.
.
.
.
.
Tidak ada yang menyangka jika Kavi akan mengalahkan lawannya itu, bahkan sang lawan tertinggal jauh di lap terakhir.Kavi membuka helmnya dan menatap tajam pada sang lawan yang mendekatinya sambil tersenyum, senyum yang mengingatkan Kavi pada kejadian sepuluh tahun lalu.
"Hei, gue baru liat lo disini, hebat lo bisa ngalahin gue, besok-besok kita balapan lagi." Kavi hanya menatap tanpa berniat menjawab, bahkan setelah pemuda itu pergi dan Jion serta yang lain menghampirinya.
"Kalau kita ketemu lagi, lo bakal tau siapa yang lo hadapi." Kavi bergumam pelan.
"Dia ngajak lo balapan lagi Kav?" Kavi hanya berdehem dan mengembalikan kunci motor Leo.
"Le." Leo menatap Kavi bingung.
"Kenapa?"
"Kaki gue lemes, nafas gue juga sesak."
Sret
Leo dan Jion langsung menopang tubuh Kavi saat mendengar jika pemuda bersurai biru itu mengatakan kakinya lemas, semua yang ada di sana terlihat khawatir.
"Udah gue bilang lo jangan turun dulu, ngeyel sih!" Kavi hanya diam saat Leo mengomelinya.
"Jangan ngomel sekarang, nanti aja, gue pusing!" Leo terpaksa menghentikan omelannya saay Kavi mengeluh pusing.
"Pulang aja ya Kav? Kamu istirahat di rumah?" Kavi menggeleng pelan.
"Ke rumah sakit aja, mau lihat Ochi."
*****
Jion benar-benar mengajak Kavi ke rumah sakit, karena memang rencana nya tadi juga seperti itu, namun berhubung Kavi mengeluh lemas maka Jion ingin mengajaknya pulang.
"Bisa jalan sendiri gak? Apa mau aku gendong?" Kavi memukul pelan tangan Jion yang sudah bersiap menggendong nya.
"Aku lemes tapi bukan berarti aku gak bisa jalan!" Jion tertawa pelan dan segera meminta Kavi keluar dari mobil.
"Ya udah ayo, kalau gak kuat bilang." Kavi hanya berdehem pelan.
Keduanya berjalan pelan ke ruang rawat Hoshi, Jion sengaja berjalan di belakang Kavi, karena melihat langkah adik nya itu sangat pelan.
Cklek
"Siang ma." Jion menyapa sang mama begitu masuk ke ruang rawat Hoshi.
"Siang bang, kak." Jion tersenyum dan hanya menatap Kavi yang langsung berjalan ke arah sofa.
"Kalian udah makan?" Jion dan Kavi menggeleng.
"Mama mau ke kantin, mau mama beliin apa sekalian?" Jion terlihat berpikir sedangkan Kavi langsung menggeleng.
"Samain sama punya mama aja." Hana beralih menatap Kavi yang sudah memejamkan matanya.
"Kalau kamu mau makan apa kak?" Lagi-lagi Kavi menggeleng.
"Kavi gak laper ma, mama sama Jion aja." Hana menatap sendu pada Kavi, setelah satu bulan namun Kavi belum benar-benar mau dekat dengan mereka.
"Beliin roti aja buat Kavi ma, dia ngeluh lemes tadi."
Buk
Jion langsung mengelus kepalanya yang mendapat lemparan bantal oleh Kavi.
"Jangan jadi tukang ngadu!" Jion berdecih.
"Aku gak ngadu cuma kasih tau mama, kalau anak keduanya ini lagi ngerasa gak enak badan."
*****
"Kapan mau bangun? Kamu gak mau peluk aku?" Kavi bergumam lirih sambil memainkan jemari Hoshi. Saat ini Kavi eendirian di kamar rawat Hoshi, karena Jion akhirnya memutuskan ikut Hana ke kantin rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...