03. Adaptasi

877 77 4
                                    


.
.
.
"Jika ini semua adalah mimpi, tolong jangan bangunkan Tuhan. Tapi aku juga merasa bersalah karena menerima perhatian yang seharusnya bukan untukku." –Kavi–
.
.
.

Kavi menatap kosong pada sekeliling kamar baru nya, lebih tepatnya kamar milik Hoshi. Kavi bahkan belum bisa mencerna semuanya, ingin menyangkal tapi semua sudah terjadi dan terbukti.

Kavi adalah penggemar novel bergenre fantasi, dan transmigrasi atau perpindahan jiwa. Tapi Kavi tidak pernah menyangka jika dia akan mengalami hal itu sendiri, beruntung nya Kavi mengalami perpindahan di dunia nyata, tidak masuk kedalam novel yang memiliki peran utama seorang gadis atau pemuda lembek yang hobi nangis.

Kavi memperhatikan kamarnya, sangat luas, bahkan bisa di katakan lebih luar dibanding kamarnya dulu.

Kamar bernuansa baby blue yang berpadu dengan abu-abu muda, ranjang king size, rak buku besar berisi banyak sekali buku, rasanya Kavi seperti bermimpi bisa memiliki kamar seperti ini. Karena selama menjadi Kavi di kehidupan sebelumnya, kamar seperti ini hanya akan dimiliki oleh Bian.

Cklek

"Ochi." Kavi menoleh, bukan karena panggilannya tapi karena dia penasaran siapa yang memanggilnya.

Kavi sedikit bingung saat melihat pemuda tinggi yang sepertinya seusia dengannya, berjalan mendekati nya.

"Masih pusing dek?" Mendengar panggilan itu Kavi akhirnya yakin jika pemuda tinggi yang tengah tersenyum padanya itu adalah Jion, abang yang dimaksud Hoshi.

"Abang." Gumaman pelan Kavi membuat pemuda di hadapannya itu tersenyum.

"Iya dek, ini bang Jion, abangnya Ochi."

Grep

Kavi memejamkan matanya, tubuhnya bergerak sendiri memeluk tubuh besar Jion, seperti nya ini adalah keinginan Hoshi.

"Ada apa dek? Ada yang sakit?" Kavi menggeleng.

"Ochi sayang abang." Jion kembali tersenyum dan mengelus rambut sang adik.

"Abang juga sayang sama Ochi, mau turun dek? Kita sarapan di bawah, mama sama papa sudah nunggu adek di bawah." Kavi menggeleng.

"Takut."

"Gak usah takut, ada abang. Ochi gak akan jatuh lagi kayak kemarin, abang gendong ke bawah ya?"

Grep

Kavi menyembunyikan wajahnya yang memerah dileher Jion, dia malu, bagaimana pun dia itu sudah dewasa, meskipun tubuh Hoshi memang jauh lebih kecil dibanding dirinya yang asli.

"Loh, Ochi kenapa bang?" Jion menggeleng.

"Ochi gak apa-apa ma, Jion cuma takut Ochi jatuh lagi kalau turun sendiri." Sang mama tersenyum mendengar jawaban Jion.

"Sini sayang, mau sarapan pakai apa?" Kavi akhirnya menatap wanita yang sedang menawarinya berbagai menu masakan.

"Mau itu boleh?" Jion dan orang tua mereka menatap piring berisi udang goreng  yang di tunjuk Hoshi.

Tak

"Ini, kamu boleh habisin udang nya kalau Ochi makan sama nasi, okey?" Kavi mengangguk. Tidak masalah jika harus menghabiskan seporsi nasi, yang penting dia bisa makan udang goreng kesukaannya.

"Ini kalau gitu, ayo langsung sarapan."

*****

"Adek, papa sama mama mau pamit pergi dulu ya? Ochi sama abang dulu di rumah." Kavi mengerjap saat lelaki yang merupakan ayah kandung Hoshi berbicara padanya.

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang