45. Kehidupan Kavi

260 61 6
                                    


.
.
.
.
.
Hoshi terkejut saat Riku, Nafian dan Nyzan mengajaknya ke sebuah sirkuit balap, pemuda mungil itu tidak menyangka jika dia akan mendatangi sebuah sirkuit resmi seperti ini.

Hoshi kira Riku, Nafian dan Nyzan tidak pernah datang ke tempat seperti ini, tapi sepertinya Hoshi lupa jika mereka adalah anak-anak orang kaya, yang tidak akan bermasalah jika menyewa tempat seperti ini.

"Sirkuit?" Riku mengangguk saat Hoshi bertanya padanya.

"Ayo urus keanggotaan buat lo dulu, nanti kalau lo lagi badmood dan pingin ngebut, datang kesini aja, jangan ngebut di jalanan kayak waktu itu, itu bahaya dek." Hoshi terdiam saat mendengar itu, ya dia sendiri tau balapan atau ngebut di jalan itu membahayakan, tapi bagaimana lagi jika yang terjadi adalah hanya sirkuit jalanan yang bisa Kavi datangi dulu.

"Kalian sering datang kesini?" Nyzan mengangguk.

"Iya, awalnya sih karena bang Keenan sama Jion, tapi akhirnya kita juga ngikut kesini, lebih aman sih, karena kita gak membahayakan orang lain." Hoshi menunduk dan mengangguk.

"Udah ayo, kita daftar terus lo bisa test drive di dalam." Hoshi hanya diam dan menurut saat Riki merangkul pundaknya.

"Aku gak akan dimarahi bang Jion kan?" Riku menggeleng.

"Gue udah rundingin ini sama bang Jion sebelumnya, bahkan sama papa, jadi lo gak perlu khawatir."

*****

Entah bagaimana caranya Nadhif berhasil mendapatkan informasi jika Kavi sebelum meninggal bekerja di cafe, dan mempunyai sahabat yang juga bekerja di tempat yang sama.

Jion sepakat akan menunggu sang ayah dan mendatangi cafe itu bersama, supaya Jion bisa menahan diri agar tidak langsung mendatangi keluarga Aland.

Jion cukup terkejut saat ternyata sang ibu ikut datang bersama sang ayah, padahal sebelumnya kedua orang tuanya mengatakan jika sang ibu akan pulang ke jakarta untuk menemani Hoshi.

"Bagaimana?" Jion menggelengkan kepalanya.

"Jion gak bisa mikir pa, kepala Jion rasanya berantakan waktu denger kabar itu." Hana segera memeluk sang putra saat mendengar ucapan sang putra.

"Semua akan baik-baik aja Ji, kalau memang Kavi sudah meninggal gak ada yang bisa kita lakuin selain ikhlas, meskipun mama tau itu berat." Jion yang mendengar tutur lembut Hana langsung menumpahkan tangisnya di pelukan sang ibu.

"Jion ngerasa gak berguna jadi kakak ma, kenapa gak dari dulu Jion cari lebih keras."

"Jion yang gak kenal deket sama Kavi aja sehancur ini, apa lagi Hoshi? Mental dan perasaan Hoshi akan jadi seperti apa kalau tau kakak baik yang selama ini di tunggu nya ternyata udah pergi." Hana mendekap kepala Jion yang ada di pundak nya.

"Hoshi akan menerima nak, Hoshi akan ikhlas nanti nya, meskipun butuh waktu lama. Kita akan selalu ada untuk Hoshi saat dia tau kabar ini, sekarang hapus air matanya, katanya kita mau ke cafe tempat Kavi kerja dulu." Jion mengangguk, pemuda itu secara spontan menatap ke arah Nadhif yang hanya tersenyum dan mengangguk.

"Hoshi ada kabarin mama atau papa gak hari ini?" Kedua nya menggeleng saat Jion bertanya.

"Hoshi juga gak ngehubungin Jion ma, dia baik-baik aja kan?" Hana tau kenapa Jion sangat khawatir pada Hoshi.

"Hoshi lagi jalan-jalan sama anak-anak, mereka bawa Hoshi ke sirkuit, kayaknya Hoshi lagi asik coba motor barunya." Ucapan Nadhif membuat ketiga orang lainnya menatap bingung, namun saat Nadhif menunjukan sebuah foto yang di kirim Nyzan pada sang kakak mereka lega.

"Ternyata dia asik sendiri." Nadhif tertawa saat mendengar gumaman pelan Jion.

"Sudah, ayo berangkat, sekalian kita makan malam dulu."

Little HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang