39. Mau ikut!!

273 60 4
                                    


.
.
.
.
.
Seperti biasa, kali ini Ochi tetap tidak ingin di tinggal oleh Jion. Sejak bangun tidur tadi pemuda manis itu terus saja merengek pada sang kakak agar tidak ditinggal sendirian.

Padahal Jion hari ini ada ujian yang tidak bisa dia tinggalkan, bahkan Riku sekalipun. Namun sepertinya Ochi tetap pada pendiriannya jika sang kakak tidak boleh berangkat.

"Abang ndak boleh pergi."

"Abang sini aja, ndak boleh pergi." Jion menghela nafas panjang saat Ochi kembali merengek dengan suara pelannya.

"Adek, abang ada ujian hari ini, abang harus pergi kuliah. Adek di rumah dulu sama Riku ya? Nanti jam sembilan ada Ijan kesini." Ochi tetap menggeleng sebagai jawaban.

"No no, ndak mau, mau abang." Jion tau ada yang tidak beres dengan adiknya, mungkin adiknya baru saja bermimpi buruk tadi malam.

Grep

"Adek kenapa hm? Habis mimpi jelek ya?" Ochi meletakan kepalanya pada pundak Jion saat sang kakak menggendong nya.

"Ndak mau inget mimpi." Jion mengangguk dan menepuk punggung Ochi pelan, berharap adiknya itu akan kembali terlelap dan dia bisa berangkat kuliah.

"Iya iya, gak usah diinget. Adek bobok lagi ya? Nanti pas bangun abang buatin roti bakar." Ochi menggeleng.

"Ikut abang, no no abang kuliah." Jion menghela nafas panjang.

"Kenapa abang gak boleh kuliah? Tumben loh Ochi gak bolehin abang kuliah?" Ochi menatap wajah tampan Jion.

"Nanti abang dekat-dekat nenek sihir! Ochi ndak suka abang, dia jahat jahat!!" Jion akhirnya paham kenapa Ochi melarangnya pergi, adiknya itu takut dia akan di dekati oleh Ratna.

"Ochi, abang mau tanya boleh?" Ochi akhirnya mengangguk.

"Kemarin waktu Hoshi ikut ke kampus, Hoshi ketemu sama nenek sihir itu?" Ochi mengangguk spontan.

"Dia bilang apa ke adek?" Ochi kembali menggeleng dan memeluk leher Jion.

"Ndak boleh ndak boleh." Jion mendekap Ochi saat mendengar isakan lirih dari sang adik.

"Iya udah, abang gak berangkat. Abang sama Ochi disini." Jion akhirnya memilih mengorbankan ujiannya di banding harus meninggalkan sang adik dalam keadaan seperti ini.

"Sekarang Ochi mandi ya?" Ochi menggeleng.

"Dingin abang, badan Ochi ndak suka, nanti tulang Ochi goyang goyang." Kali ini Jion tertawa kecil.

"Mandi air anget adek, apa mau abang mandiin?" Ochi kali ini mengangguk.

"Mandi kamar abang, Ochi mau baju abang yang besar!!" Jion tidak bisa menahan kegemasan nya kali ini.

"Iya nanti pakai baju abang, tapi Ochi harus sarapan ya? Bik Indah bikin soto buat Ochi." Mendengar kata soto Ochi langsung mengangguk.

"Ochi mau mam soto, pakai ayam abang!"

*****

"Sini abang suapi." Ochi hanya diam dan menurut saat Jion menyuapi nya.

Ochi benar-benar tidak mau melepaskan Jion jika Jion tidak ganti baju tadi, bahkan Ochi sekarang memakai baju lengan panjang Jion yang sudah pasti terlihat sangat kebesaran di tubuh mungil nya.

"Loh, gak jadi berangkat bang? Katanya ada ujian." Riku yang baru saja masuk ke ruang makan jelas terkejut melihat Jion belum bersiap untuk kuliah.

"Gak jadi, ada yang rewel, biarin aja lah." Riku langsung menatap Ochi yang tampak semakin mungil saat mengenakan baju milik Jion.

"Cil, biarin bang Jion kuliah ya, kamu sama aku disini." Ochi tampak tidak suka dengan ucapan Jion.

"No! Abang ndak boleh pergi!" Riku menatap Jion bingung, dirinya ikut bingung dengan tingkah Ochi hari ini.

Grep

"Abang ada ujian loh cil, nanti nilai nya bang Jion jelek gimana? Abang dimarahin papa nanti." Riku masih mencoba membujuk Ochi agar memperbolehkan Jion kuliah.

"Ndak boleh! Riku nakal!" Riku menggeleng.

"Bukan aku yang nakal, tapi Ochi yang nakal. Ochi gak bolehin abang kuliah, Ochi mau abang dapet nilai jelek." Ucapan Riku kali ini berhasil membuat Ochi semakin kesal.

Tak

"Hueeee Riku nakal! Ochi benci!!" Riku dan Jion kelabakan saat Ochi justru menangis kencang, terutama saat Riku harus mendapat lemparan sendok dari si mungil itu.

Grep

"Sstt... Sstt... Iya abang gak kuliah, udah jangan nangis." Ochi tetap memangis meskipun Jion sudah menggendong nya.

"Nakal, Riku nakal abang!"

"Ochi marah, Riku jelek kayak beruang!"

"Iya iya Riku kayak beruang, udah jangan nangis dek, adek tadi udah nangis loh, nanti kalau sesak gimana? Abang bawa ke rumah sakit ya?" Ochi menggeleng heboh saat mendengar ucapan Jion.

"No no, ndak mau rumah sakit!"

"Abang ndak boleh pergi, jangan... jangan..." Riku menatap Jion bingung, namun kakak sepupunya itu hanya menggeleng.

"Ochi maafin Riku ya?" Ochi segera menyembunyikan wajahnya di leher Jion saat mendengar suara Riku di dekat nya.

"Ndak mau, Ochi marah sama Riku, Riku jelek kayak beruang!" Riku hanya menghela nafas panjang, sepertinya si mungil itu sedang dalam mood buruk karena mimpi buruk.

"Maafin Riku ya, nanti Riku beliin boneka baru." Ochi tetap menggeleng, menolak bujukan Riku padanya.

"Selamat pagi Ochi." Suara Nadhif membuyarkan suasana ruang makan yang tegang.

"Loh, kenapa Ochi nya kakak nangis nih?" Ochi menatap Nadhif dengan wajah sembab nya, namun sama sekali tidak melepaskan pelukannya dari Jion.

"Kakak tinggi, Riku nakal!" Nadhif langsung menatap ke arah Jion dan Riku bergantian.

"Riku nakal kenapa? Dia apaain Ochi?"

"Riku bilang Ochi nakal! Ochi ndak nakal ya? Ochi good boy!" Nadhif mengangguk pelan.

"Iya, Ochi good boy, sini yuk main sama kakak, itu ada Ijan juga." Biasanya jika mendengar nama Nyzan disebut, Ochi akan langsung antusias, namun kali ini pemuda mungil itu justru menggeleng.

"No, ndak mau, nanti abang pergi! Abang ndak boleh pergi!" Nadhif dan Nyzan menjadi semakin bingung dengan ucapan Ochi.

"Ochi gak bolehin bang Jion kuliah, padahal hari ini bang Jion ada kuliah." Nadhif mengangguk paham.

"Dek Ochi, sini yuk main sama kak Nadhif, kita gambar-gambar di kamar adek. Nanti main juga sama Ijan." Ochi tetap menggeleng, benar-benar tidak mau melepaskan Jion sedikit pun.

"No no! Ochi ndak mau, nanti abang pergi kayak kakak baik, Ochi ndak mau." Jion langsung menggeleng saat Nadhif akan membujuk Ochi lagi.

"Gak apa, biarin. Dia habis mimpi buruk makanya gak mau lepas dari gue." Nadhif akhirnya mengangguk.

"Udah nangisnya dek, nafas nya udah berat loh, abang gak kuliah kok, abang sama adek disini." Isakan Ochi masih terdengar jelas di telinga Jion meskipun tidak sekencang tadi.

"Mau mam lagi? Atau main sama Ijan?" Ochi kembali menggeleng.

"Mau sama abang." Jion mengangguk dan mengelus punggung sempit sang adik.

"Biarin tenang dulu kalau gitu Ji, kalau lo paksa nanti dia malah marah sama lo." Ucapan Nyzan ada benarnya juga, itulah kenapa Jion akhirnya hanya diam sambil menggendong Ochi.

"Abang ndak boleh pergi, abang Jiji harus disini sama Ochi."

*****

Tbc

*****

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang