"Serahkan soalnya, Pak! Sini saya kerjain!"
Tak ingin timbul masalah apa pun lagi, makanya Aida langsung buru-buru menyambar kertas-kertas di tangan Reiko dan fokus mengerjakannya.
"Ingat kalau kamu tidak bisa lulus ujian universitas, maka kontrakmu denganku akan kuperpanjang sampai lima puluh tahun!"
Baru juga Aida mau mengerjakan pekerjaannya, tapi sudah diingatkan oleh sesuatu yang membuat dirinya jadi tak jadi menulis.
"Ingat waktumu juga cuman sejam!"
Orang ini benar-benar ingin merusak mentalku bukan? dia sengaja membuat aku stres dengan semua kelakuan dan ucapannya? Maunya apa coba?
"Ingat, soal-soal itu harus cepat diselesaikan karena kita sudah harus pergi jam delapan!"
Dia ini berisik! Aida tak mau melayaninya lagi dan kini berusaha untuk fokus sama tugasnya.
Tapi ....
Mungkin aku gila, karena aku juga sebenarnya merindukan masa-masa bisa adu argumen dan bicara dengannya. Biarpun kena omel darinya tapi memang selalu merasa ingin sekali bertemu dengannya. Ada yang tak wajar dengan otakku! Pasti ada saraf ku yang kejepit nih! Sampai aku jadi error begini?
Aida menggerutu sendiri, sambil berusaha membaca soal sambil mengomel di hatinya.
Dan tentu saja telinganya juga mendengar suara sayup-sayup yang terus saja mengganggu.
Bisa dibayangkan bukan, bagaimana kerja kerasnya Aida untuk mengerjakan soal-soal, itu? Bukan hanya harus konsentrasi dan mengingat pelajarannya semua, tapi dia juga harus fokus tak terganggu oleh suara-suara di sampingnya ini.
Tapi dia memang tak berani bicara apa pun. Hanya fokus pada soal-soal itu saja.
"Ingat, waktunya sisa setengah jam lagi!"
Reiko bicara sambil merapikan semua cucian piringnya lalu membawa itu semua ke dapur.
Dia cukup pengertian, karena Aida sedang mengerjakan tugas-tugasnya, cucian piring dibereskan olehnya sendiri.
Tapi ini juga bagus.bUntuk beberapa saat ini, Aida bisa fokus mengerjakan sisanya, meski dia tidak tahu soal-soal sebelumnya apakah itu benar atau tidak.
Terlalu banyak distraksi jadi dia tidak bisa mengecek ulang.
"Waktu habis!"
Aida kembali meringis karena terpaksa harus menyerahkan lembaran itu pada Reiko. Memang tidak ada waktu lagi untuk mengecek ulang, karena beberapa menit setelah selesai alarm itu berbunyi.
"Cepat rapi-rapi kita harus segera berangkat!"
"Iya, Pak!"
Untung saja saat ini Reiko memang sudah tidak menggodanya lagi karena dia juga sepertinya buru-buru langsung naik ke atas.
"Aku turun lagi ke bawah nanti kamu udah rapih, udah siap. Pokoknya kita tinggal berangkat. Aku nggak mau ketok-ketok kamarmu lagi!"
Reiko juga sudah tidak membalikan badan. Dia tidak menunggu jawaban dari Aida dan sudah terus langsung ke dalam kamarnya.
"Kacau sekali diriku? Tak pernah aku suka cowok ini bahkan dari kemarin aku belum ganti baju!"
Sesampainya di kamar, Reiko ngedumel sendiri seperti ini saat melihat kondisi dirinya dengan pakaian kemarin di cermin yang dilewatinya.
Semua soal-soal yang sudah dikerjakan oleh Aida dilemparkannya begitu saja di tempat tidur dan saat ini dia langsung menuju ke kamar mandi tentu saja dengan tangannya yang sudah bergerak melepaskan kancing kemejanya sendiri dan menaruh handphone sekenanya di wardrobe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romance(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...