Apa ini artinya dia memang membatasi diri untuk tidak bertemu denganku, lagi?
Bukan memikirkan tentang tes-tes yang tadi disebut oleh Reiko dan juga tentang ujian masuk perguruan tingginya, selepas Reiko menjelaskan justru itu yang terbesit di dalam hati Aida.
Tapi tentu saja dia tidak bertanya dan sudah mengangguk paham.
Toh apa yang harus ditanyakan pada Reiko yang terlihat dingin di hadapannya? Mengkonfirmasi apakah dia mau bertemu lagi dengannya atau tidak?
Sudah jelas hubungan mereka bukanlah sebuah hubungan yang memiliki status.
Apa dia benar-benar marah karena aku pergi dengan Mas Dimas, makanya dia mengambil keputusan begini dan membatasi dirinya denganku karena dia pikir aku bukanlah gadis baik-baik?
Pemikiran bodoh macam apa ini?
Aida juga tahu. Ini adalah selintas pemikiran tak logic dalam benaknya. Tak seharusnya dia memikirkan hal ini tapi selepas suami di atas kertasnya tadi sudah menjelaskan itu dan pergi naik ke atas dengan makanan yang dia bawa, dirinya yang sendirian di dapur memang tidak bisa berbohong, kalau itu ada dalam benaknya.
Tapi, bukankah ini yang terbaik untuk kami? Aku tidak bisa mengerti apa yang terjadi pada diriku kalau aku berdekatan lagi dengannya. Aku tidak bisa membohongi diriku lagi kalau aku memang ingin ada di sisinya. Dan bukankah kalau seperti ini akan jadi ruwet? Ayolah Aida. Dia bukan siapa-siapamu. Ikatan kalian ini hanyalah pura-pura.
Lagi dan lagi Aida memperingatkan dirinya.
Siang itu dia hanya mengambil makanan yang mau dimakan olehnya dan tidak ada niat untuk memasak apa pun lagi.
Aida ingin segera masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat. Istirahatkan tubuh, hati, pikiran dan perasaannya.
Sehari ini suasana hatinya memang tidak terlalu baik.
Bahkan setiap kali sholat, yang ada hanya deraian air mata saja dan lagi-lagi Aida merutuki dirinya sendiri.
Tuhan ... kenapa aku rindu sekali dan ingin memeluknya? Ingin bicara dengannya? Ingin sekedar bercanda dengannya dan ingin dia ada di sisiku meski dia menyebalkan?
Ada sedih yang tertahan dalam hati Aida.
Dan bahkan Aida menertawai dirinya sendiri dengan kebodohan pikirannya itu.
Aku menyimpan kemejanya. Dan aku memeluk kemejanya begini di hadapanmu, Tuhan. Apa-apaan aku ini?
Kemeja itu sebenarnya ingin di laundry oleh Aida, tapi dia lupa memasukkan itu ke laundry milik Reiko yang memang laundry-nya berbeda.
Alhasil dia melaundry dengan baju-bajunya sendiri dengan mesin cuci.
Dan saat ini, Aida tak berani mengembalikan baju itu karena Reiko sendiri sudah menjelaskan kalau kemejanya tidak boleh masuk ke mesin cuci.
Tapi, hanya ini yang bisa membuatku waras! Kalau aku tidak memeluk ini, aku semakin gila karena merindukannya, Tuhan!
Duhai engkau sang belahan jiwa
Namamu terukir dalam pusara
Di setiap langkah ku selalu berdoa
Semoga kita bersama
Duhai engkau tambatan hatiku
Labuhkanlah cintamu di hidupku
Ku ingin kau tahu betapa merindu
Hiduplah engkau denganku
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...