24. Tekat Hoshi

316 58 10
                                    


.
.
.
.
.
Sesuai ucapan Jion sebelumnya, selesai kelas Hoshi langsung diajak ke rumah sakit, tentu saja Riku juga ikut serta. Sedangkan teman-teman mereka yang lain langsung menuju cafe milik Irvin, mereka akan menunggu Jion, Riku dan Hoshi disana.

Hoshi sendiri selalu mendekap tangan Jion, karena dia takut rumah sakit, bahkan jiwa Kavi juga takut dengan rumah sakit. Kavi punya pengalaman buruk di rumah sakit beberapa tahun silam, terlebih saat dia bangun dia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi beberapa waktu sebelumnya.

"Dek, siap ketemu dokter Luki?" Hoshi menggeleng pelan, entah kenapa hal itu justru membuat Jion dan Riku tersenyum.

"Gak apa, dokter Luki kan baik sama adek, nanti pulang dari sini adek ikut abang ke cafe punya Sakil. Adek boleh beli apapun disana, okey?" Hoshi akhirnya mengangguk.

"Gak lama kan?" Jion menggeleng.

"Gak akan, biasanya juga cuma lima belas menit." Hoshi kembali mengangguk.

"Kita masuk ya?" Lagi-lagi hanya anggukan yang di berikan oleh Hoshi.

Tok

Tok

Tok

"Selamat siang dokter Luki." Dokter laki-laki paruh baya yang ada di ruangan itu tersenyum.

"Selamat siang, oh Hoshi, ayo sini." Hoshi mendekat setelah Jion menepuk pundaknya dua kali.

"Apa kabar? Dokter dengar kamu baru saja sembuh benar?" Hoshi kembali mengangguk.

"Hanya demam, tapi saya baik-baik saja sekarang." Dokter Luki tersenyum.

"Hoshi mau cerita sesuatu?" Hoshi melirik ke arah sang kakak yang duduk di sofa yang ada di seberang mereka.

"Sedikit, beberapa hari lalu Ochi dapat mimpi tentang kejadian buruk. Saya juga memimpikan hal itu semalam, saya di culik oleh orang-orang yang tidak saya kenal, tapi ada kakak baik yang nolongin, begitu juga saat saya bermimpi teman-teman bang Jion memukuli saya, kakak baik itu menolong saya." Dokter Luki melirik ke arah Jion dan Riku yang menyimak.

"Kamu ingat wajah kakak baik itu?" Hoshi mencoba mengingat, dahinya berkerut namun kemudian dia menggeleng.

"Saya gak bisa lihat wajah nya, tapi saya mendengar suara bisikannya yang selalu mengatakan jika saya akan baik-baik saja." Dokter Luki tersenyum tipis.

"Apa yang kamu rasakan saat kamu melihat wajah-wajah para pelaku?" Hoshi menegang.

"Takut, tanpa sadar bahkan tubuh saya akan bereaksi berlebihan dokter. Tapi saya rasa saya tidak setakut dulu saat melihat orang-orang berpakaian hitam, meskipun saya akan lebih memilih menyingkir." Dokter Luki mengangguk kecil.

"Hoshi, Jion bilang kamu ingat apa yang kamu lalui saat Ochi bangun?" Hoshi mengangguk sebagai jawaban.

"Apa itu sesuatu yang aneh dokter?" Dokter Luki menggeleng.

"Tidak, itu justru baik untuk kamu. Karena saat kamu mulai berinteraksi dengan orang luar, kamu bisa mengingat wajah dan bagaimana sikap mereka pada kamu baik sebagai Hoshi maupun Ochi."

"Kamu masih harus membiasakan diri kamu berinteraksi dengan banyak orang, berada di tempat ramai, dan mengontrol emosi kamu jika kamu mau kuliah normal seperti abang-abang kamu."

"Tapi sejauh ini perkembangan kamu sudah baik, tetap semangat dan berusaha sembuh ya? Tuhan tidak pernah tidur, Hoshi anak baik jadi tuhan pasti akan memberikan hal baik juga pada Hoshi." Hoshi tersenyum tulus untuk pertama kalinya di hadapan dokter Luki.

"Terima kasih dokter." Dokter Luki tersenyum.

"Jion, Riku, meskipun perkembangan Hoshi baik, dan dia bisa mulai belajar berbaur dengan banyak orang namun kalian harus tetap ada di sekitarnya, jangan pernah biarkan Hoshi sendirian." Keduanya mengangguk saat mendengar hal itu.

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang