"Mas Reiko."
"Kamu gak bisa mengelak. Kamu kan udah janji sama aku, Ai."
Iya, Aida tahu dia tidak bisa mengelak lagi karena memang dia juga sudah mengajukan permintaannya pada Reiko.
Aida tahu malam ini memang pria itu menginginkan bulan madu juga. Dan ini sudah ditunda selamat tujuh bulan pernikahan mereka.
Aida juga tahu, tak ada lagi kesempatan untuk lari.
Pria itu sudah mengatakan kalau dia menginginkan Aida.
Tapi, kenapa saat menghadapinya dengan posisi tubuhnya seperti sekarang menghimpit tubuhku, rasanya aku ingin menyerah dan kabur sejauh-jauhnya tak berani melakukan ini dengannya?
Aida insecure.
"Mmm-mas, Mas Reiko. Ja-jangan dibuka!"
Mau nangis rasanya Aida ketika Reiko ingin menggerakkan tangannya membuka kancing pakaiannya.
Gimana ini? Aku nggak punya itu. Kalau dia melihat ... ssh, tubuhku tidak akan semenarik ratu lebahnya.
Semua bayangan itu kembali terlintas dalam benak Aida.
Bagaimana pria itu bicara kalau dirinya tidak menginginkan tubuh Aida. Dia tidak akan tertarik dengan wanita yang tidak memiliki dua keistimewaan. Aida juga masih ingat betul bagaimana Reiko melakukan sesuatu di ruang tengah apartemennya bersama Brigita.
Tangannya selalu saja memegang tubuh wanita itu bagian atas. Dia seperti meremasnya, menikmatinya.
HMM. JADI JANGAN BERPIKIR AKU MENYUKAIMU. MAAF YA, AKU PRIA NORMAL. WANITA TANPA DUA YANG MENONJOL, SANGAT MENJIJIKKAN. ITU KAYAK AKU TIDUR SAMA LAKI-LAKI.
Hah.
Aida ketakutan dan dalam benaknya semua pikiran dan kata-kata Reiko itu bertubi-tubi membuat dirinya semakin merasa ketakutan. Dia memegang tangan Reiko begitu erat karena tak ingin pria itu menyibak sesuatu yang ada di balik bajunya.
"Apa yang jangan, Ai? Kalau mau melakukan ya dibuka dong." Sayangnya Reiko tidak tahu apa yang ada di benak Aida sehingga dia malah tersenyum jahil.
"Lagian aku udah ngeliat semuanya, apalagi yang mau kamu tutupin dari aku?"
Bener juga. Tak ada lagi yang bisa Aida tutupi. Pikiran sadar Aida tak menampik.
"Ta-tapi Mas Reiko."
Aida mencoba menahan tangan Reiko tak mau pria itu melakukannya dulu.
"Apalagi, sih?"
Banyak sekali iklannya sampai membuat kepala Reiko jadi pening sendiri.
"Ehm, Mas Reiko," wajah itu kembali memelas menatap Reiko.
"Ini kan pertama kalinya untukku. A-aku ...."
Inilah yang aku kesal kalau melakukan sama bocah. Dia tak paham apa aku sudah benar-benar ingin masuk? Dan apalagi yang dia inginkan.
Dahi Reiko kembali berkedut dan merasakan pening dengan keinginan wanita yang kini masih ditindih olehnya.
"Lalu kalau ini pertama kali untukmu, kenapa?"
Reiko tak sabaran, tapi berusaha untuk bersikap sabar.
Mas Reiko, apa yakin mau denganku? Aku ga sesempurna dia. Apa aku bisa memuaskanmu? Aku takut kalau kamu ga akan menginginkan aku lagi setelah tahu kekuranganku dan tubuhku menjijikkan. Aida ingin sekali bicara begini.
"Ma-masa ngelakuinnya di kolong meja?" Tapi yang keluar malah begini.
Sebenarnya ini tidak penting untuk Reiko mau melakukan di kolong meja, di kamar mandi, di ruang tamu, dapur, tempat tidur, itu semua bukan masalah untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...