Payudara?
Aida berbisik di dalam hatinya ketika mendengar ucapan Dimas ini.
Kata itu seperti mengandung racun mantra yang sangat kuat dan mampu menghujam di dalam hatinya.
Perih sekali, apalagi adegan ketika dia tak sengaja melihat Reiko memegang bagian itu milik Brigita terbayang tanpa diharapkan Aida.
Aish, kenapa jadi terbawa perasaan begini? Tak boleh! Aida memperingati hatinya.
Perlahan Aida juga mencoba masuk dan bicara lagi ketika dia melihat Dimas sedang senyum-senyum.
"Mas Dimas suka ya sama bentuk itunya?"
"Hehehe, sebenarnya dari semua wanita yang kutiduri bentuknya sama seperti itu, lah. Cuma ada yang kenyal, pas, lembek, blenyek!"
"Hahaha!" Aida sempat ngakak ketika Dimas menggambarkan itu.
"Eh iya loh, benar itu. Dipegangnya juga sama. Cuma kalau Clarissa ini agak sedikit berbedaSssh...si hitam yang ada di sana itu sangat menarik! Dan aku jadi memakainya berkali-kali waktu itu karena aku memang penasaran saja, kenapa dia tidak mau mengambilnya dan membuangnya. Kalau dioperasi kan akan membuat dirinya lebih sempurna. Tapi dia bilang itu adalah pembeda dirinya. Aku tak mengerti apa maksudnya. Hahaha, dia itu memang suka error kadang-kadang dan Clarissa suka bintang. Dia sangat suka di tusuk dan dimanjakan di tempat terbuka penuh taburan bintang. Makanya aku selalu mengajaknya kalau tidak di tengah lautan ya di villa yang jauh dari kehidupan kota. Kenapa aku jadi teringat lagi padanya, ya? Hahaha."
Dimas bahkan tertawa geli sendiri kala itu.
"Bahkan pernah saat itu aku sudah selesai tapi dia masih menginginkanku!" Dan Dimas makin bersemangat bercerita.
"Aku tak paham dengannya. Otaknya agak sedikit error. Kamu tahu, aku pernah memberikannya ketimun!"
"Hah? Buat apa Mas?" Karena Dimas menjeda Aida pun bertanya lagi.
"Kebetulan, aku menyewanya ke Villa-ku dan orang yang menjemputnya belum datang. Jadi dia itu harus diantar jemput oleh orang-orang nya Ferdinand, bosnya. Tapi aku sedang buru-buru waktu itu."
"Terus, karena Mas Dimas buru-buru, dia suruh makan ketimun?"
"Bukan! Sebelum aku pergi aku memberikan ketimun supaya dia bisa menggunakan itu untuk memuaskan dirinya sendiri, soalnya dia minta lagi padaku tapi aku tidak bisa. Aku sudah harus pergi. Untungnya dia menurut. Hahaha! Aku tak bisa membayangkan tentang dirinya pakai ketimun, hahaha."
Lagi-lagi ucapan yang membuat Aida bergidik, padahal Dimas geli sekali sampai wajahnya memerah.
"Kalau Mas Dimas menyukainya, kenapa Mas Dimas nggak tebus aja dia dan nikahin dia?"
"Gak lah." Dimas menggelengkan kepalanya pelan.
"She's the goddest of night, Aida. Orang kalau mau pakai dia itu antrinya panjang. Bayarannya mahal. Dulu saja aku terpaksa menunda beli Ferrari ku untuk semalam bersamanya. Dan aku terpaksa merelakan satu komplek real estateku di Bandung untuk seminggu bersamanya."
Kok ada orang gila yang mau membayar perempuan samahal itu? Aida tak percaya mendengarnya. Andai dia dengar dari orang lain mungkin dia takkan percaya betulan.
"Dan Clarissa itu tambang uang. Tidak mudah untuk membuatnya keluar dari dunia itu kecuali orang-orang yang kuat yang membawanya. Aku ini hanya seorang pebisnis dan aku tidak mau meresikokan diriku lebih jauh. Lagian aku sudah bilang, aku tidak menyimpan hatiku untuk wanita."
Apakah dia menikah dengan istrinya yang sekarang tanpa cinta?
Kata-kata Dimas, malah menarik Aida untuk mengambil sebuah kesimpulan macam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...