31. Murung

298 60 8
                                    


.
.
.
.
.
Hoshi hanya diam tanpa mau menanggapi ucapan dari Riku atau pun Jion, sejak pembicaraan nya dengan Riku tentang kakak baik tadi.

Riku sendiri tidak tau harus melakukan apa lagi agar Hoshi kembali ceria, biasanya jika sudah seperti ini maka Ochi yang akan muncul, namun kali ini Hoshi tetap dengan kesadarannya.

Hoshi meringkuk di kasurnya, menolak untuk makan ataupun keluar kamar. Pemuda mungil itu selalu mengatakan jika kepalanya berisik, sakit, namun tetap tidak mau di dekati oleh Jion atau pun Riku.

"Adek, makan dulu yuk?" Hoshi tetap menggeleng, mau selembut apapun Jion membujuknya.

"Kalau gak makan nanti perutnya sakit lagi loh, katanya mau punya motor baru." Hoshi tetap tidak menghiraukan ucapan Jion, pemuda mungil itu justru memejamkan matanya.

"Aku pusing, mau tidur aja gak mau makan." Jion menghela nafas panjang.

"Mau di temenin tidur nya?" Hoshi menggeleng kecil.

"Aku mau sendiri bang." Jion mengangguk.

"Ya udah, kalau perlu apa-apa abang ada di kamar, panggil aja kayak biasa ya?" Hoshi berdehem pelan.

"Kalau udah siap cerita, cerita ke abang ya, nanti abang pasti bantuin adek." Jion hanya berharap jika saat bangun nanti yang muncul adalah Ochi, dengan begitu akan mudah meminta adiknya itu bercerita.

Jion keluar dari kamar Hoshi setelah memastikan jika tidak ada benda tajam disana, melihat bagaimana respon trauma Hoshi sebelumnya Jion tidak mau mengambil resiko adiknya terluka.

"Bang gimana?" Jion menggeleng saat Riku bertanya.

"Perlu kita kasih tau papa sama mama gak sih bang? Karena Hoshi udah inget sama kak Kavi." Jion menghela nafas panjang.

"Kita bahkan gak bisa nemuin dimana Kavi Rik, udah bertahun-tahun kita cari dia, tapi keluarga bajingan itu pinter nyembunyiin Kavi." Riku mengelus pundak Jion pelan.

"Nanti kita coba cari bang, dua tahun ini kita agak nurunin pencarian kita karena fokus sama Hoshi. Kayaknya sekarang udah waktunya nyari kak Kavi lagi." Jion mengangguk.

"Semoga semua baik-baik aja setelah ini, gue harap nanti Kavi mau tinggal disini."

*****

Jion terpaksa melarang sahabat-sahabat nya main ke rumah nya, bahkan Jion juga menolak untuk pergi berkumpul bersama mereka di rumah Nadhif, begitu juga Riku.

Hal itu jelas membuat mereka semua bingung, karena selama ini jika Jion menolak maka Riku masih akan datang, karena ada Irvin disana.

Tapi kali ini keduanya sepakat tidak datang karena ada hal yang tidak bisa mereka tinggalkan.

"Tumben Jion sama Riku sama-sama gak dateng?" Nafian bergumam lirih, namun masih bisa di dengar para sahabatnya.

"Kayaknya ada sesuatu sama Hoshi deh, biasanya mereka kalau udah gak mau ninggalin rumah gini pasti ada apa-apa." Ucapan Irvin jelas membuat yang lain ikutan khawatir.

"Bang Keenan, kemarin Hoshi gak apa kan waktu pulang?" Keenan menggeleng.

"Gak apa, dia cuma ngeluh kepalanya sakit." Irvin yang mendengar itu hanya bisa terdiam.

"Mood nya Hoshi sejak di cafe kemarin udah cukup jelek, apa itu ngaruh?" Ucapan Nyzan mengingatkan mereka semua tentang mood Hoshi saat di cafe.

"Kayaknya karena dia habis ketemu dokter nya deh, biasanya kalau habis ketemu dokter Luki Hoshi pasti badmood, beda kalau Ochi yang ketemu, bisa full senyum seminggu karena dapat mainan baru."

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang