.
.
.
.
.
Hoshi menghabiskan waktunya di kamar setelah Jion berangkat kuliah, sang kakak tadi pamit bahwa dia hanya ada satu kelas dan akan membawakan Hoshi sesuatu saat pulang nanti.Hoshi sebenarnya bosan, tapi dia tidak bisa mengganggu Riku begitu saja saat ini, sepupunya itu sedang menghubungi Irvin dan membahas soal tugas.
"Hah... Bosen, jadi pingin pinjem motornya Riku." Selalu seperti ini jika jiwa Kavi bosan, di pikirannya hanya ingin jalan-jalan menggunakan motor.
"Nanti kalau papa sama Jion ke manado gimana perasaan mereka waktu tau kalau ternyata anak yang mereka cari udah meninggal? Ochi sama mama juga gimana?" Hoshi bergumam lirih, sambil sesekali tangannya memilin ekor boneka naga di pangkuannya.
"Aku gak mau mereka sedih, tapi aku juga pingin mereka tau kalau aku udah meninggal. Hoshi, kenapa kamu ngotot minta mereka kesana? Bukannya cari info seperti itu cukup dari sini juga bisa? Jangan bikin hati kalian terluka." Hoshi akhirnya memejamkan matanya, dia terlalu pusing dengan keinginan Hoshi asli untuk mendatangi keluarga Aland di manado.
"Leo apa kabar ya? Dia main sama siapa sekarang? Rico gak terlalu bisa dia ajak main soalnya." Hoshi melempat boneka naga nya tanpa melihat jika Riku baru saja masuk ke kamarnya.
Puk
"Aduh!" Hoshi yang mendengar suara Riku langsung membuka matanya dan menatap Riku bingung.
"Kamu kenapa?" Riku yang mendengar pertanyaan Hoshi hanya bisa mendengus pelan.
"Lo ngelempar boneka gak liat-liat, kena muka ganteng gue nih." Hoshi yang mendengar ucapan narsis Riku langsung mencibir.
"Dih, ganteng katanya? Ganteng itu bang Jion sama bang Keenan." Riku menatap Hoshi curiga.
"Lo bilang bang Keenan ganteng? Lo suka sama bang Keenan?" Hoshi mengerutkan dahinya.
"Emang kalau bilang ganteng harus suka? Terus kalau kamu bilang ada artis korea ganteng kamu suka gitu?" Riku menggeleng.
"Gak gitu konsepnya Hoshi." Hoshi hanya mengedikan bahunya acuh dan kembali merebahkan dirinya di atas kasur.
"Riku, aku bosen." Riku menatap Hoshi yang sudah berbaring di kasurnya.
"Mau keluar gak? Kita ke cafe Sakil?" Hoshi menggeleng.
"Gak mau, aku mager jalan. Disini aja, tapi ngapain gitu biar gak bosen." Riku menatap ke arah balkon kamar Hoshi dan kemudian tersenyum.
"Ayo berenang? Lo udah lama gak main di kolam renang kan?" Mendengar itu Hoshi langsung bangkit.
"Mau! Tapi... Aku kan gak bisa berenang!" Riku tertawa kecil mendengar keluhan Hoshi.
"Ayo, nanti gue ajarin berenang sekalian." Mendengar itu Hoshi langsung tersenyum lebar.
"Ayo! Nanti kalau udah bisa aku mau pamer ke bang Jion!"
*****
Riku tertawa saat melihat Hoshi kembali tenggelam setelah bergerak beberapa senti dari posisi awalnya, sepupu kecilnya itu benar-benar belajar berenang dengan sungguh-sungguh.
Harus Riku akui jika Hoshi adalah anak yang cerdas, terbukti hanya dalam waktu satu jam sepupu nya itu sudah bisa berenang bebas mengelilingi kolam renang.
Riku tersenyum, tawa Hoshi terdengar memenuhi bangunan kolam renang milik keluarga Gaillard itu, dan hal itu adalah hal yang selalu di tunggu oleh mereka.
"Udah ayo dek, udahan berenangnya, bang Jion habis ini udah balik, nanti kamu gak jadi dapet hadiah dari bang Jion loh." Hoshi menatap Riku bingung.
"Hadiah apa sih? Awas kalau aneh-aneh." Riku menggeleng dan memberikan handuk pada Hoshi.
"Udah sana, mandi dulu sana, aku tunggu sini." Riku menggelengkan kepalanya saat Hoshi berlalu ke kamar mandi.
"Gue harap keputusan bang Jion sama papa bener buat beliin Hoshi motor."
Hoshi yang baru saja kembali dari kamar mandi menatap ngeri pada Riku yang sudah senyum-senyum sendiri, Hoshi jadi takut jika sepupunya itu sedang ketempelan.
"Riku! Ngapain senyum-senyum sendiri?" Riku yang terkejut dengan suara nyaring Hoshi hanya menggeleng.
"Riku ayo, aku laper mau minta buatin telur setengah mateng ke bik Indah." Riku menghela nafas panjang, hari ini Hoshi sangat cerewet. Namun Riku senang, karena sepupunya itu tidak lagi menangis dan rewel seperti kemarin.
"Iya ayo, jangan cerewet-cerewet dong dek."
"Habis kamu lama!"
*****
"Hoshi, sini ikut abang keluar sebentar." Hoshi yang sedang asik menonton anime hanya bisa menghela nafas panjang saat sang kakak yang baru saja pulang langsung menarik tangannya.
"Mau ngapain?" Jion hanya tersenyum dan terus mengajak adiknya pergi keluar.
"Ada hadiah buat kamu, dari abang." Alis Hoshi bertaut, karena sejak tadi Riku juga membahas soal hadiah dengannya.
"Hadiah apa sih?" Jion tersenyum dan meminta Hoshi menatap ke arah kanan.
"Itu hadiah nya." Hoshi dengan cepat menatap ke arah yang dimaksud Jion, dan apa yang di lihatnya mampu membuatnya terkejut.
Sebuah motor sport kawasaki ninja 250 berwarna hitam terparkir apik disana, Hoshi jelas tau jika itu bukan motor Jion atau pun Riku.
"Motor siapa itu? I-itu buat aku?" Jion mengangguk, dan hal itu semakin membuat Hoshi terkejut.
"Wah, beneran bang? Abang beliin ini buat aku? Tapi ini mahal." Jion menggeleng.
"Gak ada yang mahal kalau buat adek, suka sama hadiahnya?" Hoshi mengangguk antusias.
"Suka, makasih bang!"
Grep
Cup
Hoshi memeluk dan mengecup pipi Jion sebelum berlari mendekati motor baru nya.
"Wah bang Jion pinter, beliin aku motor kayak gini, mana persis sama motor ku dulu lagi." Hoshi menatap takjub pada motor baru nya itu.
"Tapi bedanya dulu aku harus menang lima balapan biar bisa beli motor ini, huft!" Setelah puas melihat motor nya, Hoshi kembali mendekati Jion.
"Mau di coba sekarang motor nya?" Hoshi memberi gelengan saat Jion memberikan kunci nya.
"Besok aja bang, sekarang aku capek." Jion tertawa kecil dan merangkul Hoshi.
"Emang habis ngapain aja seharian ini?" Hoshi menatap Jion yang ada di depan kamar nya.
"Habis berenang sama Riku, kapan-kapan abang harus ikut berenang, aku udah bisa berenang sekarang." Jion mengangguk.
"Okey, kapan-kapan kita berenang bareng ya."
*****
Tbc
*****
Hoshi dapat motor baru
Kayaknya Riku harus siapin mental, soalnya sebentar lagi Hoshi bakal menjelma jadi tukang buat onar...
Lanjut?Selamat membaca dan semoga suka
See ya
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hoshi
FanfictionKavi Aland Daran, seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun harus meregang nyawa karena kecelakaan saat sedang melakukan balap liar. Namun bukannya beristirahat dengan tenang, Kavi justru terbangun di tubuh seorang remaja berusia tujuh belas tahun...