Bab 359. UJUNGNYA TETAP DIANGGURIN

26 2 1
                                    

"Mas Reiko, aku bisa kok buka seatbeltnya sendiri!"

"Gapapalah, mumpung kita masih cuman berdua, aku mau perhatiin kamu ya kamu terima aja! Soalnya kalau nanti udah punya anak pasti akan repot! Perhatiannya akan kebagi-bagi. Dan aku belum tentu bisa perhatiin kamu terus kayak gini. Karena kita harus ngurus anak."

Sambil membukakan seatbelt sambil Reiko bicara.

Dan kata-katanya ini membuat Aida bergidik.

"Gak usah liatin aku begitu, kamu jangan khawatir! Aku buat anaknya nanti kok, kamu udah mau lulus kuliah. Soalnya aku nggak suka kalau anak aku harus dititip ke baby sitter karena ibunya lagi sibuk kuliah."

Senyum pria itu muncul sambil dia turun dari helikopter dan mengulurkan tangannya untuk Aida lagi.

Turun dari helikopter dipegangin! Ke mobil yang mau ke parkiran pesawat jet juga aku dirangkul terus! Dalam mobil dirangkul! Mau naik pesawat jet juga tangan aku dipegangin terus! Bukannya aku harusnya senang? Tapi, kenapa jadi risih dan malu-maluin begini, ya? Aku malu banget loh!

Entahlah, Reiko apa sadar dengan perasaan Aida ini atau tidak! Tapi yang pasti dia memang memperhatikan wanita itu sangat berlebihan.

Ini juga yang membuat hati Aida carut marut.

"Nah yang ditunggu sudah datang akhirnya, Seno!"

Baru juga mereka masuk ke kabin pesawat, Adiwijaya sudah merespon seperti ini.

"Assalamualaikum, Kakek!"

Dan cepat-cepat Aida melepaskan tangan Reiko langsung bersalaman dengan Adiwijaya.

Tidak sengaja berbasa-basi sambil duduk dan terus saja mengobrol dengan Adiwijaya, membuat Reiko yang duduk di sampingnya menghempaskan nafas pelan.

Mereka sebenarnya sadar nggak sih, kalau ada aku disini? Dari tadi dia pergi bersama denganku dia diam saja sampai aku pikir dia apa jadi bisu, gak bisa bicara. Tapi lihat gimana dia dengan Kakek? Dia terus saja mengoceh. Heish! Sejujurnya Reiko iri dengan kedekatan Aida dan kakeknya.

Tapi bisa apa dirinya?

Dia sudah tahu kalau Aida bersama kakeknya akan terus saja mengobrol. Tapi, kalau Reiko tidak membawa kakeknya, Aida mana mau ikut pergi dengannya ke Abu Dhabi?

Itulah alasan untuk kali ini Reiko memberikan sedikit exception dan dia memilih menyibukkan dirinya dengan Seno. Memberitahukan apa saja yang harus dilakukan oleh anak dari Lesmana itu.

Seno sebetulnya bukan orang baru juga dalam bisnis keluarga Adiwijaya. Dia adalah orang yang ditunjuk untuk mengurus pabrik yang ada di Kendal.

"Kita bicara di belakang. Aku ingin sekalian minum kopi."

Ada kabin di arah belakang dan ini agak sedikit jauh dari kabin utama tempat di mana Aida dan kakeknya Reiko sedang bicara. Di sana bisa untuk rapat juga.

Yang pasti ada partisi dan mereka bisa bicara lebih private.

"Iya, Pak Reiko."

Seno mengikuti dan Reiko meninggalkan kakeknya sengaja membiarkannya mengobrol dengan Aida.

"Apa kamu yang menemukan kejanggalan di pabrik? Maksudku berhubungan dengan kecelakaan waktu itu, kebakaran beberapa bulan lalu."

"Apa Ayah saya menceritakan pada anda, Pak Reiko?"

Jelas Reiko mengangguk.

"Bagaimana dengan CCTV? Apa ada informasi yang bisa didapatkan dari sana?

"CCTV-nya sudah tak original Pak Reiko. Karena saat itu kami kan tidak ada kepikiran ke sana dan itu semua langsung diurus oleh petugas berwajib. Kita semua fokus pada kesehatan tuan besar Adiwijaya dan saya juga waktu itu membantu Tuan Endra Adiwijaya untuk menghitung barang-barang yang masih bisa diselamatkan dan bersama dengan staf berusaha untuk meminimalisir kerugian dari kebakaran itu dulu dan setelah itu kami fokus untuk pembangunan ulang pabrik. Jadi memang tidak ada kecurigaan lebih dan sudah sangat percaya sekali pada pihak berwajib."

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang