Gara-gara Kamu, sekarang Aku jadi membohongi Bee lagi!
gerutu seseorang yang sudah menempelkan handphone di telinganya.
"Heish, Aku mengajakmu untuk bertemu dengan keluargamu, Kamu tidak mau! Salahmu sendiri terlalu banyak berpikir tentang Aku," seru Reiko yang kini
menunggu orang di ujung sana menerima teleponnya.
Deni: Iya Pak Reiko?
Reiko: Helikopter! Aku butuh helikopter untuk pergi ke Bandara!
Deni: Saat ini, Pak?
Reiko: Hmm. Cepatlah. Siapkan helikopter karena mungkin kurang dari sepuluh menit lagi Aku sudah sampai di helipad apartemenku. Siapkan pesawat jet untukku dan satu lagi Aku ingin Kamu juga menyiapkan helikopter di Semarang supaya Aku mudah dan cepat sampai ke Kendal! Mobil untukku di Kendal dan siapkan karangan bunga di makam Aisyah, Kakaknya Aida. Sekarang juga.
Perintah yang langsung diberikan oleh Reiko sambil dia menuruni tangga apartemennya.
Deni: Baik Pak, kalau begitu Saya akan siapkan sekarang juga.
Hahaha, ternyata enak juga ya punya asisten. Semuanya tak perlu repot-repot Aku yang mengurusnya.
Reiko berbisik di dalam hatinya, setelah Dia keluar dari apartemen dan memang Reiko sudah yakin sekali kalau Aida tidak akan keluar dari dalam kamarnya.
Yah, Reiko memang tidak mengindahkan larangan Aida. Dia mengambil keputusannya sendiri tentu saja tanpa sepengetahuan Aida yang saat ini sudah ada di dalam kamarnya.
Salahmu sendiri tidak mau ikut! Dan Aku sama sekali tidak mau mempermainkan keluargamu apalagi Aku tahu kalau mereka adalah orang baik-baik dan tak seperti yang Aku bayangkan dulu, bisik Reiko sembari dirinya juga memencet tombol hijau lagi.
Ada seseorang yang memang ingin dihubungi juga.
Sandi: Selamat pagi Pak Reiko!
Asisten Raditya Prayoga inilah yang memang ingin dihubungi oleh Reiko.
Reiko: Selamat Pagi Pak Sandi. Maaf jika Saya menghubungi Anda terlalu pagi, karena ada sesuatu yang ingin Saya bicarakan penting.
Sandi: Oh tenang saja Pak Reiko. Kira-kira apa yang bisa Saya bantu?
Reiko: Bisa Saya minta tolong pertemuan dengan Pak Padri di apartemen Saya dibuat sore saja? Jam lima mungkin?
Sandi: Sore ini kah?
Reiko: Ya. Karena Saya ada urusan dulu ke Kendal. Ini adalah hari meninggalnya Kakak Istri Saya dan kami ada rencana untuk nyekar dulu.
Reiko tidak perlu menutupi apapun lagi dengan Sandi, karena Dia yakin sekali Radit tidak mungkin tahu berita ini tanpa Sandi. Jadi memang sudah tidak ada rahasia di antara mereka.
Sandi: Oh, Saya mengerti. Baik nanti Saya akan memberitahukan kepada mertuanya Pak Raditya.
Reiko: Terima kasih Pak Sandi.
"Apa maunya sandi?"
Orang yang bertanya tentu saja paham dan mendengar apa yang tadi Sandi bicarakan.
Tapi rasa-rasanya Dia belum puas kalau tidak mendengarkan jawabannya langsung dari asistennya itu.
Terpaksa Sandi pun menceritakan detail apa yang terjadi sesuai dengan yang dikatakan Reiko, jelas membuat bibir Pria di hadapannya mencebik.
"Denada Aprilia kau dengarkan? Dia sendiri bilang pada Sandi kalau itu Istrinya!"
Yah, mereka masih di meja makan dan ini masih tergolong pagi hari. Sandi sering diajak makan bareng juga. Sebenarnya, Dia ingin menolak karena sudah makan di rumah tapi Nada tidak suka kalau seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...