"Eeeh, apa sih kamu tarik-tarik jasku?" protes Reiko karena Aida memang bergerak cepat untuk menghentikannya.
Dia menarik bagian belakang jas Reiko.
"Ehm, anu Pak, maksudnya ... saya boong!"
"Bohong?"
Aida cepat-cepat mengangguk dengan wajah panik.
"Itu loh Pak, sebenarnya saya bawa sisir waktu saya pergi itu ke Dufan. Terus Lestari kan rambutnya berantakan jadi disisirin Pak sama ibu saya. Tapi lupa dibalikin sisirnya dan itu ke bawa sama Ibu kayaknya di tas Ibu ...."
Entah dari mana aku belajar berbohong seperti ini? Tapi apa dia percaya ya, kalau aku berbohong?
Aida tak tahu. Tapi daripada lemarinya dibuka dan ketahuan dia menyembunyikan yang ada di sana? Bukankah ini akan memalukan dan akan membuat dirinya tak punya muka di hadapan pria itu?
Apalagi kemejanya sudah bekas dipeluk agak lecek dan juga mungkin ada air mata dan cairan hidungnya bisa jadi, kan? Aida tak berani menunjukkannya.
Makanya dia merelakan adiknya menjadi tumbal.
Apalagi dari anak-anak Ratna yang buka tutup kerudungnya cuman Lestari.
"Pffh!" jelas saja Reiko makin kesal dan sudah menaruh tangannya bersedekap, sambil matanya mendelik tajam pada Aida.
"Kamu berani membohongiku?"
"Eheheh, maaf Pak. Gak niat sih, abis tadi takut dimarahin."
"Duduk!"
Pria itu menunjuk ke arah tempat tidur Aida.
Yang terpenting untuk wanita itu, Reiko tidak membuka lemari nya. Dia pun menurut.
"Aku tanya padamu, berapa uang yang ada di tempat belanja online itu? Di tablet?"
"Hmm ... gak pernah ngecek Pak," jawab Aida jujur.
"Apa kurang, uang di sana buat beli sisir?"
"Enggak Pak."
Aida sebenarnya tak mau berkomentar.
Tapi ....
"Hmm, Bapak ke mana-mana bawa sisir tah, Pak?"
"Ya iyalah! Kalau nggak rambutku berantakan dong!"
Pertanyaan itu terlontar, karena Reiko mengeluarkan satu sisir kecil ukurannya tak lebih dari sepuluh sentimeter, panjangnya. Pas di dalam saku jasnya lalu dia menyisir rambut Aida dengan itu. Membuat hati Aida jadi tak jelas rasanya.
Aku suka kalau aromanya seperti ini! Dia tak dekat-dekat dengan wanita itu dan aku suka dia ada di dekatku!
Aida tahu ini salah. Pikirannya salah. Tapi melihat Reiko yang menyisir rambutnya perlahan-lahan, dia tak bisa menutupi rasa itu. Sehingga yang ada tubuhnya kaku.
"Aku cuma menyisiri rambutmu dan tidak melakukan apa pun!"
"Iya saya tahu Pak. Tapi kan ...."
"Berapa hari kamu nggak nyisir rambut?"
Sebelum Aida menyelesaikan pertanyaannya Reiko sudah lebih dulu melontarkan tanya itu.
"Hmmm, lupa Pak."
Pikiran Aida tak tenang dan dia tidak mau mengarang cerita dulu. maka alasan inilah yang paling masuk akal untuknya.
"Kamu tuh jadi perempuan, sedikit rapih apa gak bisa, hmm?"
"Heheh, iya Pak. Sini saya sisir sendiri aja, Pak."
"Udah selesai!" seru Reiko, yang memang sudah menyisiri rambut Aida sekitar seperempat jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romansa(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...