27. Tidak aman

526 78 1
                                        


.
.
.
.
.
Hoshi memejamkan matanya sebelum keluar dari mobil, pemuda mungil itu berharap jika hari ini saja dia bisa bersikap layaknya Kavi dulu.

Hoshi tidak ingin menyusahkan Nadhif atau sahabat abang nya yang lain jika ketakutannya muncul seperti waktu itu, sudah cukup waktu itu, dan Hoshi tidak ingin lagi.

"Dek?" Hoshi membuka matanya saat Jion menepuk pundak nya.

"Ayo." Hoshi menatap Jion dan Riku, tangannya mengarah pada Riku saat kaki nya melangkah keluar mobil.

"Apa?"

"Kunci motor, aku yang bawa." Riku tanpa pikir panjang segera memberikan kunci motornya pada Hoshi.

"Udah, ayo ke kantin dulu. Biarin bang Jion ke kelas nya, aku yang nemenin kamu buat nunggu Nadhif." Hoshi mengangguk, pemuda mungil itu menurut saat Riku merangkul pundaknya.

"Riku." Riku yang ada di sebelah Hoshi langsung menoleh saat mendengar suara Irvin.

"Loh, ikut juga?" Hoshi hanya mengangguk, memang hanya Ochi yang akan antusias saat bertemu dengan Irvin.

"Udah sarapan?" Hoshi dan Riku mengangguk bersamaan.

"Kak Nadhif lama gak nanti? Kalau gak lama tinggal aja gak apa." Irvin melirik Riku yang terdengar ragu, padahal mereka sudah ada di kantin saat ini.

"Yakin gak apa ditinggal?" Hoshi mengangguk.

"Gak apa, aku tinggal nunggu kak Nadhif disini." Riku akhirnya menghela nafas panjang.

"Ya udah, kalau gitu aku sama Sakil ke kelas dulu, kalau ada apa-apa langsung hubungin kita, kamu bawa hape kan?" Hoshi kembali mengangguk.

"Iya Riku, jangan cerewet, aku udah gede!" Riku akhirnya tersenyum tipis, begitu juga Irvin.

Hoshi menatap ke arah punggung Riku dan Irvin yang berlalu meninggalkannya, Hoshi sendiri sudah membeli minum karena memang kantin masih lumayan sepi.

"Hoshii!!" Hoshi mendongak saat mendengar nama nya di sebut, pemuda mungil itu tersenyum saat melihat Nadhif berjalan ke arah nya.

"Kok kak Nadhif udah datang?" Nadhif tersenyum dan mengusak rambut Hoshi.

"Sengaja, biar kamu gak nunggu sendirian terlalu lama. Kamu belum lama kan?" Hoshi menggeleng.

"Riku sama Sakil baru pergi tujuh menit lalu." Nadhif mengangguk, tangan pemuda tinggi itu mengangsurkan sebuah tote bag pada Hoshi.

"Aku tau kamu pasti udah sarapan, tapi aku bawain sandwich buat kamu." Hoshi menatap ke dalam tot bag tersenyum dan tersenyum.

"Makasih kak."

*****

"Oh, lihat ada siapa ini? Adek pungutnya Jion nih." Hoshi yang sebelumnya sedang asik mendengar Nadhif bercerita langsung menoleh saat mendengar suara seorang perempuan.

Hoshi dan Nadhif sama-sama menghela nafas panjang, karena lagi-lagi mereka harus bertemu Ratna. Mood Hoshi yang sudah sedikit membaik kini seketika kembali memburuk, rasanya Hoshi siap memakan perempuan itu jika dia mencari masalah lagi.

"Siapa yang lo maksud adik pungut nya Jion?" Ratna memasang wajah meremehkan saat menatap Nadhif.

"Ya siapa lagi kalau bukan cowok di depan lo itu, semua orang juga tau kalau Jion itu anak tunggal, gak mungkin dia tiba-tiba punya adik segede ini!" Hoshi mencoba tidak tersulut emosi saat mendengar ucapan Ratna.

"Lebih baik lo pergi, lo ganggu pagi gue." Ratna berdecih.

"Udahlah Nadhif, lo itu gak akan bisa dapetin Jion. Jion itu sukanya sama gue, bukan sama cowok tinggi kayak lo, yang gak ada manis-manis nya!" Hoshi melihat sedikit perubahan ekspresi Nadhif saat Ratna mengatakan hal itu, dan Hoshi tidak menyukainya.

"Diamlah, kamu itu perempuan. Jaga harga diri mu dengan bersikap sopan, memang nya seyakin itu kamu bisa masuk ke keluarga Gaillard jika kamu terus bersikap seperti ini? Keluarga besar Gaillard tidak akan pernah setuju!" Ratna mengepalkan tangannya, dia tidak terima jika Hoshi mencoba menyerangnya. Ratna memperhatikan Hoshi lekat, hingga netranya melihat dompet kulit hitam di bawah ponsel Hoshi, dompet yang dia kenali sebagai milik Jion.

Sret

Gerakan tangan Ratna sangat cepat hingga Nadhif dan Hoshi tidak menyadarinya.

"Lo maling ya?" Hoshi menaikan sebelah alisnya saat Ratna menunjukan dompet milik Jion kehadapannya.

"Gak ada istilah maling punya saudara sendiri setelah mendapat izin." Ratna mengepalkan tangannya.

Plak

Kepala Hoshi tertoleh ke samping saat Ratna menamparnya tiba-tiba, bahkan Nadhif pun terkejut melihat hal itu.

"Ratna, lo gila ya!!" Ratna menatap remeh pada Nadhif yang baru saja berteriak marah padanya.

"Mending lo diem Nadhif! Cowok di depan lo ini maling, gimana bisa dompet Jion ada ditangannya kalau dia gak maling?!" Hoshi tidak suka jika dia di tatap buruk oleh banyak orang, sejak dulu bahkan saat masih menjadi Kavi pun dia tidak suka diperlakukan seperti ini.

"Lo gak tau apa-apa Ratna! Lo itu ngefitnah Hoshi!" Nadhif segera menarik tangan Hoshi kebelakang tubuhnya.

Sret

Ratna terkejut saat dompet di tangannya di ambil tiba-tiba oleh Riku, ya Hoshi sejak awal sudah menelfon Riku karena tau jika akan ada keributan.

"Lo siapa sampai berani bilang sepupu gue maling?" Ratna terkejut dengan kedatangan Riku dan Irvin.

"R-Riku, tapi dia memang maling, buktinya dompet Jion ada di dia!" Riku tersenyum sinis.

"Bang Jion sendiri yang kasih dompet nya ke Hoshi tadi saat sampai di kampus, gue liat dengan mata kepala gue sendiri. Dan lo berani ngefitnah cucu bungsu keluarga Gaillard? Kayaknya bang Jion terlalu longgar sama lo ya?" Riku melirik ke arah Hoshi yang hanya diam dengan kepala tertunduk.

"Mending lo pergi dari hadapan gue Ratna, sebelum ayah lo tau apa yang baru saja lo lakuin di kampus!" Ratna segera pergi dengan kesal, karena dia tidak akan pernah bisa melawan Riku.

"Hoshi kamu gak apa?" Hoshi mengangguk saat Riku mendekatinya.

"Kamu lama, dia bikin aku di pandang remeh disini Riku! Kenapa cewek kayak dia bisa kuliah disini sih?!" Riku tersenyum, dia suka dengan sifat Hoshi yang sekarang.

"Ya terus kamu mau nya gimana dek?" Hoshi mendengus, dengan cepat pemuda itu beranjak, meninggalkan Riku, Irvin dan Nadhif yang terkejut dengan tingkah nya.

"Riku, itu Hoshi gak apa di biarin pergi?" Riku mengangguk kecil.

"Biarin aja, paling dia nanti balik ke sini lagi, dia tadi berangkat sama bang Jion, dan kunci mobil ada sama bang Jion." Nadhif menghela nafas lega mendengar ucapan Riku, namun ekspresi Irvin seperti memikirkan sesuatu.

"Riku, bukannya tadi kamu bilang kalau Hoshi minta kunci motor mu ya? Berarti dia bisa pergi dong?" Mata Riku langsung melebar saat menyadari kesalahannya.

"Oh sialan! Gue lupa!"

"Nadhif tolong hubungin Nafian, siapa tau dia bisa ngejar Hoshi pakai gps!" Nadhif mengangguk dan segera mengirim pesan pada Nafian.

"Kita kejar Hoshi pake mobil aja, gue bawa mobil!" Riku dan Irvin mengangguk saat Nadhif mengatakan hal itu.

"Sumpah gak aman ngebiarin Hoshi pegang kunci motor sendiri!"

*****

Tbc

*****

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang