Bab 209. REPLACEMENT

51 3 1
                                    

"Aakh, diam! Aku bener-bener udah nggak tahan!" Reiko memaksa.

"Paaak, minggir!"

Reiko tak mau menurut. Seberapa kuat pun Aida memekik dan berteriak, berusaha mendorong, tetap Reiko tak mengindahkan.

"Lepasin Pak! Bapak berat, jangan tindih saya!"

Reiko tak mau dengar karena memang Reiko saat ini cuma peduli pada keinginannya tadi itu saja. Pikirannya tak bisa konsen.

Aduh aku harus gimana ini? Aida panik, ketakutan, kebingungan, semua rasanya tak jelas.

Dan lagi itu yang panjang itu menekan di sana! Haduh Aku harus gimana? Ya Tuhan, Aku gak mau. Bukannya ini gak sesuai dengan janji yang Engkau janjikan, kalau wanita baik-baik untuk laki-laki baik-baik dan laki-laki baik-baik untuk wanita baik-baik, tapi kenapa Dia yang jadi bersamaku sekarang? Aku gak mau!

"Pak, lepasin! Saya gak mau!"

Aida makin ngeri karena Reiko menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Aida, begitu kuat menekan dan menggesekkannya untuk mengeluarkan sesuatu!

Sehingga tanpa disadari Aida.

"Hhhhhh! Saya gak mau, lepasin Pak! Heuuuheuuuu! Saya gak mau!"

Aida sudah nangis sesegukan di bawah tubuh Reiko! Bertepatan dengan pria itu merasakan sesuatu keluar dari dalam sana melegakannya.

Apa yang sudah kuperbuat padanya? sekaligus membuat perasaannya jadi tak jelas.

Reiko benar-benar tidak tahan tadi. Dia tak mempedulikan Aida sesaat. Tapi yang terjadi, justru sekarang dirinya gak jelas.

"Hheuuuheuuuuu!"

Dan tangisan Aida itu benar-benar tangisan sejadi-jadinya. Dia benar-benar menangis di bawah tubuh Reiko.

Sssh, anak ini, Aku sudah bilang padanya kalau gak ngapa-ngapain.

Reiko tak mengerti juga, kenapa Aida masih tetap menangis. Padahal, tadi Dia sudah mengatakan, kalau Dia tidak akan masuk.

"Ehm, Ai, maafkan Aku, betulan Aku tidak sama sekali melakukan sesuatu padamu yang bikin Kamu sulit. Aku gak masuk ke dalam sana dan Kamu masih bersih kok! Aku hanya minta tubuhmu untuk terlentang saja dan Aku ingin mengeluarkan itu! Sambil menggesekkannya sendiri, karena tanganmu gak cukup kuat bikin Dia keluar."

"Heuuuheuuuuuu!"

Tapi bukan berhenti, tangisan itu malah semakin kencang. Makin cenat-cenut kepala Reiko.

"Ai, sudah dong, Aku minta maaf, jangan nangis lagi ya."

Reiko bicara sudah sambil mengubah posisinya di samping Aida dan dengan cepat, Dia menarik wanita yang sedang menangis itu ke dalam dekapannya.

"Sudah dong, jangan menangis lagi ya. Aku nggak ngelakuin apa-apa kok. Ayo dong...."

Reiko tak tahu lagi harus bagaimana mendiamkan Aida.

Seperempat jam sudah Aida menangis tak berhenti. Seakan Dia juga tidak mau mendengar ucapan Reiko dan meskipun Aida diam dalam dekapan Pria itu, tetap saja air matanya tak berhenti berlinang.

CUP!

"Ayolah, Aku minta maaf, Kamu mau Aku gimana minta maafnya?" Reiko membujuk dan barusan mengecup embun-embunan Aida.

Dari sejak Kakeknya Reiko telepon, Aida memang sudah tak lagi memakai kerudung. Makanya dari tadi juga Reiko membelai rambutnya.

"hhheuuuheuuuu!"

"Ssssh, jangan gini dong Ai, kalau Kamu nangis kayak gini terus, Kamu nantinya sesek, matamu bengkak lagi."

Bujukan tak mempan!

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang