48. Balapan

234 62 5
                                    


.
.
.
.
.
Nyzan sengaja mengendari motornya di belakang motor Hoshi, pemuda itu hanya akan mengikuti kemana Hoshi akan pergi.

Nyzan tau jika Hoshi sengaja mengajak nya keluar tanpa pamit pada sang kakak, jika saja tadi Nyzan tidak sedang bersama Jion, bisa di pastikan Jion tidak akan tau jika Hoshi keluar.

Nyzan menghela nafas lega saat mengetahui jika Hoshi menuju ke arah sirkuit, mungkin Hoshi ketagihan merasakan melaju kencang di sirkuit, setelah kemarin pemuda mungil itu berhasil mengalahkan Nafian.

"Kak Nyzan, aku boleh balapan lagi kan?" Nyzan tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Boleh, asal hati-hati, kamu gak boleh luka atau nantinya Jion sama Riku gak akan bolehin kamu kesini lagi." Hoshi hanya mengangguk, yang penting dia bisa melampiaskan perasaan nya saat ini.

Melihat bagaimana keluarga nya pura-pura baik-baik saja di hadapannya membuat Hoshi sedikit sakit, dia tau jika kebenaran soal Kavi pasti menyakiti mereka dan dirinya tidak menyukai itu.

"Zan!" Nyzan menoleh saat mendengar suara Keenan.

"Lah lo juga disini bang?" Keenan mengangguk, namun tatapan matanya terfokus pada Hoshi yang menatap lurus pada lintasan di depan sana.

"Kenapa?" Nyzan hanya mengedikan bahunya, karena memang dirinya tidak tau apa yang terjadi pada Hoshi.

"Ada anak yang cari lawan, lo mau turun gak?" Nyzan mengernyit, tumben sekali ada orang yang mencari lawan siang-siang begini.

"Siapa?" Keenan menatap jauh ke arah garis start dimana ada motor kawasaki ninja berwarna hijau bersiap disana.

"Anak baru, mungkin baru sebulan dia join disini. Gue lagi gak bawa motor, jadi gak bisa turun, lo mau kagak?" Belum juga Nyzan menjawab, suara Hoshi sudah membuat Keenan dan Nyzan terkejut.

"Boleh aku yang lawan dia bang?" Keenan jelas tidak percaya dengan ucapan Hoshi, namun melihat sorot mata pemuda mungil itu membuat Keenan terpaksa mengangguk.

"Kamu yakin bisa lawan dia?" Hoshi mengangguk kecil.

"Bisa, mungkin. Ya di coba dulu aja bang, boleh kan?" Keenan kali ini mengangguk mantap.

"Ya udah, sana kamu ke garis start, biar aku yang kasih tau Tommy." Hoshi tersenyum tipis dan segera membawa motornya ke garis start.

"Bang Keen, lo yakin bolehin dia?" Keenan tersenyum tipis.

"Gak apa, dia gak akan kenapa-kenapa, anak baru itu gak pernah main serampangan, dia selalu jaga jarak antara motor nya sama motor pemain lain, jadi Hoshi bakal aman." Nyzan akhirnya menghela nafas panjang, mencoba percaya jika Hoshi akan baik-baik saja.

"Ayo Zan, kita tunggu Hoshi disana."

*****

Dua motor yang sedang melaju di lintasan itu seperti memiliki cara balapan yang sama, mereka langsung melaju kencang saat dia dua putaran awal, namun tiba-tiba menurunkan kecepatan di dua putaran setelah nya, saat ini mereka sudah masuk ke putaran terakhir, sesuai kesepakan sebelum mulai bahwa mereka akan bertanding untuk lima putaran.

Nyzan dan Keenan was-was saat melihat motor Hoshi tiba-tiba saja melaju kencang setelah berhasil melewati motor lawan hingga sampai di garis finis, tidak ada yang menyangka jika Hoshi akan mengalahkan lawan nya.

Nyzan bahkan melongo saat tau jika Hoshi menang, kemarin dia berpikir jika Nafian sengaja mengalah pada Hoshi, tapi sekarang dia yakin jika Hoshi memang bisa mengalahkan Nafian.

Hoshi menatap ke arah lawan nya dengan tatapan terkejut, terutama saat lawannya itu membuka helm dan mendekatinya.

"Selamat, lo hebat juga bisa ngimbangin gue, lo bahkan bisa ngikutin cara gue." Hoshi hanya mengangguk.

"Mau balapan lagi sama gue besok?" Entah kenapa Hoshi mengatakan hal itu pada pemuda di depannya.

"Boleh, gue tunggu disini besok jam tiga sore, gimana?" Kali ini Hoshi yang mengangguk.

"Kalau gitu gue pamit dulu, sampai jumpa besok." Sosok itu berbalik pergi setelah tersenyum pada Hoshi.

Tepat setelah itu Nyzan dan Keenan menghampiri Hoshi yang masih berdiri di sebelah motornya.

"Hoshi?" Hoshi menoleh pada Nyzan yang tersenyum senang.

"Wah, aku gak nyangka kamu bisa ngalahin anak baru itu, padahal sebulan ini belum ada yang bisa ngalahin dia." Hoshi hanya tersenyum tipis saat mendengar pekikan Nyzan.

"Kak Nyzan jangan teriak, telinga ku sakit." Nyzan yang mendengar itu langsung meminta maaf pada Hoshi.

"Maaf ya, kebiasaan sih."

"Setelah ini kamu mau kemana lagi?" Hoshi menatap ke arah Nyzan dan Keenan bergantian.

"Mau pulang, aku janji sama mama cuma sebentar." Nyzan melongo, namun senyum Hoshi membuat pemuda itu hanya bisa pasrah.

"Ya udah ayo aku anterin pulang, nanti Jion marah karena kamu gak pamit sama dia." Hoshi yang mendengar itu langsung merengut.

"Salah bang Jion sendiri, kenapa telpon ku tadi gak diangkat." Keenan tertawa pelan mendengar gerutuan Hoshi.

"Jangan ngomel gitu, udah sana pulang. Hati-hati loh bawa motornya." Hoshi hanya mengangguk kecil saat Keenan mengelus kepalanya.

"Bang Keenan sendiri mau kemana setelah ini?" Keenan tersenyum saat Hoshi menatapnya.

"Ke kampus, ada kelas sore." Hoshi melirik jam tangan nya, sekarang sudah pukul dua pantas saja Keenan akan langsung ke kampus.

"Berarti bang Jion juga?" Keenan mengangguk kecil.

"Kemungkinan sih, kenapa?" Hoshi menggeleng.

"Gak apa, kalau gitu aku pulang ya bang, bang Keenan juga hati-hati nanti, jangan sampai lecet nanti jadi jelek." Setelah mengatakan itu Hoshi kembali memakai helm dan naik ke motornya.

"Tuh dengerin bang, jangan lecet, nanti lo jadi jelek." Keenan berdecak saat Nyzan mengatakan itu sebelum akhirnya pergi menyusul Hoshi.

"Dasar kurang ajar!"

*****

Seorang pemuda berjalan di lorong rumah sakit dengan santai, menyapa beberapa perawat yang sudah dia kenal selama tiga bulan ini.

Cklek

Pemuda itu masuk ke salah satu kamar rawat vvip, dimana ada orang yang paling dia lindungi tengah dirawat disana.

"Gue balik, lo gak bosen pas gue tinggal kan?" Pemuda itu meletakan tas dan jaket nya di sofa sebelum akhirnya duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang.

"Gue baru aja ketemu sama orang yang mirip sama lo, bukan fisiknya sih, tapi cara dia ngendarai motor di lintasan balap yang mirip banget sama lo."

"Lo tau gak? Gue kalah, bukan karena gue sengaja ngalah, tapi karena gue emang kalah. Gue bahkan sempet terpaku waktu dia ngebuka helm nya, dia manis, tapi sorot matanya tajam."

"Awalnya gue kira itu lo, tapi gue sadar kalau pikiran gue itu tolol, apa ini karena gue kangen sama lo ya?"

"Kapan lo mau bangun sih? Lo gak kangen gue? Apa yang terjadi malam itu sih? Gue tungguin lo cerita ke gue kayak biasanya."

"Lo pasti capek ya? Gue paham kok, makanya gue biarin lo tidur lama kayak gini, tapi sekarang lo gak perlu takut kalau bangun, lo udah aman, dan gue bisa jamin itu." Pemuda itu membenarkan selimut yang menyelimuti tubuh yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Gue bakal pastiin lo bakal bahagia setelah ini."

*****

Tbc

*****

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang