.
.
.
.
.
Riku masuk ke kamar Hoshi saat waktunya makan malam, mencoba mengajak sepupu kesayangannya itu untuk makan karena sejak siang Hoshi sudah menolak untuk makan."Hoshi, bangun yuk, makan dulu." Hoshi membuka matanya pelan, mata yang bisa terlihat cerita itu kini sembab, sepupunya itu menangis dalam tidur nya sejak siang tadi.
"Gak mau makan." Riku mengelus kepala Hoshi pelan.
"Kenapa? Gak sakit perut?" Hoshi menggeleng.
"Mereka jahat Riku, disini gak bisa hilang." Riku mengangguk saat Hoshi menunjuk kepalanya.
"Iya aku tau, tapi kamu harus makan ya, lusa mama sama papa pulang loh, katanya kamu kangen sama mereka." Hoshi menunduk, rasa rindu milik siapa yang dia rasakan saat ini.
"Mau makan disini aja." Riku mengangguk.
"Ya udah, aku ambilin ya. Tadi bik Indah buatin kamu bubur manado, mau kan?" Hoshi kembali mengangguk.
"Okey, tunggu sebentar ya."
"Hoshi maafin kakak, maaf kalau ternyata kakak yang ngelupain kamu selama ini." Hoshi kembali menangis sambil bergumam lirih saat Riku sudah pergi.
"Bodoh Kavi, kamu bodoh! Kamu ngelupain fakta yang harusnya kamu ingat terus, kamu biarin adik mu sakit sendirian disini." Hoshi menjambak rambutnya, dia ingin Hoshi kembali, jika tau jika raga yang dia tempati adalah raga adik kandung nya tentu saja dia akan menolak sejak awal.
"Jangan pergi, ayo kembali Chi, biarin kakak peluk kamu buat terakhir kali nya, biarin kakak yang pergi!"
*****
Hoshi kembali mengurung dirinya di kamar setelah makan, menolak Riku dan Jion untuk masuk ke kamarnya.
Kamar bernuansa biru itu tampak berantakan karena Hoshi menghancurkannya, dia butuh melampiaskan emosinya namun tidak bisa, karena biasanya Kavi hanya akan tenang setelah turun ke arena balap.
Hoshi tidak mau membuat Jion khawatir jika dirinya tiba-tiba mengendarai motor dan ngebut di jalan seperti waktu itu, lagi pula dia juga tidak ingin membahayakan tubuh mungil adiknya.
"Ochi, kamu janji mau nemuin aku kalau aku ingat, tapi kenapa kamu gak nemuin aku sekarang?" Hoshi kembali berguman lirih.
"Ochi maafin kakak, kakak bukan kakak yang baik kan? Kakak bikin bang Jion kesusahan, kamu juga pasti kesusahan gara-gara kakak."
"Ochi ayo balik, biarin kakak bertanggung jawab. Jangan bikin kakak makin ngerasa bersalah." Hoshi meringkuk di kasurnya.
Pemuda mungil itu mencoba tidur, selain karena kepalanya yang terus berdenyut sakit, juga karena dia ingin Hoshi menemuinya di dalam mimpi.
"Ochi, kakak kangen." Hal itu adalah gumaman terakhir Hoshi sebelum benar-benar terlelap.
Jion dan Riku baru masuk ke kamar Hoshi pukul sepuluh malam, setelah memastikan jika adik kecil mereka itu sudah terlelap.
"Kayaknya kali ini Hoshi bener-bener ngelampiasin emosinya bang." Jion mengangguk saat melihat betapa berantakannya kamar sang adik.
"Kadang dia butuh ngelampiasin semua nya Rik, apa lagi dia baru aja liat orang yang menjadi trauma nya." Jion mendekati ranjang Hoshi, berniat membenarkan letak selimut sang adik.
Sret
"Riku, ambilin termometer." Riku yang mendengar itu langsung mengambil termometer di kotak obat yang tersedia di kamar Hoshi.
"Ini bang, demam?" Jion hanya mengangguk dan segera memeriksa suhu tubuh sang adik menggunakan termometer.
"39,3, siapin mobil Rik, kita ke rumah sakit!" Riku mengangguk dan langsung berlari keluar. Sedangkan Jion segera mengangkat Hoshi dan membawanya keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...