Bab 267. BUKAN SAATNYA MENJADI LEMAH

34 3 1
                                    

"Apa yang salah dengan rasa sesak ini?"

Pintu kamarnya sudah ditutup! Aida juga sudah menguncinya. Dan saat itulah, linangan cairan bening keluar dari sudut matanya yang tak lagi bisa ditahan oleh Aida.

"Kenapa rasanya perih?"

Aida tak tahu kenapa rasanya hatinya begitu panas! Seharusnya dia senang, karena dia sudah bisa memukul mundur Brigita sehingga tidak lagi mengganggunya dan membiarkannya masuk ke dalam kamar tanpa membuat masalah lagi.

Tapi kenapa hatinya sakit? Kenapa perasaannya sangat terluka? Aida bukan orang bodoh yang tidak bisa mengerti bagaimana dirinya.

"Tapi aku tidak boleh punya rasa!"

Aida juga belum pernah jatuh cinta sebelumnya dan dia juga tidak tahu bagaimana rasanya sakit hati. Namun tak bisa dipungkiri, saat ini dirinya merasa terluka dengan semua gambaran tentang dua orang yang tadi dilihatnya.

Bagaimana pria itu merangkul wanita di sampingnya saat dirinya baru membalikkan badan dan melihat keduanya masih dengan rambut yang basah itu terbayang lagi begitu jelas dalam benaknya.

Kala itulah perih dan sesak itu membuat hatinya terasa diiris-iris.

"Kenapa aku harus membayangkan tangannya yang memelukku dan mendekapku erat saat kami tidur kemarin?"

Mata Aida kembali berkaca-kaca. Dia berusaha berkali-kali untuk menghapus air mata itu dengan punggung tangannya, tapi tetap saja linangannya terus saja mengalir.

"Make up ini juga menggangguku! Tak bagus untuk kulitku!"

Dan saat matanya melihat bekas make up yang bercampur dengan air mata di punggung tangannya itu, segera mungkin Aida berlari ke kamar mandi dan tentu saja dia sudah melemparkan makanan yang dibawanya begitu saja ke tempat tidur.

Air itu menyejukkannya. Setidaknya air yang menerpa mukanya dari wastafel, sudah memberikan sedikit kesejukan meski tak bisa menghilangkan panas hatinya.

"Jangan katakan kau mencintainya Aida! Tidak ada cinta di antara kalian! Atau kau masuk ke dalam permainannya dan dia itu seburuk-buruknya pria. Seburuk-buruknya manusia di dunia ini adalah manusia yang mengulangi kesalahannya berkali-kali, tanpa pernah khawatir akan dosa-dosanya pasti dihisab nantinya, kan?"

Entah sudah seberapa banyak kata terlontar dari bibirnya untuk terus menyemangati dirinya, tapi air mata itu tetap saja mengalir dan saat itu pula Aida terus menggerakkan tangannya supaya matanya tidak jadi bengkak!

Dia tak mau menangis lagi!. Dia ingin menghentikan semua air matanya ini, meski sulit.

"Mungkin aku harus menonton sesuatu yang lucu?"

Tak mungkin kan Aida terus-terusan main air di wastafel? Lagi pula wajahnya juga sudah bersih dari make up. Makanya dia masuk ke dalam segera mengganti bajunya dengan sesuatu yang lebih enak dan comfort digunakan di rumah.

Aida berusaha melarutkan dirinya dengan semua gambar juga video yang dilihat di handphone dengan kacanya yang retak itu.

"Bahkan, semua sakit di kakiku dan tanganku waktu terkena beling itu, rasanya lebih menyakitkan rasa yang kualami sekarang!" Kaca retak yang mengingatkannya dengan kejadian beberapa bulan lalu.

Aida makin tak paham, karena dia tidak berdarah sama sekali kecuali darah haidnya tapi sakit ini benar-benar melukainya. Menyesakkannya dan bahkan waktu sakit terkena beling itu hatinya tidak selemah ini. Aida tak paham dengan yang terjadi pada dirinya.

"Tapi aku harus kuat! Aku tidak boleh dipermainkan seperti ini! Wake up Aida! Ini baru tiga setengah bulan!"

Aida tahu, dia bukan wanita yang lemah! Dia tidak boleh menjadi wanita yang lemah! Sekarang bukanlah waktunya untuk menangis.

Bidadari (Bab 201 - Bab 400)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang