Apa-apaan tadi Dia menggendongku di depan keluarganya?
Sesampainya di dalam kamar, ketika Aida baru saja mengunci kamarnya, Dia mengingat lagi kejadian tadi. Untuk mencegah Aida menginjak beling, Pria berstatus suaminya itu mengangkatnya dan ini membuat Aida mencebik.
"Apa maunya Dia, sih?"
Tanya Aida pada dirinya sendiri sambil membuka kerudungnya sembarang saja, melempar di tempat tidur. Namun karena gerakan Aida yang cukup kencang membuka kerudung, membuat bagian wajahnya terasa sakit.
"Ssssh, pipiku!"
Aida bersungut sambil menatap ke arah cermin, melihat luka di sana dan meringis.
"Sakit banget wajahku! Ya ampun, kenapa bisa kayak gini ya?"
Aida mengelus pipinya pelan.
"Ah biarlah! Besok-besok juga sudah hilang!"
Aida tak mau berpikir panjang, Dia berjalan ke arah tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya.
"Capek badanku pada pegal semua lagi! Tanganku juga. Padahal Aku cuma masak kayak gitu doang, pegelnya ampun-ampun!" keluh Aida.
"Kenapa sekarang kayaknya badanku jadi ringkih kayak gini ya? Apa gara-gara Aku udah enggak pernah nyapu, ngepel, beberes di sini lagi?"
Aida memikirkan ini berulang.
Karena sebelumnya sejak pindah ke apartemen itu, Dia selalu membersihkan semuanya. Dan sejak ada housekeeping, Aida tidak pernah bersih-bersih rumah dan Dia hanya beralas-malasan saja di dalam kamarnya. Ini yang dipikir Aida melemahkan stamina tubuhnya.
"Ya sepertinya Aku memang butuh olahraga. Masa cuman masak kayak gitu doang aja, Aku udah kepegelan kayak gini?"
Protesnya pada dirinya sendiri yang tidak suka dengan tubuhnya yang melemah.
"Pikirin nanti aja, ah! Sekarang Aku mo tidur dulu, cape banget!"
Sudah lelah! Makanya dengan mudah Aida bisa memejamkan matanya secepat mungkin.
Tak peduli lagi dengan apa yang terjadi di luar. Keributan apa yang terjadi, Dia juga tidak mungkin bisa mendengarnya karena kamar itu juga kedap suara dan memang Aida tak berniat untuk menguping.
Yang penting Dia ingin tidur tanpa peduli kalau pakaian bawah gamis yang digunakannya itu kotor karena tumpahan air dan es pisang ijo. Tak peduli juga dengan bajunya bagian depan yang kotor karena ketumpahan tepung.
Tapi Aida juga tak tidur dengan menaikkan semua tubuhnya ke tempat tidur. Hanya sebatas kepala sampai lututnya saja sedangkan kakinya masih menggantung menempel di lantai.
Aida sudah malas mengganti baju. intinya Dia sangat lelah dan tidak mau memikirkan apa-apa lagi dengan tangannya juga masih memegang handphone yang baru dikeluarkannya dari dalam sakunya.
Damai! Tak ada gangguan apapun. berjam-jam Aida terlelap.
Tiit!
Sampai sebuah suara pintu yang tadi dikunci olehnya sudah dibuka dari luar pun Aida tak tahu.
"Apa-apaan Dia tidur macam itu?"
Dan seseorang yang baru saja masuk ruangan itu pun berbisik pelan macam tadi, tapi memang Aida sedang pulas. Dia tak menyadarinya.
Lagi pula Aida tidak pernah berpikir panjang, kalau akan ada orang yang bisa masuk ke kamar itu meski tidak punya kuncinya. Selama ini kan Reiko juga kalau mau masuk ke dalam kamarnya pasti ketuk pintu.
Sssh, sudah tahu kalau Dia ini survival kanker tapi tidur masih memeluk handphonenya! Apa mau meradiasi diri sendiri kah?
Reiko menggerutu setelah Dia menaruh sesuatu di dekat tempat tidur Aida dan kini mendekat mengambil handphone itu dan hendak menaruhnya di nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari (Bab 201 - Bab 400)
Romans(Baca dulu Bab 1-200) "Kamu sudah ga punya dua keistimewaan sebagai wanita! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?" Jika Aida Tazkia bukan anak orang kaya, dirinya juga tak memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan kriteria...