"Eeeh, i-iya Mas Dimas. Salam kenal. Mas Dimas temennya Mbak Mutia atau Mas Farhan?"
Tak mempedulikan lagi Tuan rumahnya, Dimas, sudah menggeser kursi dan duduk berhadapan dengan Aida yang memang di seberang mejanya itu kursi kosong. Dan tentu saja, Dimas juga tidak mempedulikan orang lain di samping Aida dan semua yang ada di sana, ini juga membuat Radit menaruh sendoknya sambil Dia mengunyah sisa makanan yang ada di dalam mulutnya.
Apa yang dimaksud? Dari mana Dia kenal gadis ini? Apa Aku menyebut namanya saat Aku mabuk? Sepertinya iya. Atau, nanti Aku harus bertanya ke Sandi? bisik hati Radit. Melihat agak aneh tingkah temannya ini.
Ya itu karena ada satu hal yang dilupakan olehnya. Sandi tentu sudah bercerita padanya soal Dimas ke Kudus dan pertemuan Dimas dengan Reiko di Kudus.
Tapi saat itu Radit memang tidak sedang mengambil pusing soalan ini, karena Dia sedang fokus pada pembukaan Aurora City Town.
Apalagi untuk menghilangkan stresnya Radit juga suka minum. Jadi kadang memang suka terlewatkan.
Tapi kan semua agendanya tentu saja tidak akan ada masalah, karena itu sudah diurus oleh Sandi.
Dan Pria itulah dibalik semua keberuntungan Radit. Entah bagaimana Dia kalau tidak ada Sandi.
"Hmm, Aku ini bukan sekedar teman atau sahabatnya Farhan dan Mutia. Hubunganku itu lebih dari itu dengan dua saudaramu tadi."
Jadi, Dia adalah saudara Istrinya Farhan? Kenapa Sandi tak cerita padaku?
Radit menguping. Dia penasaran.
Hah, tapi bagus juga kalau Dimas sudah begini!
Dan bukan hanya rasa penasaran dalam hati Radit. Ada sesuatu juga yang justru membuatnya merasa senang ketika memindai seseorang yang tidak dalam mood bagus.
Byakta! Habis Kau dengan temanku.
Entahlah! Tapi itu yang ada dalam benak Radit dan memang benar karena sejurus kemudian
"Aduh sayang sekali ya Aida!"
"Eh apa ya Mas Dimas?"
Aida yang merasa tidak enak karena Dimas dari tadi tidak melakukan apapun hanya memandangnya saja. Makanya Aida bingung dengan maksud ucapan Dimas barusan.
"Ssssh, andaikan dua tahun yang lalu. Andaikan saja ya. Hmmm ... andaikan! Masalahnya kalau saja dua tahun yang lalu. Iya andaikan dua tahun yang lalu itu!"
"Maksudnya?"
Aida tak paham. Apalagi Dimas mengatakan dua tahun itu berulang-ulang macam tadi.
Apa ada yang error dengan pikiran Dimas? Aida tak tahu apa yang terjadi dua tahun yang lalu. Yang pasti saat itu Dia juga tidak merasa ada masalah dengan dirinya. Tapi kenapa Dimas terus-terusan mengatakan dua tahun?
Aida berpikir keras, tanpa memperhatikan seseorang yang di sampingnya. Seseorang yang pegal tangannya karena sudah memasak dan membuat make up cantik untuk wajah Rere itu mengepalkan tangannya di bawah meja.
Ya Reiko memang menahan sesuatu yang disadari Radit emosinya ini.
Ternyata, makanan ini lama-lama rasanya jadi enak. Dan jelas wajah kesalnya Reiko membuat Radit malah bernafsu pada makanannya kembali.
Dia pun dengan lahap menyantap apa yang tadi dibuat oleh Reiko itu tanpa mempedulikan emosi yang tak stabil di meja makannya.
"Ya, kalau Farhan menceritakan Aku tentang dirimu dua tahun yang lalu saja, Aida. Mungkin sekarang Aku akan jadi laki-laki paling bahagia di dunia bisa menikah denganmu dan membina mahligai rumah tangga dengan gadis selembut dirimu, secantik parasmu dan semerdu suaramu saat bicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...