.
.
.
.
.
Jion tetap memeluk Hoshi meskipun kini mereka sudah berada di ruang keluarga, tentu saja dengan kedua orang tua mereka yang duduk di hadapan mereka.Keenan sudah pamit pulang tadi, karena memang sudah terlalu malam untuk dia tetap berada disana. Terlebih lagi sepertinya Jion harus membereskan masalah keluarga mereka, mendamaikan Hoshi dan kedua orang tuanya.
"Adek udah makan?" Hoshi menggeleng saat Jion bertanya, padahal saat Hana bertanya tadi Hoshi hanya diam.
"Makan dulu ya? Bareng abang." Hoshi tetap menggeleng.
"Hoshi." Hoshi yang mendengar suara sang ayah langsung menutup kedua telinganya menggunakan tangan, dari ekspresi wajahnya sudah sangat jelas jika bungsu keluarga Gaillard itu ketakutan.
"Papa jangan ngomong deh, bikin adek takut aja!"
Grep
Jion dengan cepat mengangkat tubuh mungil Hoshi dan membawanya ke ruang makan.
"Adek temenin abang makan ya? Abang tadi bikin nasi goreng." Hoshi hanya diam di pangkuan Jion, bukan Hoshi tidak mau duduk sendiri, tapi Jion yang tidak membiarkan Hoshi duduk sendiri.
"Mau abang." Jion menatap Hoshi yang menunjuk nugget yang ada di meja.
"Mau pakai nasi?" Hoshi mengangguk kecil.
"Sedikit." Jion hanya menuruti, daripada sang adik sama sekali tidak mau makan.
"Adek tadi dari mana?" Jion mencoba bertanya saat Hoshi sudah terlihat santai dan nyaman.
"Rumah sakit." Jion mengernyit saat mendengar jawaban Hoshi.
"Rumah sakit? Kamu ngapain kesana?" Hoshi kali ini menggeleng.
"Lihat kakak." Jion semakin bingung mendengar jawaban sang adik.
"Maksud kamu apa dek?" Hoshi kali ini menggeleng dan sibuk mengganggu acara makan Jion.
"Mau itu." Jion hanya bisa menghela nafas panjang saat Hoshi tidak mau menjawab pertanyaannya, dan justru menunjuk telur rebus di meja.
"Besok mau ikut abang?" Hoshi mengerjap.
"Kemana?"
"Ke sirkuit, abang mau balapan sama bang Keenan." Hoshi langsung mengangguk antusias mendengar hal itu.
"Tapi abang juga harus ikut aku, aku gak mau di rumah."
*****
Endaru menatap Hoshi yang sudah terlelap di ranjang nya, ada Jion dan Riku yang sedang mengerjakan tugasnya masing-masing disana.
Kedua nya tidak mau meninggalkan Hoshi sendirian, karena mereka takut jika Hoshi akan kambuh seperti kemarin.
"Hoshi sekarang takut sama papa." Endaru menghela nafas panjang.
"Papa tau, maafkan papa, bukan maksud papa nyakitin Ochi saat itu. Papa cuma mau Ochi tau kalau gak selamanya papa sama mama bisa mendampingi dia." Jion menutup laptopnya dan menatap sang ayah.
"Tapi gak seharusnya papa bilang kalau papa capek ngurusin Ochi, Hoshi anak papa kan? Dia anak yang menjadi obat bagi kita semua pa, Hoshi adalah perjuangan terakhir mama dan papa untuk menambah anak." Endaru tersenyum sendu, ucapan Jion sangat benar.
"Iya maafkan papa, papa akan berusaha mendapat maaf Hoshi."
"Lebih baik kalian tidur, sudah terlalu malam." Jion menatap ke arah Riku yang masih sibuk dengan laptopnya, bahkan telinganya tertutup earphone.
"Nanti dulu pa, lagi pula besok Jion sama Riku gak ada kelas." Endaru mengangguk dan menepuk pundak Jion.
Endaru beralih menatap Hoshi yang sudah bergelung dalam selimut dan memeluk bonera beruang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...