.
.
.
.
.
Keenan menatap Jion yang sepertinya sedang berpisah dengan nyawanya, karena jelas sekali jika pikiran Jion sedang tidak ada bersama raga nya.Jion tampak melamun setelah kelas selesai, dan saat ini mereka sedang berada di kantin membahas tentang tugas kelompok yang harus mereka kerjakan.
Bukan hanya ada Jion dan Keenan, namun juga ada Ratna. Entah kenapa harus Ratna yang berada satu kelompok dengan mereka diantara banyak nya teman sekelas mereka.
"Jion, nanti mau makan siang sama aku gak?" Ratna mencoba menggoda Jion, namun seperti biasa godaan itu tidak akan mempan pada Jion.
"Diem deh, kita disini mau diskusi soal tugas jangan bikin gue kesel ya." Ratna merengut namun jelas membuat Jion kesal, dan Keenan muak.
"Lo mikirin apa? Kita tunda aja diskusinya gimana?" Jion menghela nafas panjang saat Keenan mengatakan hal itu.
"Gue kepikiran Ochi, itu anak tadi gak bolehin gue berangkat." Keenan tersenyum mendengar jawaban Jion.
"Kita tunda aja deh, kita diskusi besok." Jion menggeleng.
"Gak usah Keen, kita diskusi sekarang aja, lebih cepet selesai lebih baik." Keenan tau jika Jion tidak suka berada di dekat Ratna, itulah kenapa dia menolak menunda diskusi.
"Ya udah, kita diskusi tipis-tipis dulu sebelum kelas selanjutnya. Nanti kita rundingin mau ngerjain itu dimana." Jion mengangguk, setuju dengan ucapan Keenan.
"Kerja! Jangan cuma ngeliatin gue kayak orang bego!" Ratna merengut saat Jion menyentaknya.
"Apa salahnya sih ngeliatin kamu Ji, aku suka kok, kamu ganteng dan cocok sama aku soalnya." Jion melirik tajam pada Ratna.
"Lo mau kerja atau mau gue tendang dari kelompok?!"
*****
Riku pulang ke mansion keluarga Gaillard lebih dulu, pemuda itu sudah membawa bunga pesanan Ochi pagi tadi.
Riku mengernyit saat melihat Hana dan Endaru tampak sudah rapi dan terlihat terburu-buru, sepertinya ada pekerjaan mendadak.
"Mama sama papa ada kerjaan?" Hana yang melihat kedatangan Riku langsung mengangguk.
"Iya, mama harus ke butik karena ada masalah, sedangkan papa harus ketemu klien siang ini." Riku mengangguk paham.
"Ochi mana?" Hana tersenyum dan menatap ke lantai dua.
"Ochi lagi papa hukum karena tantrum tadi, jangan buka pintu kamar nya, nanti bukanya tungguin papa datang." Riku sebenarnya cukup terkejut mendengar Endaru menghukum Ochi, tapi kembali lagi keputusan Endaru selalu mutlak.
"Nanti tolong sampaikan ke Jion ya? Bilangin jangan ke kamar Ochi." Riku terpaksa mengangguk, karena dia tau Jion tidak akan menuruti hal itu.
"Mama sama papa berangkat dulu ya, kalau kamu mau makan mama udah masak tadi." Riku menghela nafas panjang dan segera mengirim pesan pada Jion setelah Hana dan Endaru pergi.
Riku pergi ke lantai dua, selain untuk berganti pakaian, dia juga ingin mengecek keadaan Ochi meskipun dia tidak bisa masuk kekamar sepupu mungil nya itu.
Tok
Tok
Tok
"Ochi?"
"Ochi, lagi apa?"
"Ochi udah mam belum?" Riku mengernyit saat tidak mendapat jawaban apapun dari sepupu mungilnya.
"Ochi bobok ya? Sabar ya dek, nanti buka pintunya tunggu abang. Aku gak tau kunci nya di taruh mana sama papa." Setelah mengatakan itu Riku segera pergi kamarnya untuk ganti baju.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...