"Hey, kamu berpikir kejauhan, My Queen."
Reiko menggelengkan kepalanya ketika kekasihnya baru saja selesai menyentaknya macam tadi.
"Kakekku yang meneleponnya pasti, Bee." Reiko mulai menjelaskan.
Tentu saja dengan sikapnya yang setenang tadi.
"Dan dia memang tidak akan mengganggu perjanjian yang sudah aku buat dengannya. Dia itu orang yang bisa aku percaya. Dan dia tidak akan berani macam-macam karena aku punya kartu AS-nya, kamu ingat, biaya sekolah adiknya!"
Mendengar yang tadi diucapkan oleh Adiwijaya, memang harusnya Brigita tidak terlalu curiga lagi. Semua sesuai dengan yang dikatakan Reiko.
"Aku tahu kamu masih belum percaya denganku dan belum mau mendengarkanku. Tapi coba kamu pikirkan sekarang, Bee...." Mata pria itu menatap dalam pada mata kekasihnya sambil satu tangannya memegang wajah Brigita.
"Bagaimana kalau dia bilang pada kakekku kalau aku dan kamu yang melakukannya? Apa kamu pikir ini nggak akan jadi masalah buat kita?"
Aida itu punya kesempatan untuk mengadu dan bahkan dia bisa menyuruh Adiwijaya menelepon dengan video call dan menunjukkan apa yang terjadi, karena mereka melakukan di tempat umum di dalam apartemen itu. Mungkin mereka bercinta pun itu bisa terlihat dan Aida bisa membuat Reiko sulit jika dia mau. Tapi dia tidak melakukannya.
"Ehm...." Brigita tak menjawab.
"Apalagi yang kamu khawatirkan? Aku yakin kamu pasti bisa berpikir soal ini karena kamu adalah orang yang terpelajar dan dewasa, Bee."
"Iya memang aku tahu dia menyelamatkan kita! Tapi bagaimana kalau dia menarik empatimu?" cicit Brigita tak tenang.
"Dan bagaimana kalau gara-gara kelakuannya ini kamu jadi punya rasa padanya?"
Tentu saja Reiko geleng-geleng kepala sekarang sambil menaruh laptop dipangkuannya supaya tak jatuh. Dia mengamankannya dulu di sisi sampingnya.
"Berapa kali lagi aku harus mengatakan padamu, Bee... Apa tidak cukup bukti semuanya?" tanya Reiko dengan tatapan yang dalam pada Brigita.
"Aku gak punya rasa padanya. Kenapa aku tidak mencoba untuk mengusikmu dan meminta kita melakukan apapun di dalam kamar? Bukankah kalau aku mencintainya dan aku punya rasa padanya, maka aku akan malu untuk melakukan itu di depannya dan aku khawatir akan menyakiti hatinya? Aku pasti akan memikirkan tentang dirinya bukan? Tapi kamu lihat sendiri kan, apa yang kulakukan? Aku ikuti semua maumu!" seru Reiko tegas.
"Aku tadinya ingin menyuruhnya untuk mengambil makanan dan memasak! Aku rasa dia belum makan apapun yang benar tapi katamu tidak perlu, kalau dia mau makan dia sudah besar dan bisa mengambilnya sendiri. Itu juga aku ikuti!" Reiko menambahkan.
"Kamu meminta padaku untuk tidak perlu menawarkan makanan padanya dari semua yang kubikin padahal banyak makanan yang kita buat itu tidak habis karena kebanyakan porsinya tapi aku ikuti tak menyisihkan untuknya. Aku tidak memberikan makanan padanya dan kalau dia mau makan dia bisa buat sendiri di dapur." Reiko memang dilarang oleh Brigita untuk memberikan porsi makanan sekecil apapun pada Aida dari masakannya.
"Kamu minta kita melakukannya di luar. Padahal aku tidak suka tubuhku diekspose di depan wanita lain.Aku tidak suka bercinta bahkan menciummu di hadapan pelayan. Tapi aku tidak peduli dengan housekeeping. Aku ikuti semua, karena aku ingin membuktikan padamu kalau aku mencintaimu dan aku bisa gila juga kalau kamu menginginkanku menjadi gila."
Ya ini juga benar dan tidak bisa disanggah oleh Brigita. Semua itu memanglah permintaannya.
Reiko itu adalah orang yang lembut dan dia memiliki hati yang tak tegaan. Kalau dia sudah berbuat kejam pasti akan membuat dirinya kepikiran. Reiko juga selama ini selalu baik sekali pada Brigita. Tidak mungkin dia mau menyakiti seseorang yang dicintainya, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romans(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...