"Mas Reiko maunya aku habis mandi ngapain?"
Kalau dia menatapku begini dan bertanya begini, aku harus menjawab apa?
Keinginan Reiko sebenarnya bicara jujur pada Aida, kalau dia menginginkan sesuatu.
Tapi entah kenapa ditantang pertanyaan seperti itu, dirinya malah tidak bicara dan terus saja memandang wajah Aida yang polosan tanpa make up itu. Biasa saja, tapi malah makin membuat Reiko menginginkannya.
"Mas Reiko mau jawab atau ndak?"
"Duduk bersamaku di sini nanti habis mandi. Ada yang mau kutunjukkan padamu."
"Hmmm!"
Aida menyanggupi permintaan Reiko dan dia pun masuk ke dalam kamar mandi tentunya sudah dengan membawa salin ganti pakaian.
Aida tidak seperti Reiko yang hanya keluar dengan menggunakan handuk saja.
"Mas Reiko kenapa ngeliatin aku kayak gitu?"
"Nggak kurang lama kamu di kamar mandi?" sindir Reiko yang membuat Aida senyum-senyum.
Ya, dia sendiri sadar kalau di dalam sana dia pasti akan sangat lama sekali.
Bahkan tadi Aida berpikir dirinya belum siap untuk keluar.
"Dua jam setengah kamu di sana, loh!"
Aida memang tak tahu apa yang ingin dibicarakan oleh Reiko. Tapi Aida agak nervous dan ini membuatnya menghadirkan jutaan alasan untuk memperlama waktunya di kamar mandi.
"Hehehe, kamar mandinya soalnya bagus Mas Reiko, bisa berendam juga. Jadinya aku lama-lama di sana dan ketiduran juga tadi."
Padahal di dalam sana Aida stress berat. Pening kepalanya memikirkan harus keluar dari kamar mandi itu dan menghadapi Reiko.
Jadi dalam kondisi seperti itu apa mungkin dia tidur?
"Duduk sini!"
Reiko tak mau mempermasalahkan alasan Aida itu dan tangan kanannya sudah menepuk sofa di sampingnya.
Karena itulah Aida patuh dan mendekat pada Reiko dengan rambutnya yang masih digulung handuk.
"Mas Reiko mau nunjukin surat perjanjian yang dulu pernah aku tanda tanganin, ya?"
Saat Aida duduk dan menatap ke layar monitor yang di depannya tentu saja dia bisa menebak tulisan apa yang ada di sana.
"Ingatanmu bagus juga."
"Aku juga masih inget beberapa, kayak pasal ke empat poin ketiga, tentang pihak kedua akan tinggal bersama pihak pertama di tempat tinggal yang sudah ditentukan pihak pertama dan tidak diizinkan menolak. Poin ke empat, pihak kedua wajib berperilaku baik selama tinggal bersama, menuruti semua perintah pihak pertama selaku seorang istri dan tidak boleh membantah pihak pertama dalam permasalahan apa pun. Lalu poin kelima, pihak kedua akan bersama pihak pertama selama maksimal lima tahun tanpa boleh mencampuri urusan pihak pertama baik dengan urusan pribadinya ataupun pekerjaannya dan tidak boleh mengganggu pihak pertama, membuat malu, menjatuhkan harga diri pihak pertama, dilarang memicu keributan yang mengganggu ketenangan pihak pertama serta harus tetap menjaga rahasia perihal perjanjian yang sudah disepakati kedua belah pihak, serta poin keenam, pihak kedua tidak boleh berhubungan dengan pria manapun selama kontrak berlangsung."
Reiko mengapit bibirnya dengan matanya menjurus tajam pada Aida saat mendengarkan beberapa poin yang memang masih diingat istrinya itu.
"Apa kau menghafalkan itu setiap malam?"
Dan sindiran itu sebetulnya hanya sebuah kalimat satir dari Reiko, tapi ternyata Aida mengangguk.
"Supaya aku ndak pernah lupa, Mas. Aku takut kalau aku lupa nanti aku kebablasan dan aku sudah berpikir sesuatu yang salah tentang hubungan kita. Apalagi aku memang ndak punya salinan copy-annya jadi yang bisa kulakukan hanya menghafalnya saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...