Reiko: Tapi kan kata Kamu, Aku sakit angin duduk tadi malam terus Kamu ngerokin Aku kayak Ibu ngerokin Ayah kan? Sampai ke bo....
Aida: Iish, Kamu tuh kenapa ndak tahu malu sih?
Ratna: Aida pelankan suaramu!
Hah, puas Dia menahan tawanya seperti itu, setelah membuat Aku malu habis-habisan? gemas sekaligus kesal, entahlah bagaimana perasaan Aida. Pokoknya tidak karu-karuan gara-gara Reiko.
Hingga Dia kepikiran sesuatu untuk membalasnya dan Aida pun tersenyum simpul.
Aida: Iya Ibu, maaf. Aku nggak akan lagi-lagi seperti itu Bu, Aku janji! Tapi sebenarnya ada yang mau ditanyain sama Mas Reiko cuma Dia malu mau nanya sama Ibu.
Eeeh, Aku mau nanya apa? Reiko perasaan tidak ingin bertanya apa-apa.
Dia ingin mengelak.
Tapi....
Ratna: Tanya apa?
Ibunya Aida sudah bertanya lebih dulu, namun sebelum Reiko mau mengatakan tidak lagi.
Aida: Mas Reiko tanya ukuran cup Aku nomer tiga dua bukan Bu?
Sial! Dia benar-benar membuatku malu! Kan Aku bilang jangan tanya! keluh hati Reiko yang tak menyangka, kalau Aida berani bersuara soal ini.
Ratna: CUP?
Ratna bingung, CUP Dia gak nyambung.
Aida: Itu loh Bu, sebelum operasi, ukuran Aku pakai nomor berapa?
Ratna: Oh, itu, maksudmu lingkar dadamu? Itu nomor tiga empat dan cup-nya ukuran A. Tiga empat A.
Besar juga ukurannya?
Kata-kata Ratna membuat seseorang yang ada di samping Aida langsung tertegun, melirik tajam pada bagian itu. Jelas membuat Aida menyilangkan tangannya dan matanya memberi isyarat supaya tak memandang ke sana.
Aida: Ibu nggak salah kan?
Ratna: Ya nggak dong! Orang Ibu yang ngebeliin itu buat Kamu kok. Ada apa memangnya?
Reiko: Aku mau melakukan rekonstruksi payudara Ibu. Aku ingin mengajak Aida ke Jerman supaya Aida mendapatkan treatment itu.
Kenapa dia malah cerita begini pada ibu? lemas yang ada Aida mendengar kejujuran Pria itu.
Ratna: Ibu setuju saja, apapun yang terbaik untuk kalian berdua.
Apalagi Ibunya sudah berucap begini, mata Aida pun menyipit menatap seorang Pria yang tersenyum lebar.
Reiko: Terima kasih ya Bu atas dukungannya.
Tak peduli lagi Dia dengan kemarahan orang di sampingnya.
Ini juga membuat Aida menghempaskan napas pelan dan tak mau lagi bercanda.
Aida: Oh iya Ibu mau ngabarin apa? Ibu di sana baik-baik aja kan? Adik-adik gimana?
Aida sudah tidak mood untuk bicara macam-macam.
Ratna: Alhamdulillah di sini semuanya berkecukupan karena bantuan Suamimu. Ibu cuman mau ngabarin insya Allah hari Sabtu depan ibu dan adik-adikmu sampai di Jakarta.
Aida: Hah? Ibu mau apa ke sini?
Panik sangat wajah Aida ketika Dia bicara begini, sampai orang yang di sisinya pun melirik sebentar juga tak disadari Aida. Dan Bahkan Dia sudah menaruh sendoknya sudah tidak lagi fokus pada Reiko.
Ratna: Iya. Ibu kan harus mengantarkan Lingga ke asramanya.
Aida: Lingga?
Ratna: Iya, Lingga kan mau sekolah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...