Bab 336. WAKTU MENGUBAH SEGALANYA

27 2 1
                                    

Huh, di-dia bilang apa? Dan apa dia tidak sadar kalau banyak orang di sini? Sepertinya dia salah paham kepadaku, ya?

Aida tak menyangka kalau dia akan dapat semprotan seperti ini di luar mushola dengan kondisi banyak orang lalu lalang dan mereka memiliki telinga yang meskipun mereka tidak mau mendengar ucapan dari pria tadi, tapi sesuatu yang masuk ke telinga mereka membuat mereka melirik sedikit pada Aida.

Termasuk telinga seseorang yang baru saja pakai sepatu dan dia baru mau keluar dari mushola dan mendengar dengan jelas apa yang tadi dikatakan oleh seorang pria yang kini sudah ngeloyor pergi.

Maunya sih Aida mengejarnya dan bicara dengannya.

"Aida?"

Tapi sapaan dari seseorang yang ada di sebelah kanannya tidak terlalu jauh hanya berjarak dua meteran memaksanya menengok ke sumber suara.

Mas Irsyad? Dia masih mengenaliku? Dan dia juga tadi pasti mendengarkan apa yang dikatakan kurir itu. Apa permasalahannya denganku sih, sampai dia bicara begitu? Dan sekarang aku juga tidak bisa mengejarnya!

Kecut sekali rasa dalam hati Aida ketika melihat sosok yang tak disangka-sangka olehnya.

"Kamu Aida, kan?"

"Ehm, i-iya Mas Irsyad."

"Kamu kenal orang tadi?"

Mau menjawab bukan Aida tidak mungkin, karena Aida sudah melihat pria itu dan dari tatapannya Aida tentu saja terlihat seperti mengenalinya.

Tapi sekarang masalah baru muncul. Harus jawab apa dia kalau ditanya kenal atau tidak dengan orang yang ngeloyor pergi setelah membuat masalah dengannya?

Kalau dibilang kenal dan kenal di apartemen saja, pasti pria itu akan bertanya bukan apartemen siapa yang ditinggali oleh Aida?

Haruskah ia mengatakan kalau apartemen suaminya sedangkan dirinya masih tak yakin hubungan seperti apa dirinya dengan Reiko? Dan pria di hadapannya haruskah tahu kalau dia sudah menikah? Bukankah pria itu adalah pria yang selama ini disukai oleh Aida dan dia sudah lama memendam rasa padanya? Tapi, kalau dia mengatakan tidak mengenal harus menjawab apa sekarang dirinya pada pria yang sekarang Aida yakini kalau orang yang mengaji tadi betul-betul orang yang dikenalnya?

"Ehm, Mas Irsyad maaf. Itu kayaknya panggilan untuk mahasiswa yang mau ikutan tes dan aku sekarang sedang ikutan tes juga. Aku tidak bisa jelasin banyak. Tapi kayaknya orang tadi salah paham denganku!"

Untung saja Aida mendengar suara pengumuman pemberitahuan kepada peserta ujian untuk bersiap di ruangan masing-masing.

Kalau tidak, dia tidak tahu harus menjelaskan apa pada pria yang masih berdiri menatap punggungnya yang sudah berlari menjauh.

"Ngeliatin siapa, Syad?"

"Eh!" Disapa temannya barulah Irsyad kembali lagi pada dunianya yang sekarang.

"Adik kelas gue. Kenapa juga gue malah bengong ya, nggak minta nomor teleponnya tadi?" tanya Irsyad seakan linglung.

"Padahal bener dia itu adik kelas gue, kan?" Irsyad kini menengok ke orang di sampingnya.

"Tadi dia juga ngenalin gue kok! Jadi dia udah pasti adik kelas gue!"

Yang diajak bicara justru malah mengerutkan dahinya bingung.

"Terus kenapa lo kayak orang bodoh gitu? Kalau emang adik kelas lo, kenapa?"

"Oh, enggak sih ...." Irsyad masih belum bisa menjelaskan apa pun, tapi kemudian dia berdehem melihat lagi orang di sampingnya.

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang