.
.
.
.
.
Jion menatap lekat pada Hoshi yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama Riku, sejak tadi adiknya itu sama sekali tidak mau jauh dari Riku, bahkan Riku terpaksa membatalkan janjinya dengan Irvin saat Hoshi mengatakan jika Riku tidak boleh pergi.Hoshi memang tidak melakukan apapun, bahkan untuk sekedar membuka suara pun tidak Hoshi lakukan. Adik kecilnya itu hanya fokus pada buku yang sedang dia baca.
Beberapa kali Jion saling bertukar pandang dengan Hoshi, namun keduanya sama sekali tidak mau membuka suara.
"Kalian ngapain?" Pertanyaan Hoshi jelas membuat keduanya terkejut, karena Hoshi bahkan tidak mengalihkan tatapannya dari buku di tangannya.
"Adek, abang mau ngomong sebentar boleh?" Hoshi yang mendengar itu langsung menutup buku nya dan menatap bingung ke arah Jion.
"Abang mau ngomong apa? Kayaknya serius amat." Jion terlihat gugup saat Hoshi mengatakan hal itu.
"Dek, abang mau minta ijin ya, abang mau keluar kota nih buat beberapa hari, karena abang ada tugas kesana." Alis Hoshi sudah menukik saat Jion selesai mengatakan itu.
"Tugas apa? Kampus?" Jion menggeleng sebagai jawaban, tidak ingin membohongi adiknya dengan urusan kampus, karena bisa di pastikan Hoshi akan bertanya pada sahabatnya.
"Bukan, tapi tugas dari kantor papa, salah satu cabang perusahaan papa yang ada di kalimantan sedikit bermasalah. Jadi papa minta abang kesana buat ngecek, jadi boleh abang berangkat?" Hoshi menatap kesal pada Jion.
"Oh jadi maksud abang beliin Hoshi motor itu buat ini? Abang nyogok Hoshi?" Jion buru-buru menggeleng, dia tidak mau adik ya itu salah paham.
"Bukan-bukan, motor itu udah abang pesen dari awal kamu minta, tapi baru datang hari ini." Hoshi akhirnya mengangguk.
"Kalau pulang abang harus bawain Hoshi abon kepiting." Jion mengangguk sebagai persetujuan, namun sedetik kemudian tatapannya kembali tertuju pada Hoshi.
"Kamu ijinin abang dek?" Hoshi mengangguk acuh.
"Ya kalau itu penting buat perusahaan papa abang boleh berangkat, jangan lupa oleh-oleh nya." Jion tersenyum lega mendengar jawaban Hoshi.
"Abang berangkat besok subuh, jadi adek sama Riku aja ya? Nanti kalau mau kemana-mana harus ajak Riku, okey?" Hoshi kembali mengangguk sebelum kembali fokus ke buku nya.
"Besok aku mau coba motor sama Riku, mau jalan-jalan pas abang berangkat."
*****
Jion melarang Riku dan Hoshi untuk mengantar ke bandara, karena memang dia berangkat dini hari. Jion tidak ingin adiknya tau jika dia tidak akan pergi ke kalimantan, namun dia akan pergi ke sulawesi, ke manado lebih tepat nya.
Jion akan mencari informasi disana, sebelum sang papa menyusul. Jion akan berangkat bersama Nadhif, bukan karena Jion sengaja mengajak pemuda manis itu namun Nadhif yang memaksa ikut.
Sahabatnya itu mengatakan dia ingin tau bagaimana Jion hidup selama ini, dia ingin tau siapa kakak baik yang selalu di cari si mungil Ochi.
"Semua pasti baik-baik aja Rel." Nadhif mengelus pundak Jion saat melihat sahabatnya itu tampak tegang.
"Ini penerbangan pertama gue ke Sulawesi setelah pindah dari sana Dhif, meskipun kali ini gue gak ke makasar tapi tetep aja rasanya gue di kejar mimpi buruk." Nadhif paham apa yang di rasakan Jion saat ini.
"Gue tau, tapi sekarang tujuan lo ke manado buat cari adek lo, adek kembar lo. Kalau lo kalah sama rasa takut lo, adek lo gimana? Mungkin aja selama ini dia nunggu kalian nyari dia, jemput dia buat tinggal bareng dia." Jion tersenyum tipis setelah mendengar ucapan Nadhif.
"Ya, semoga semua baik-baik aja. Gue terpaksa bohongin Hoshi waktu berangkat, entah kenapa gue gak mau dia tau dulu kalau gue bakal ke manado."
*****
Manado, kota yang dikelilingi oleh daerah pegunungan dan menjadi kota terbesar kedua di Sulawesi setelah Makassar.
Kota dimana banyak sekali tempat wisata alam yang memanjakan mata, dan merupakan kota yang selalu menjadi kota impian Hoshi saat berlibur dulu.
Jion pernah ke manado beberapa kali, tapi dulu, saat masih kecil dan saat adik kecilnya masih baik-baik saja. Tidak ada dalam pikiran Jion jika dia akan kembali ke manado untuk mencari keberadaan keluarga angkat sang adik.
"Kita ke hotel dulu ya, lo pasti capek." Jion menatap ke arah Nadhif yang berdiri di sebelahnya.
"Lo juga capek Rel, kita istirahat dulu sebentar sambil cari sarapan. Nanti siang baru kita ketemu sama orang suruhan lo itu." Jion tersenyum saat Nadhif mengatakan hal itu, sejak mengenal sahabatnya itu, hanya Nadhif yang bisa langsung memahaminya.
"Iya, nanti siang sekalian kita cari makan siang."
Jion sengaja memilih hotel yang sedikit jauh dari bandar, karena info yang di berikan orang suruhannya itu jika keluarga Aland tinggal di bagian selatan pusat kota.
Nadhif meminta satu kamar dengan Jion, karena dia sebenarnya selalu tidak nyaman jika tidur sendirian di tempat baru.
Jion menghubungi sang ayah saat Nadhif tertidur setelah mandi, Jion harus tetap memberi kabar pada ayah dan ibu nya selama di manado.
"Papa akan menyusul?" Jion akhirnya memutuskan bertanya pada Endaru saat sang papa menanyakan posisi Jion.
"Dua hari lagi papa akan menyusul kesana, sedangkan mama akan pulang ke jakarta."
"Jion bohong sama Hoshi pa, Jion bilang kalau Jion ke kalimantan." Jion bisa mwndengar helaan nafas Endaru.
"Kenapa bohong bang? Bukannya lebih enak kalau jujur ke adek?"
"Jion juga maunya gitu pa, tapi waktu Jion pikir lagi, Jion gak mau Hoshi berharap banyak. Iya kalau kita bisa langsung bawa Kavi pulang, kalau gak gimana?"
"Makasih udah mikirin perasaan adek ya bang, maafin papa sama mama yang belum bisa bikin keluarga kita kayak dulu lagi."
"Gak perlu minta maaf pa, dengan papa tetap cati Kavi itu udah jadi usaha papa selama ini. Justru maafin Jion yang belum bisa jaga adek-adek Jion."
Jion langsung mematikan panggilannya sepihak setelah mengatakan hal itu, dia tidak ingin pembahasan soal terima kasih dan menyalahkan diri sendiri antara dia dan papa nya berlangsung lama.
"Hah, Kavi, gue udah di manado. Gue harap kita bisa cepet ketemu, gue gak tau lo inget gue atau gak, tapi gue harap lo selalu inget Hoshi."
"Narel?" Jion menoleh saat Nadhif memanggilnya.
"Kenapa? Udah tidur lagi aja." Nadhif menggeleng sambil menguap.
"Gue berasa pasangan yang lagi bulan madu njir, gue juga pinginnya tidur lagi, tapi sayang rasa ngantuk gue udah ilang." Jion tertawa saat Nadhif mengatakan mereka seperti pasangan.
"Mau jalan-jalan aja? Sambil nunggu kabar dari orang suruhan gue." Nadhif langsung menatap Jion berbinar.
"Beneran? Ayo deh!"
*****
Tbc
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...