Bab 323. SULITNYA MENGERTI WANITA

29 4 2
                                    

"Kenapa bukannya menjawab malah memeluk saya, Mas Reiko?"

"Memelukku bukan memeluk saya! Kamu gak lagi ngomong sama atasanmu, Ai!"

Reiko membenarkan ucapan Aida di saat dirinya memang tidak berniat untuk menjawab pertanyaan terakhir dari Aida barusan.

Tangan kirinya malah menyambar tubuh wanita itu dan membuatnya berada dalam cangkumannya kembali.

"Iyalah, Mas Reiko. Kan aku masih harus adaptasi dulu. Dari pembantu jadi simpanan majikan, gitu?"

"Ssshhh! Mulutmu ini kalau bicara ngegatelin. Jelas kamu bukan simpanan, tapi istriku!"

Lagi-lagi dia mengecup kepalaku!

Reiko baru selesai bicara dan memberikan kecupan lagi di dahi Aida yang masih didekapnya erat, membuat wanita itu menggerutu.

"Aku benar-benar nggak nyangka kalau hidupku akan kayak gini!" Lalu Reiko malah bicara seperti ini membuat Aida menahan tawa.

"Lah, memangnya Mas Reiko pikir aku juga bakalan menyangka kalau hidupku akan seperti ini? Nikah sama laki-laki yang aku sangka baik padahal baj ...."

"Kamu malah bercanda padaku? Ngungkit lagi? Mau ngatain aku apa itu, hhmm?"

Reiko memiringkan kepalanya, sehingga netra mereka bisa bertautan kembali saat dia protes tadi.

"Hehehe! Nggak usah dibawa serius Mas Reiko. Nih udah jam setengah empat, aku mau sholat dulu!"

"Haaah, kamu tuh selalu aja punya banyak alesan!"

Tapi Reiko nampaknya tak mau melepaskan tubuh Aida.

Dia malah bicara begitu dan malah mengeratkan pelukannya itu.

"Mas Reiko kalau mau tidur lagi, tidur lagi aja. Kalau mau kerja di ruang kerjanya, kerja aja. Tapi, ini badannya kok kayaknya masih anget, ya?"

Aida bingung karena suhu tubuhnya terasa lebih dingin dibanding Reiko. Padahal dia gak kedinginan dan ga demam.

"Ialah anget badanku. Soalnya aku nggak nyaman banget!"

"Huh? Gak nyaman kenapa? Pusing lagi?"

Aida bingung sendiri membuat Reiko menghempaskan nafas pelan dan menyibak selimut itu.

"Ya ampun!"

Aida pun ingin membuang wajahnya tapi tangan pria itu lebih gesit dari gerakan kepalanya dan berhasil membuat tatapan Aida tetap mengarah ke sana.

"Aku sudah bilang perasaanku ini makin nggak jelas padamu. Aku nggak ngerti Dari mana awalnya, Ai!"

"Rasa kasihan!"

Aida menjawab lebih dulu sambil mendongak dan menatap Reiko.

"Rasa kasihan membuat Mas Reiko akhirnya malah jatuh bener-bener ke perasaan makin nggak enak. Jadinya makin gak jelas kayak gini, toh?"

Reiko mengangkat bahunya, karena dia juga bingung harus menjawab apa.

"Udahlah, nggak usah terlalu dipikirin. Aku mau sholat dulu, Mas."

"Eh, nggak bisa ah!"

Reiko malah mengekang tubuh Aida semakin kuat.

Enggak akan benar ini! seru hati Aida. Akhirnya dia pun menggerakan tangan kirinya.

"Hei ... apa yang mau kau lakukan?"

Tanya Reiko karena memang Aida memegang salah satu bagian tubuh pria itu yang tadi dilihatnya.

"Mengeluarkan yang harus dikeluarkan supaya dia nggak mengganggu waktu sholatku!" protes Aida lagi dan membuat tangannya bergerak dari atas ke bawah.

Aku makin nggak ngerti harus gimana dengan dia! Apa yang salah dengan diriku? Aku tidak bisa melepaskan Bee, tapi aku semakin nyaman dengannya. Apa karena aku memang merindukannya sejak beberapa minggu terakhir inikah sampai aku jadi seperti ini? Apakah merasa bersalah kah aku padanya sampai aku juga jadi seperti ini? Reiko masih tak jelas. Semua kesalahannya tergambar dalam benaknya. Terutama kesalahannya yang sudah menunjukkan bagaimana hubungannya dengan Brigita selama seminggu itu dan jelas membuat hatinya semakin tak enak.

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang