Bab 304. PEMALAS

36 3 2
                                    

"Hahaha, dia bercanda pagi-pagi!"

Aida sampai geleng-geleng kepala sendiri.

"Makan nih Pak, bentar lagi beres sarapannya."

Tak mau menanggapi orang yang ada di hadapannya, dia memilih fokus pada makanan yang sedang disiapkannya dan menyeletuk seperti ini.

"Bikin apa kamu?"

"Sandwich aja, Pak. Yang simpel! Habiskan, saya mau belajar," seru Aida dan sebetulnya tanpa Reiko bertanya dia bisa melihat dengan jelas apa makanan itu.

Bukankah dia berada pas sekali di samping Aida?

"Pemalas!"

"Masih mending saya gak bikin mie instan Pak, hihi."

Aida hanya senyum-senyum saja mendengar ucapan Reiko barusan.

Dia ini maunya apa ya? Bener-bener bisa membuat aku jadi gila sendiri! Pakai nepuk-nepuk kepalaku juga?

Aida sebetulnya merasa sesuatu dalam hatinya dan jedak-jeduk juga perasaannya.

Apalagi ....

Sialnya juga, tadi dia membahas soal mandi! Ah pikiranku jadi ke mana-mana!

"Ngapain kamu ketawa-tawa gitu?"

Untung saja Reiko bicara, kalau tidak Aida akan terhanyut oleh pikirannya sendiri.

"Ya udah sih, Bapak kalau nggak mau makan sandwich-nya Bapak buat sendiri!"

"Males!" seru Reiko sekenanya lagi, jelas ini membuat Aida mencibir dan dia tidak puas di dalam hati.

Sebenarnya aku rindu masakannya. Aku ingin sekali makan makanan buatannya. Dari saat dia membuatkan untuk wanita itu. Aromanya harum dan enak kayaknya. Dan meskipun waktunya sedikit, dia selalu saja bisa membuat makanan yang nggak cuman asal-asal buat! Tapi ya sudahlah.

Aida juga tidak mau meminta. Keinginan itu harus dia pendam dalam-dalam kecuali memang Reiko sendiri yang mau membuat itu untuknya.

"Nih Bapak mau makan di sini?"

Aida pun menyerahkan piring sandwich-nya kepada Reiko.

"Taruh di meja makan. Teh ku mana?"

"Ooo iya lupa!"

Lagi-lagi dia tertawa kecil sambil membalikan badan untuk menyiapkan teh nya.

Sedangkan Reiko sendiri, dia melangkahkan kakinya mendekat ke tablet.

"Udah beli sisir belum?"

"Nanti Pak, saya belinya. Nggak usah khawatir sama sisir. Bapak kalau mau ngambil sisir Bapak juga, ada tuh di kamar."

"Biarin aja dulu sampai kamu punya sisir. Aku punya banyak kok cadangannya."

"Hahahah!"

Lagi-lagi tanpa sepengetahuan Reiko apa yang membuat wanita itu tertawa, Aida baru saja melepaskan tawa geli yang jelas ini menarik perhatiannya. Membuat Reiko kembali bersandar di jalur masuk ke dapur dan memperhatikan wanita yang berstatus istrinya itu.

"Apa yang lucu?"

Keluh nya setelah Aida selesai bicara.

"Nggak heran kok Pak, kalau Bapak punya serep!"

"Maksudmu?"

Reiko benar-benar tak paham dan sedikit bingung dengan pernyataan Aida barusan.

"Ya nggak heran kalau Bapak punya serep! Sekarang aja kekasih Bapak pergi bapak cap ...."

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang