Bab 206. GAK ADA SALURANNYA

51 2 0
                                    

"Halalah Pak, nah itu Bapak buka milik Bapak sendiri di depan Saya kok!"

"Ya Aku kan gak apa-apa, mau buka apapun di depanmu!"

"Gak pa-apa gim...."

"Ssst, jangan banyak bicara!" Reiko memotong.

"Aku masih punya hubungan denganmu. Kalau Pria yang di sana itu, di video, Memangnya Kamu ingin melihat barangnya?"

"Gak ada niat liat juga, Pak!" cicit Aida.

"Dan satu lagi tuh, Bapak punya hubungan denganku? Ya sebagai suami kontrak Pak! Eh salah bukan, kita punya kontrak perjanjian, Saya gak ngontrak Bapak, tapi bapak yang....!

"Apapun lah!" Reiko sudah memotong duluan.

"Ish, Jangan cubit hidung Saya, Pak!

"Ya Kamu kalau dikasih tahu protes aja!"

Reiko lalu mencebik.

"Memang Kamu ingin melihat video cowok polosan dan pengen kecentilan imajinasiin milik orang, hmmm?"

"Ya ampun, Pak! Saya ndak pernah lihat-lihat yang seperti itu! Makanya Saya ilfil sendiri kenapa coba Bapak malah nonton yang begini?"

"Lihat tangan laki-laki itu!" Reiko yang tadi menghentikan video, kini melanjutkan lagi.

"Di mana Dia meletakkan tangannya? Di mana Dia bermain di sana dan bagaimana wanitanya! Bagaimana kenikmatan yang dirasakan oleh wanita itu! Kamu ngerti maksudku?"

Reiko yang gemas menghempaskan napas dan menatap Aida.

"Sini mendekat padaku!"

"Aaakh, Bapak apaan siih!"

Reiko mengangkat kakinya dan Dia menarik tubuh Aida sehingga posisinya mirip sama seperti yang di video.

"Ssst, diam dulu! Aku cuma ingin mencontohkan saja. Kalau dalam posisi ini, sama seperti itu, tentu yang Aku ingin pegang bagian sini!"

"Lah Bapak pegang saja punya Ratu Lebah!"

Aida sudah risih! Dia ingin melepaskan dirinya dan tidak suka dengan posisi Reiko ada di belakangnya dengan tangan Pria itu juga masuk melalui ketiak bawahnya.

"Hey, Aku Pria normal, makanya Aku mencontohkan padamu!" Reiko malah menaruh kedua kakinya dipangkuan Aida, mengekang wanita itu jelas membuat Aida jadi semakin sulit bergerak apalagi kedua tangannya juga mengekang pinggangnya.

"Lah, Saya ndak mau dicontohkan yang begini Pak! Lepasin coba Pak!" Aida tak terima. Dia menggeliat.

"Dengar! Karena Pria butuh sesuatu untuk dipegang dan untuk dimainkan. Dan itu adalah bagian yang paling menarik. Wanita dengan itu yang besar biasanya lebih menarik. Tapi Aku suka yang normal, ukuran normal dan diperbesar sendiri. Kamu, berapa dulu ukurannya?"

"Heh?"

"Berapa ukuranmu dulu? Jawab saja jangan hah heh!"

"Ya Bapak nanya apa sih?"

Aida benar-benar enggak nyambung, karena Dia memang enggak kepikiran soal Ini. Dia kan terus-terusan bergeliat mana kepikiran juga soal itu.

Dari tadi aku juga beristighfar terus! Bener-bener orang ini membuat aku dosa saja. Pokoknya aku sudah bilang pada Tuhanku bukan aku yang mau nonton ini! dipeluk begini, diperlakukan begini, semua bukan aku yang mau!

"Ukuranmu dulu! Sebelum pengangkatan keduanya itu! Berapa ukurannya dulu?"

"Oh, itu, ya Saya gak tahu Pak. Saya ndak pernah ngukur-ngukur."

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang