaku, aku tidak perlu lagi mencurigaimu bukan?"

Di sinilah Reiko mengangguk pelan dan mengangkat bahunya sekaligus.

"Semua tergantung padamu, Bee. Sekarang lihat apa yang sudah dilakukan oleh mamaku terhadap bisnismu? Seminggu kamu tidak mengurusnya."

Brigita sedikit meringis.

"Aku sengaja membiarkan untuk memberikan pelajaran padamu, kalau kita tidak seharusnya terlalu percaya dengan orang lain."

Benar yang dikatakan Reiko. Dia mengikuti keinginan Brigita melakukan apapun yang diinginkan wanita itu untuk membuktikan, kalau dirinya memang tidak memiliki hubungan dengan Aida lebih dari sekedar apa yang diketahui oleh Brigita.

Reiko tak mau kalau orang memanfaatkan kelemahan mereka ini seperti yang dia duga dari yang dilakukan Rika.

"Jadi tujuan mamamu, ingin membuatmu terlihat buruk di hadapan kakekmu begitu? Supaya kamu bisa terusir dari nama penerima ahli waris?"

Reiko mengangkat bahunya lagi.

"Itu pradugaku. Tapi Biar bagaimanapun dia adalah istri papaku dan aku harus menghormatinya. Dan ini adalah rahasia juga keburukan yang ada di keluargaku! Aku tidak berani untuk menceritakan ini kalau bukan padamu karena kamu adalah bagian dari diriku makanya, aku yakin kamu enggak akan melakukan yang buruk pada keluargaku!"

Tidak aku tidak akan melakukan hal-hal yang buruk padamu dan keluargamu, bisik hati Brigita kesal. Tapi sekarang ibu tirimu itu mengusikku dan aku yakin sekali kalau dia tidak tulus padaku Dan aku pun juga akan menjadikannya sebagai alatku juga! Tunggu balasanku!

"Apa kamu paham Bee, semua penjelasanku?"

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang