76. Tidak suka

402 65 3
                                        


.
.
.
.
.
Kavi menatap datar pada keluarga nya yang terlihat sibuk, atau bisa Kavi katakan menyibukkan diri.

Entah apa yang membuat mereka seperti itu, tapi mereka terlihat semakin jarang di rumah, bahkan mereka selalu terlihat buru-buru setiap kali sarapan, ya pengecualian untuk Riku dan Jion.

Kedua orang tua mereka terlihat masih menjaga jarak dengan Ochi, mungkin karena Ochi selalu takut saat melihat mereka, tapi seharusnya mereka berusaha meminta maaf bukan menjauh.

"Kavi." Kavi menoleh dan menemukan sang ayah tengah menatapnya.

"Ada apa?" Endaru tersenyum.

"Kamu gak mau lanjut kuliah?" Kavi mengangguk.

"Kavi akan lanjut kuliah jika Hoshi siap untuk kuliah." Jawaban Kavi membuat Endaru menghela nafas panjang.

"Kondisi adik kamu belum memungkinkan untuk kuliah umum, bagaimana kalau Ochi bangun saat di kampus?" Kavi mengernyit.

"Papa, seharusnya papa mengenal Hoshi lebih baik di banding Kavi, tapi kenapa Kavi rasa papa tidak mengenal Hoshi sebaik itu?" Endaru terdiam mendengar ucapan sang anak.

"Apa papa tau apa yang membuat Ochi muncul?" Endaru menggeleng.

"Bukankah Ochi ada karena trauma Hoshi." Kavi mengangguk.

"Iya, tapi ada alasan lain yang membuat Ochi muncul. Rasa tertekan dan kesepian yang dirasakan Hoshi memicu little space nya terbentuk."

"Sebelum kejadian itu, kalian juga terlalu sibuk dengan bekerja, Jion sibuk dengan teman-teman bajingan nya, kalian meninggalkan Hoshi sendirian di rumah kalian."

"Hoshi kesepian, hingga dia memunculkan teman khayalan yang bisa dia ajak main. Dan saat otaknya tertekan oleh kenangan buruk kejadian itu, sosok Ochi di munculkan alam bawah sadar Hoshi untuk melupakan ingatan menyakitkannya."

"Kalau papa sama mama capek jaga Hoshi, mending Hoshi tinggal sama Kavi aja. Kavi sanggup kok jagain Hoshi meskipun sambil kuliah atau kerja." Setelah mengatakan itu Kavi beranjak dari ruang keluarga dan naik ke lantai dua.

"Jadi alasan sebenarnya Hoshi kayak gini itu kita ya?"

*****

"Ochi... Mau ikut kakak gak?" Ochi yang sedang sibuk bermain bersama bonek tupai dan juga naga hitam nya langsung menoleh.

"Kakak baik!!" Kavi tersenyum saat mendengar nada riang dari Ochi.

"Mau ikut kakak?" Ochi menatap bingung pada Kavi.

"Mau kemana kakak?"

"Jalan-jalan, beli jajan, beli permen, mau ikut?" Netra Ochi langsung berbinar senang mendengar ucapan Kavi.

"Beli boneka juga??!" Kavi hanya mengangguk, mengiyakan keinginan Ochi.

"Mau... Ochi mau ikuttt..."

"Kalau gitu, ayo ganti baju dulu, habis itu kita berangkat." Ochi mengangguk dan segera menyimpan bonekanya di atas kasur.

"Gaga sama joongjoong disini dulu ya, Ochi mau jalan-jalan sama kakak baik, nanti Ochi bawain temen baru!" Kavi hanya tersenyum mendengar ocehan Ochi yang menurutnya lucu.

"Eh... Kakak baik, abang?" Kavi menggeleng.

"Abang kuliah dek, hari ini khusus Ochi sama kakak, gimana?" Ochi mengangguk antusias.

"Ochi tunggu lama lama jalan jalan kakak baik!" Kavi tidak bisa menyembunyikan senyum sendu nya.

Seandainya dia tidak hilang ingatan, adiknya tidak akan seperti ini dalam waktu yang lama.

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang