.
.
.
.
.
Nyzan menatap layar ponselnya lekat, disana terdapat grup chat dengan sahabat-sahabatnya. Dia baru saja memberitahu tentang fitnah Ratna pada Hoshi, dan jelas respon yang di berikan para sahabatnya adalah emosi, terutama Jion, Riku, Irvin dan Keenan.Pemuda itu menggerutu sebal, karena ternyata bukan hanya mereka yang di minta menjauhi Hoshi, tapi juga Keenan.
Sepertinya Nyzan harus membalas Ratna, namun seperti apa yang akan dia lakukan? Ratna belum melukai Hoshi, hingga dia tidak bisa melakukan apapun pada perempuan itu.
"Hah, kenapa sih kemarin gak gue dorong ke lintasan kereta aja itu cewek?!"
"Ngeselin banget sumpah!"
"Harusnya kalau dia mau deketin Jion, dia harus bisa ambil hatinya Hoshi, bukannya malah nyebar fitnah gak jelas kayak gini!"
Nyzan terus menggerutu hingga Nadhif masuk ke kamar nya, pemuda tinggi itu menggelengkan kepalanya saat mendengar gerutuan sang adik.
"Jangan ngomel mulu dek, tidur sana. Besok lo ada kelas pagi." Nyzan menatap ke arah Nadhif dan merengut.
"Gue sebel tau kak! Kenapa sih jalang itu terus gangguin Hoshi? Pingin banget gue bejek-bejek!" Nadhif tertawa kecil.
"Ya bejek aja loh dek, tapi tunggu dia main kasar dulu. Inget ya, kita gak pernah main kasar duluan." Nyzan menghela nafas dan mengangguk.
"Iya tau, kayaknya gue mau cepet bawa Hoshi ke sini deh kak. Kalau mama udah ketemu Hoshi, gue bisa bebas kalau mau keluar sama si gemoy, gue juga bisa ngawasin Hoshi biar tuh jalang gak bisa nyentuh gemoy gue." Nadhif mendengus pelan, jika adiknya sudah begini pasti kedepannya akan ada saja rencana soal Ratna.
"Ya lakuin lah, tapi inget Hoshi jangan di paksa."
*****
Hoshi menatap Jion yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya di laptop, sedangkan Riku belum kembali ke rumah.
Hoshi beberapa kali menatap jam yang tertera di layar ponselnya, sudah pukul sepuluh malam, tapi kedua orang tuanya belum juga kembali ke rumah.
"Abang." Jion yang mendengar panggilan pelan Hoshi langsung menatap sang adik.
"Kenapa dek?" Hoshi menghela nafas panjang.
"Mama sama papa masih lama ya pulang nya?" Jion tersenyum tipis dan menggeleng.
"Abang gak tau, coba kamu telpon aja." Hoshi merengut dan menggeleng.
"Gak usah deh, mungkin mereka mau nginep di rumah sakit." Jion menatap bingung pada Hoshi.
"Ada apa?" Hoshi akhirnya beranjak dari duduknya, tapi sebelum dia keluar kamar Hoshi sudah menatap sang kakak.
"Aku mau kebawah, mau bikin mie instan, abang mau gak?" Mendengar ucapan Hoshi membuat Jion sadar jika sejak tadi mereka belum makan.
"Kamu laper?" Hoshi mengangguk kecil.
"Aku nungguin mama dari tadi, katanya mau pulang terus masakin aku cumi-cumi. Tapi ya udah deh, makan mie instan aja, abang mau gak?" Jion langsung menyimpan tugasnya dan beranjak menghampiri sang adik.
"Laper banget? Di tahan sebentar lagi bisa gak?" Hoshi menatap bingung pada sang kakak.
"Kenapa?"
"Jangan makan mie instan, kita titip makanan ke Riku aja ya?" Hoshi akhirnya mengangguk kecil.
"Mau martabak telur bang, pakai telur bebek sama daging, boleh?" Jion mengangguk mantap dan segera mengirim pesan pada Riku, Jion bahkan mengirim beberapa pesan dan baru berhenti setelah Riku membaca dan membalas pesannya.
"Tunggu di bawah aja ya."
*****
Riku meletakan dua kotak martabak telur diatas meja makan, hal itu membuat Hoshi tersenyum senang, karena sejujurnya dia sudah sangat lapar.
"Wah makasih Riku!" Riku hanya tersenyum saat melihat bagaimana Hoshi antusias.
"Loh, mau kemana?" Riku menahan tangan Hoshi yang akan bangkit dari kursinya.
"Mau ambil nasi, aku mau makan martabak sama nasi." Riku melongo mendengar ucapan Hoshi.
"Makan martabak sama nasi?" Hoshi mengangguk dan segera mengambil sepiring nasi, tidak banyak memang namun tetap saja aneh bagi Riku.
"Aku lapar Riku, jadi jangan protes ya." Riku hanya bisa menatap Hoshi yang sudah mulai makan.
"Kaloan belum makan bang?" Jion yang di tanya hanya menggeleng.
"Belum, sejak pulang dari rumah sakit tadi gue langsung nugas, gue sampai lupa kalau Hoshi juga belum makan apapun dari pagi kecuali roti bakar dari Nadhif tadi." Riku yang mendengar itu langsung menatap Jion.
"Oh iya bang, gimana tadi?"
"Ya gak gimana-gimana, sekarang mama sama papa masih disana kok. Kavi udah aman, karena papa juga minta dokter Mark terlibat dalam memantau kondisi Kavi." Riku menghela nafas lega.
"Besok gue kesana ya? Gue juga mau gimana wajahnya kak Kavi." Jion mengangguk.
"Aku ikut! Jemput aku besok ya?" Riku dan Jion tertawa kecil saat Hoshi berkata dengan mulut yang masih terisi makanan.
"Di telan dulu makanannya dek, nanti kalau tersedak gimana?" Hoshi merengut dan segera menelan makanannya.
"Pokoknya besok jemput aku bang, Riku! Aku juga mau jagain kak Kavi." Jion dam Riku sama-sama mengangguk.
"Iya nanti di jemput, tunggu aja di rumah."
*****
"Adek, sarapan dulu." Hoshi menatap Hana yang baru saja masuk ke kamar nya.
"Mama kapan pulang?" Hana tersenyum saat mendengar pertanyaan Hoshi.
"Tadi pagi, ayo sarapan dulu, udah di tunggu papa, abang sama Riku di bawah." Hoshi mengangguk kecil dan mengikuti langkah Hana untuk turun ke lantai bawah.
"Pagi dek." Hoshi tersenyum saat mendengar sapaan sang papa.
"Pagi pa, pagi abang, pagi Riku." Ketiganya tersenyum mendengar sapaan Hoshi.
"Adek hari ini tungguin abang sama Riku di rumah, nanti abang jemput buat ke rumah sakit." Hoshi hanya mengangguk.
"Hoshi sendirian gak apa ya? Soalnya mama mau ke butik pagi ini, nanti siang ketemu di rumah sakit ya? Makan siang di sana aja sekalian." Hoshi lagi-lagi mengangguk, meskipun dia belum sepenuhnya kembali percaya pada ucapan sang mama.
"Iya, tapi jangan lupa! Nanti Hoshi di tinggalin lagi." Jion dan Riku mengangguk.
"Kita gak akan lupa, nanti tungguin aja okey?" Hoshi kembali mengangguk.
"Riku, bunga ku mana?" Riku langsung terdiam saat Hoshi kembali menanyakan bunga yang dia janji kan.
"Nanti aku bawain, gak apa?" Hoshi kembali mengangguk.
"Delapan ya, oh tambah satu sembilan." Riku hanya bisa mengangguk pasrah, sedangkan Jion hanya tertawa kecil.
"Sepuluh sekalian Rik, nanggung amat sembilan." Riku langsung menatap sebal pada Jion.
"Udah deh jangan ikut-ikut bang, cepetan habisin sarapannya terus berangkat." Jion semakin tertawa saat melihat Riku kesal.
"Awas keselek–"
"Uhuk... Uhuk..." Kali ini giliran Riku dan Hoshi yang tertawa, melihat Jion tersedak makanannya.
"Aku belum selesai ngomong loh bang, makanya kalau makan jangan sambil ketawa." Jion berdecih setelah menetralkan nafas nya yang tersengal karena batuk.
"Udah dek, kamu makan aja, biarin aja abang mu itu."
*****
Tbc
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...