77. Kemana mereka?

349 57 1
                                        


.
.
.
.
.
Pemuda mungil itu mengerjapkan matanya sebentar sebelum akhirnya kembali berguling dan memeluk seseorang yang tidur di sebelahnya.

Kamarnya masih gelap, hanya sedikit sinar matahari yang masuk kedalam sana melalui celah-celah gorden yang menutupi pintu balkonnya.

"Abang."

"Abang." Beberapa kali tangannya menepuk perut orang di sebelahnya.

"Eung..." Jion membuka matanya saat merasakan tepuk keras di perut nya.

Saat dia menoleh ada sang adik yang tengah memeluknya, namun bisa di pastikan jika yang bangun saat ini adalah Hoshi.

"Kenapa dek?" Hoshi menggeleng.

"Abang kuliah?" Jion terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan itu.

"Iya, abang ada kelas pagi hari ini, ada apa?" Hoshi menggeleng.

"Berarti aku sendirian lagi?"

Deg

Jion merasa bersalah saat melihat binar di mata sang adik redup.

"Nanti ada mama dek, katanya mama gak ke butik hari ini." Hoshi hanya mengangguk tanpa menjawab.

"Udah abang bangun sana, aku mau tidur lagi." Namun apa yang dilakukan Hoshi berbeda dengan ucapannya.

Pemuda itu berkata ingin kembali tidur, namun justru bangkit dari kasurnya,

"Mau kemana? Katanya mau tidur lagi?" Hoshi mengangguk.

"Iya memang, tapi aku mau tidur di kamar kakak." Jion menghela nafas panjang, berdoa saja jika Kavi belum bangun.

"Ya udah, sekalian bangunin kak Kavi ya? Katanya dia ada urusan sama Leo hari ini." Hoshi hanya berdehem saat Jion mengatakan hal itu.

"Abang, aku mau roti bakar buat sarapan ya!" Jion kini kembali mengangguk.

"Hah... Kenapa aku merasa lebih baik mama sama papa tetep ada di luar negri aja sih, dengan gitu Hoshi gak akan kesepian karena ditinggal mendadak."

*****

"Kak Kavi mau keluar?" Kavi menoleh dan menatap Riku yang baru saja bertanya.

"Iya, kamu ada kuliah?" Riku menggeleng.

"Hari ini di rumah kak, nemenin Hoshi, nanti Irvin juga mau kesini." Kavi akhirnya tersenyum dan mengangguk.

"Jangan di tinggal sendirian loh Rik, kalau kamu ada perlu mendadak nanti anterin Hoshi ke apartemen Leo aja, biar pulang nya sama aku, Jion ada kuliah pagi sampe sore katanya." Riku mengangguk paham, sama seperti dia yang ingin menjaga Hoshi, Kavi juga tidak mau adik kecilnya itu sendirian dan kesepian.

"Iya kak, tenang aja."

Obrolan Riku dan Kavi tentu saja di perhatikan oleh Hana dan Endaru, keduanya semakin merasa bersalah pada Kavi.

"Kavi, papa dengar dari Leo kamu mau ke manado?" Kavi menoleh dan mengangguk.

"Iya, aku mau nyelesein dulu yang disana." Hana menatap khawatir pada putra tengah nya.

"Kamu mau ngapain nak? Disini aja ya, disana bahaya buat kamu." Kavi menggeleng.

"Kavi harus kesana ma, Kavi bukan orang baik yang akan terus diam waktu ditindas. Kavi udah nyusun rencana ini lama sama Leo sana Rico, Kavi mau bikin papa Aland tau kalau Kavi gak pernah peduli sama warisan opa." Endaru menghela nafas panjang.

"Kavi, papa gak tau rencana kamu, Leo sama Rico itu seperti apa, tapi jangan sampai hal itu membahayakan kalian. Ingat kamu sekarang punya papa disini, papa siap membantu kamu melakukan semuanya."

"Apa perlu papa hancurkan mereka?" Kavi menggeleng.

"Soal mereka biar itu jadi urusan Kavi." Kavi menatap lekat pada papa dan mama nya.

"Cuma Kavi minta satu hal, tolong jaga Hoshi, jangan pernah tinggalin dia sendirian selama Kavi sibuk dan gak dirumah."

"Hoshi itu ingin mama sama papa kayak dulu." Setelah mengatakan itu Kavi bangkit dan pergi ke kamarnya.

"Kak Kavi gak pernah mau Hoshi ngerasain timpang nya kasih sayang sayang yang selama ini dia rasain ma, pa."

*****

"Riku, kak Kavi kapan pulang?" Riku yang semula sedang fokus membalas pesan Irvin langsung menoleh.

"Gak tau, kenapa? Udah kangen sama kak Kavi?" Hoshi mengangguk pelan.

"Kalau aku telfon kak Kavi terus aku suruh pulang, kak Kavi marah gak ya?" Riku tertawa mendengar hal itu.

"Kak Kavi gak mungkin marah sama kamu dek, mau coba telfon?" Hoshi menggeleng saat Riku menyodorkan ponselnya.

"Gak usah deh, siapa tau kak Kavi beneran sibuk." Riku tersenyum, namun tangannya tetap mengirim pesan pada Kavi, jika Hoshi mencarinya.

"Ya udah, lanjut aja baca novelnya. Mau makan cemilan?" Hoshi menggeleng.

"Gak mau, aku nanti mau minta jajan ke kak Kavi." Riku hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah menggemaskan Hoshi.

"Hoshi kamu katanya mau kuliah?" Hoshi menatap Riku dan mengangguk.

"Mau, tapi nanti tunggu kak Kavi selesai sama urusannya, kalau gak sama kak Kavi pasti gak boleh sama papa."

*****

"Kak Kavi ayo pergi." Kavi yang baru saja masuk kedalam kamar Hoshi jelas terkejut mendengar ucapan sang adik.

"Pergi kemana?" Hoshi menunduk.

"Ayo ke rumah opah sama omah kak, aku gak mau disini." Kavi tersenyum miring mendengar permintaan Hoshi.

"Kamu yakin dek? Gimana kalau Jion sama Riku nyariin." Hoshi menggeleng.

"Aku gak peduli, mereka aja sering ninggalin aku sendirian, sekarang gantian." Kavi akhirnya menghela nafas panjang dan mengangguk.

"Ya udah, sekarang kamu ambil barang yang mau kamu bawa, kakak juga mau ambil barang kakak." Hoshi kembali mengangguk dan langsung masuk ke kamarnya.

Hoshi hanya membawa beberapa boneka nya, untuk berjaga-jaga jika Ochi keluar tanpa aba-aba seperti kemarin.

"Kakak baik, aku udah selesai." Kavi tersenyum tipis dan merangkul sang adik untuk pergi ke mobilnya.

Kavi sudah meretas cctv di rumah mereka, membuat kepergian mereka tidak akan bisa di lacak oleh orang rumah.

"Kamu tau alamat rumah opah?" Hoshi mengangguk dan menyerahkan selembar kertas berisi alamat pada Kavi.

Dengan cepat pemuda itu membaca alamat yang tertera.

"Okey, kalau gitu kita ke bandung."

*****

Tbc

*****

Selamat malam
Hoshi kembali menyapa nih
Ada yang nungguin?
Mau double up gak?
Hoshi ngajak Kavi pergi nih...

Selamat membaca dan semoga suka

See ya

–Moon–

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang