"Ai, tadi kamu bales aku!"
Reiko tak tahan lagi untuk mengkonfirmasi itu dan dia juga memang sudah gemas pada Aida.
"Mmuuuah! Mmmuaaah! Mmuaaah!"
Haduuh, lagi-lagi dia seperti hewan peliharaan yang ketemu majikannya. Eh, apa tadi aku membalas kecupannya, bener ga ya? Begitu salah gak? Nanti aku memalukannya ga bener, ga kaya ratu lebah. Duh, aku malu!
Aida memang tak bisa berkata-kata ketika Reiko memang menempelkan bibirnya di hampir semua bagian wajahnya.
Reiko memang menunjukkan kebahagiaannya yang begitu besar di saat Aida insecure dengan dirinya sendiri.
Wanita itu tidak pernah membalasnya sebelum ini. Tapi tadi dia memberikan yang Reiko mau. Dan rasanya itu masih terngiang-ngiang di dalam benak Reiko.
Lembut, aroma mint dari pasta gigi yang digunakannya pun, aku bisa menciumnya. Hangat. Rasanya kecupan itu memang memberikan kebahagiaan tersendiri untukku. Seperti sebuah kemenangan besar. Perjuangan untuk mendapatkannya itu tidaklah mudah dan aku akan mengenang itu selamanya!
Ini yang ada dalam benak Reiko. Sebuah harapan terbesarnya.
Namun lagi-lagi kini dia mentok dengan kata 'selamanya' yang tadi dikatakannya sendiri.
Sampai kapan aku bersama dengannya? Selamanya itu selama apa? Dan apakah kehidupan nanti itu akan ada? Kalau ada kehidupan nanti, apakah aku akan bersama dengannya juga?
Tapi ada perasaan ngeri ketika Reiko memikirkan ini dan dosanya.
Dia melepaskan kecupannya dan matanya memandang netra wanita yang kini juga memindainya dengan wajah yang memerah malu-malu.
"Apa kalau aku sholat aku bisa memilikimu di dunia ini dan di kehidupan nanti?"
Meski ragu, Reiko mencoba menanyakan ini. Aida jelas tersenyum dan mengangguk pelan.
"Insya Allah Mas! Mana ada manusia yang tahu kehidupan nanti itu seperti apa. Tapi kalau Mas Reiko tetap memperbaiki hidup dan aku juga memperbaiki hidup, ya insya Allah kita nanti akan bareng lagi di sana, apalagi kalau kita sama-sama ngejaga diri."
Senang hati Reiko mendengarnya dan lagi-lagi dia tidak berhenti menghujani wajah Aida dengan kecupan bertubi-tubi itu.
Memuaskan dirinya sendiri dan menandakan kepemilikannya atas wanita yang kini ada di hadapannya.
"Aku benar-benar nggak nyangka!"
Ujungnya setelah Reiko puas memberikan tanda pada wajah wanitanya, dia menatap Aida lagi sambil bicara begini dengan senyum di bibirnya bahkan ada tawa kecil juga yang muncul.
Tangannya bergerak menyentuh wanitanya dengan ibu jarinya bergerak di bibir Aida.
Membuat degup jantung wanita itu juga terasa semakin meningkat.
Aida berusaha untuk tetap sadar dan memperhatikan apa yang ingin dikatakan Reiko meski hatinya semakin bergemuruh.
"Bagaimana caramu bisa membuatku jatuh cinta padamu?"
Pertanyaan macam apa yang diberikan Reiko? Mana Aida tahu bagaimana dia bisa membuat Reiko jatuh cinta.
Dia tak pernah berniat seperti itu.
Yang ingin dilakukan Aida justru menghindar darinya dan membuat dirinya tetap suci setelah mereka berpisah nanti.
Tapi kalau sudah seperti ini bagaimana?
Bukan memikirkan jawaban dari pertanyaan Reiko, Aida justru memikirkan jawaban dari pertanyaannya sendiri.
"Sssh, kamu nggak ngeguna-gunain aku, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...