"Kamu salah paham, Ai. Aku...."
"Ya mungkin Bapak benar, kalau Saya salah paham. Tapi Saya lebih mengerti bagaimana keluarga Saya Pak, dan harus menghindari mereka dari orang seperti Bapak."
Aida memandang tegas pada Reiko. Dia tidak mau mendengarkan alasan apapun. Untuk yang satu ini Aida sudah punya perhitungannya sendiri.
"Bapak tidak perlu mendatangi hari atau ritual apapun di keluarga Saya. Dan nanti tolong jangan bicara dengan Ibu Saya. Sekarang Saya akan menelpon Ibu Saya dan Saya akan mengatakan kalau sebenarnya Saya tadi sempat menangis dan Bapak mengambil keputusan untuk pergi ke Kendal padahal sebetulnya Bapak masih banyak urusan."
"Hey...."
"Di rumah ini Saya memang menuruti Bapak, tapi kalau sudah hubungannya dengan keluarga Saya, ini lain lagi urusannya. Saya tidak mau keluarga Saya jadi bahan mainan anak orang kaya seperti Bapak!"
"Siapa yang mau ma...."
"Bapak mungkin niatnya tidak ingin main-main, tapi bagi Saya ini sama saja dengan main-main Pak!" mata itu menatap dalam pada Reiko.
"Pernikahan kita cuman pura-pura, jadi Bapak tidak perlu merasa berkewajiban apapun pada keluarga Saya kecuali untuk biaya kuliah adik Saya. Yang itu memang bagian dari perjanjian kita."
Tak ada negosiasi. Aida memang menunjukkan sisi dirinya yang begitu perhitungan dan Dia juga mengingat sesuatu sekarang.
"Bukannya Bapak nanti ada tamu? Dan Bapak ingin membenarkan Nature space?"
Ya sesuatu yang dilupakan oleh Reiko.
Dia tadi berniat untuk pergi ke Kendal begitu saja tanpa ingat janjinya yang satu itu.
"Dan satu hal lagi Pak!" Lagi-lagi sebelum Reiko merespon, Aida sudah melanjutkan bicara.
"Untuk masalah rekonstruksi payudara, Saya sudah katakan pada Bapak, Saya menolaknya. Bapak tidak bisa memaksa Saya, karena Saya cuma Istri kontrak Bapak dan Saya tidak punya kewajiban apapun untuk mengikuti apa yang Bapak sarankan," ada senyum miris di wajah Aida.
"Lagi pula, kalau Saya punya itu untuk apa Pak? Buat mainan Bapak? Kan Bapak sudah punya wanita Bapak! Kenapa Bapak masih mengganggu Saya? Dan Saya sudah cukup sabar sama Bapak loh! Kalau Bapak masih mencoba mencari gara-gara dengan Saya, maka jangan salahkan Saya kalau Saya melakukan sesuatu untuk memberitahukan pada Romo Adiwijaya tentang hubungan kita yang sebenarnya."
"Kamu ngancem Saya? Padahal Saya cuman mau memberikan satu solusi untukmu, supaya Kamu bisa jadi wanita utuh!"
"Terima kasih sudah memikirkan sejauh itu Pak!" Aida kalau sudah seperti ini, memang Dia tidak suka mendengarkan orang lain mendebatnya. Lebih suka mengeluarkan semua emosinya tanpa kompromi.
"Jika Saya menginginkannya, Saya akan menghubungi Bapak. Tapi sekarang Saya menolaknya. Dan mungkin Bapak akan mengatakan kalau Saya tidak menurut pada Bapak tapi ini akan Saya gunakan sebagai alasan kenapa Saya akan bercerai dengan Bapak lima tahun lagi. Saya tidak mau menerima rekonstruksi payudara jadi skenarionya, Bapak meminta Saya untuk memilih antara bercerai atau rekonstruksi dan Saya memilih bercerai!"
"Hey, Kamu ini bicara padaku seperti kereta api panjang yang sedang jalan saja terus-terusan tanpa berhenti!"
"Pak...." Aida sebenarnya ingin membalas.
Tapi....
dreeet dreet dreeet
Telepon yang bergetar membuat Aida tersadar kalau dia masih memegang handphone suaminya.
Dan senyum tipis pun muncul di bibirnya ketika melihat nama di layar monitor itu
"My Queen Bee telepon Pak!" mata Aida mengarah pada Reiko sambil menunjukkan layar handphone pada Reiko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...